I.
Pendahuluan
Injil
Matius merupakan salah satu dari injil sinoptik. Injil Matius ini berfokus
untuk menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Setiap injil sinoptik
memberitahukan tentang siapa Yesus. Dan salah satunya adalah injil Matius ini
yang memberitahukan Yesus Anak Allah. Dalam injil ini penulis menuliskan
beberapa perumpamaan dan salah satu dari perumpamaa tersebut adalah perumpamaan
tentang gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh. Perumpamaan ini
merupakan suatu perumpamaan yang membuka wawasan berpikir pembaca tentang apa
yang sebenarnya diajarkan oleh perumpamaan tersebut kepada pembaca.
Yesus
kristus memakai perumpamaan untuk mengajarkan kepada ssemua orang tentang
kedatangan Anak manusia seumpama dengan gadis-gadis bijaksana dan gadis-gadis
bodoh menyongsong mempelai pada waktu malam. Dan gadis-gadis yang bodoh
tersebut tidak mengisi minyak ke dalam lampunya sehingga ketika mempelai
terlambat datangnya mereka tidak mempunyai minyak dan mereka meminta kepada
gadis bijaksana. Gadis bijaksana tidak memberikannya dan ketika gadis-gadis
bodoh mencari minyak maka mempelainya datang dan gadis-gadis yang bijaksana
mmenyongsong mereka dan masuk ke rumah. Ketika gadis-gadis bodoh kembali, rumah
telah dikunci.
Dalam
paper ini penulis akan mencoba memaparkan tentang teologi yang diajarkan dalam
Matius 25:1-12. Apa yang ingin dikatakan penulis kepada pembaca melalui
perumpamaan gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh tersebut.
II. Latar Belakang Penulisan Matius
Injil pertama menurut
tradisi dianggap tulisan Matius Lewi, seorang pemungut cukai, yang dipanggil
Yesus menjadi salah satu murid-murid-Nya. Waktu penulisan injil Matius ini
tidak diketahui dengan sangat jelas.[1]
Tetapi tempat penulisan kitab ini adalah di Antiokhia. Injil Matius
kelihatannya ditulis setelah markus, dan
setelah ucapan-ucapan yang dikenal sebagai Q sudah dikumpulkan. Beberapa ahli
berpendapat bahwa injil matius ditulis belakangan ketimbang injil Lukas sebab
injil matius kelihatannya mengandung bahan-bahan yang mengacu pada peristiwa
jatuhnya Yerusalem pada tahun 70 M (Mat 22:7; 24:3-28). Jadi, waktu penulisan
injil matius tidak diketahui secara jelas. Tujuan penulisan dari kitab ini
adalah untuk menunjukkan bagaimana Yesus dari Nazaret mengembangkan serta menguraikan
wahyu ilahi yang telah dimulai dalam nubuat tentang Mesias dalam perjanjian
lama.
Pembukaan injil Matius
itu unik, tidak ada yang serupa dengan injil-injil lainnya. Injil Matius
menekankan semuanya kepada orang-orang Yahudi. Tema injil Matius adalah
mengenai silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham dan juga
perumpamaan-perumpamaan tentang kerajaan. Injil Matius juga berisi tentang
Yesus adalah Mesias, Anak Manusia. Titik perhatian Injil Matius adalah pada
unsur pendidikannya. Diantara injil lainnya. Diantara kitab-kitab injil lainnya
ia palingh banyak mengandung khotbah-khotbah pendek, maupun yang lebih panjang yang dikutip dari
ajaran-ajaran Yesus. Matius berusaha menunjukkan pada para perngikut baru itu
makna dari misis Yesus dalam hubungannya dalam perjanjian lama yang menjadi
kepeercayaan rekan-rekan Yahudinya, dan yang pernah pula diajarakan kepada
mereka. [2]
Injil matius menunjukkan bahwa kabar baik yang
diberitakan Yesus didasarkan pada hukum dan ajaran perjanjian lama. Di Gunung
Sinai Allah memberi hukum yang mengatur hidup bangsa Israel kepada Musa.
Demikian juga dalam khotbah di Bukit versi Matius, Yesus naik ke tempat yang
tinggi, yaitu ke atas bukit, dan mengajarkan hidup yang sesuai dengan kehendak
Allah.[3]
III. Teologi Matius 25:1-12
Kunci dari Matius
25:1-13 ada pada ayat 13 yang menyatakan: Karena itu, berjaga-jagalah, sebab
kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya. Bagaimana kita harus
berjaga-jaga dapat dibaca pada ayat 1-12, dan inti dari 12 ayat tersebut adalah
kita termasuk orang yang bijaksana ataukah orang yang bodoh. Seringkali yang
menganggap diri bijaksana adalah yang bodoh sedangkan yang dianggap bodoh
adalah yang bijaksana. Di tengah dunia yang demikian dimanakah kita bisa
menempatkan diri di posisi yang tepat. Ayat 12 menyatakan: Tetapi ia menjawab:
Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu. Tuhan Yesus hendak
menyatakan bahwa di titik terakhir yang menjadi point adalah bagaimana
seseorang berelasi dengan Tuhan dan mengerti apa yang Tuhan katakan, bagaimana
dia menjadi milik Tuhan dimana Tuhan menjadi gembalanya, bagaimana mereka
bersekutu.
Kita perlu berjaga-jaga.
Alasan kita perlu berjaga-jaga adalah yang pertama: dunia bergerak semakin lama
semakin susah, banyak penderitaan dan masalah. Ketika manusia berhadapan dengan
berbagai pergumulan, ada 1 ciri yang perlu diwaspadai didalam kita menjadi
bijak, yaitu: mau meringankan/ mengentengkan semua problematika hidup. Manusia
mengalami kelelahan, sedangkan dia suka hidup dalam kenikmatan (ciri hidup
hedonis). Manusia berdosa selalu berusaha mendapatkan keinginannya tanpa perlu
capek. Manusia ingin menjadi Tuhan tanpa melalui proses. Jawaban dunia atas
segala permasalahan yang ada adalah manusia semakin acuh tak acuh. Inilah
semangat pertama dari orang yang mengentengkan situasi.
Penyebab kedua: dunia
tidak mau berpikir secara komprehensif/ totalitas melainkan secara pragmatis,
menganggap gampang dan baru dipikirkan di kemudian hari. Semakin hari manusia
berdosa akan menggarap dosanya dengan semakin besar. Manusia yang mencari
gampangnya akan cenderung untuk merugikan orang lain. Semangat seperti ini
dibangun melalui tekanan-tekanan yang digambarkan sebagai sosialitas yang
bersifat dosa, yang disebut sebagai humaniora. Keadilan dan kebenaran tidak
lagi ditegakkan karena ditutupi oleh pragmatisme sosial. Ini merupakan gejala
yang sangat berbahaya saat ini.
Pengantin
pria datang terlambat pada waktu yang
tidak diharapkan oleh para pengiring.[4]
Oleh karena waktu kedatangan mempelainya tidak diharapkan maka perlulah untuk
berjaga-jaga, di mana ketika mempelai datang mereka selalu siap untuk
menyongsongnya. Tetapi yang terjadi pada gadis-gadis bodoh adalah kebalikannya.
Di mana mereka tidak siap dan tidak berjaga-jaga untuk menyongsong kedaatangan
mempelainya.
Sifat manusia berdosa
adalah sifat yang sangat buruk yang digambarkan seperti gadis-gadis yang bodoh.
Hal yang bisa kita pelajari dari gadis-gadis bodoh ini adalah:
1) mereka mengentengkan problematika yang sedang mereka hadapi.
Di satu pihak mereka
sadar bahwa mereka harus menyalakan pelita mereka untuk mereka bertemu dengan
sang mempelai laki-laki, tetapi di lain pihak mereka tidak mau direpotkan
dengan membawa perlengkapan tambahan yaitu cadangan minyak. Ketika mempelai
datang, gadis-gadis bodoh tersebut masih juga tidak memakai cara susah yaitu
pergi membeli minyak melainkan mereka minta kepada gadis-gadis yang bijaksana.
Sifat jelek seperti ini banyak dilakukan sampai dengan hari ini. Orang yang
tidak mau susah selalu minta orang lain untuk berbagi dengannya, dan orang yang
tidak mau berbagi disebut sebagai orang yang salah. Alkitab justru menyatakan
untuk tidak perlu berbagi dengan orang yang demikian. Kita patut menolong orang
yang sudah berjuang habis tetapi tetap tidak mampu, tetapi jangan menolong
orang yang tidak mau berjuang tetapi mau enak.
Theologi Reformed
berusaha mendidik orang menjadi komprehensif, mau berjuang sekeras mungkin,
maka Tuhan akan ikut di dalamnya. Tuhan ingin kita berbijaksana dengan
memikirkan seluruh aspek hidup kita (secara komprehensif), berani memikirkan
semua kesulitan, berani bertanggung jawab untuk itu. Hal ini memang susah
tetapi bukan berarti tidak bisa dilakukan.
Dunia kita semakin hari
semakin sama dengan gadis bodoh, yang tidak mau berjuang lebih keras dalam
kesulitan tetapi menuntut orang lain untuk menjadi penolong. Pdt. Stephen Tong
mengajarkan untuk kita menggigit bibir sendiri pada waktu kesulitan tetapi
berbagi sebanyak-banyaknya dengan orang lain pada saat mendapat keuntungan.
Inilah sikap orang yang bijak.
Seseorang yang semakin
pragmatis akan semakin tidak mempunyai kekuatan untuk berhadapan dengan akhir
zaman. Semangat pragmatis akan melumpuhkan seluruh perjuangan hidup
spiritualitasnya dalam menghadapi dunia. Orang yang pragmatis semakin tidak
punya kekuatan untuk berhadapan dengan dunia berdosa sehingga di banyak aspek
dia terpaksa kompromi. Sebenarnya ketika kita takut mati pada saat itu kita
sudah mati, karena ketika takut mati kita akan berkompromi dengan dosa dan
menjual hak kesulungan kita. Orang tidak pernah berpikir dengan dia
menggadaikan iman, kesucian dan kebenaran dia, dia sedang menjual
keselamatannya kepada setan. Apakah kita termasuk orang yang diselamatkan,
termasuk orang yang taat penuh kepada Tuhan ataukah kita hanya main-main dengan
iman kita?
Sikap hidup komprehensif
tidak bisa dicapai hanya dalam sehari melainkan dalam jangka waktu panjang.
Peribahasa Tionghoa mengatakan: tentara diberi makan 1000 hari untuk menghadapi
perang sehari. Untuk punya kekuatan melawan musuh diperlukan persiapan
bertahun-tahun. Adalah terlambat kalau kita mau berpikir ketika kesusahan itu
datang. Kita harus menghadapi kesulitan, tantangan agar kita bisa lulus dan
memiliki kekuatan yang semakin besar.
2) hati yang tidak siap berhadapan dengan komitmen total.
Setiap komitmen akan
menuntut adanya pengorbanan yang besar, sehingga orang takut untuk berkomitmen.
Contoh yang terlihat mencolok pada zaman ini adalah: pernikahan dianggap tidak
perlu dipertahankan lagi. Manusia berdosa cenderung tidak mau komitmen total
melainkan di tengah-tengahnya, tidak hitam maupun putih melainkan abu-abu.
Inilah semangat relativistik. Orang yang tidak mau komitmen total tidak akan
memikirkan habis maupun mempersiapkan habis karena selalu menganggap adanya
jalan lain. Inilah semangat hidup dengan separoh hati. Hanya iman Kristen yang
menyatakan bahwa bukan banyak jalan menuju Surga tetapi hanya ada satu dan
satu-satunya. Maka iman Kristen sangat dibenci orang. Iman Kristen menuntut
adanya komitmen total, hati yang sepenuhnya, menyerahkan habis semua hidup,
itulah yang dinamakan penyerahan total. Dunia tidak mau ini.
Gadis bodoh ingin sekali
mendapatkan bagian dalam keselamatan didalam Kristus tetapi keinginannya
tersebut tidak sepenuh hati sehingga mereka tidak bersiap sepenuhnya. Mengapa
mereka tidak memikirkan bahwa minyak mereka bisa habis? Karena mereka berpikir
tidak pernah memikirkan semua kemungkinan yang bisa terjadi dalam semua aspek.
Mereka tidak menyangka kalau mereka sekali maju dan tidak bisa balik lagi,
kalau gagal berarti mati. Orang dunia akan komitmen habis untuk masalah dunia,
untuk hal-hal yang bersifat dosa, tetapi tidak demikian halnya dalam mengikut
Tuhan. Ada orang Kristen yang mengaku men-Tuhankan Kristus tetapi tidak
disertai dengan seluruh hatinya. Kata komitmen tidak memiliki komitmen
didalamnya alias kosong. Iman yang dimiliki juga iman yang kosong. Hal ini
berarti menipu dirinya sendiri, dan resiko terbesarnya adalah pada dirinya
sendiri yaitu mati.
Dunia terus berubah
dengan kecepatan yang semakin lama semakin tinggi. Akibat perubahan yang sangat
cepat ini, manusia yang biasa bermain di tengah dunia akan mengambil sikap
mengambang, membiarkan diri dibawa putaran arus yang semakin hari semakin kuat,
akibatnya dia akan kesulitan untuk mendapatkan pegangan yang kuat dan tidak
punya kekuatan lagi untuk melawan. Kalau kita bisa memiliki pegangan yang kuat/
batu karang yang kokoh maka ketika kesulitan datang kita tidak akan bergeming.
Adalah celaka kalau yang dipegang adalah kerikil sehingga akan terlepas dan
membuat orang hanyut kembali.
Di tengah pusaran dunia
yang semakin kuat, kita perlu berhenti di tengah-tengah pusaran agar tidak
terlempar keluar. As roda juga tidak boleh bergerak ketika roda bergerak. Jadi
kita harus berada di pusat/as agar ikut terbawa dalam perubahan. Kita harus
memiliki 1 komitmen, mata yang terfokus, pegangan yang kuat, untuk dapat
menghadapi dunia ini. Iman yang sesungguhnya adalah dengan terus beriman kepada
Kristus sebagai sang mempelai laki-laki, tidak mau dibias oleh tawaran apapun
dari dunia ini. Apa yang tertanam dengan indoktrinasi kuat dalam hidup kita
tidak akan gampang digoyahkan. Seberapa kita fokus, seberapa kita tajam dan
seberapa kita menyatakan ya atau tidak, itu akan menentukan kekuatan kita
melawan tantangan dunia ini. Untuk memiliki kekuatan melawan dunia diperlukan
komitmen total.
Kita harus mencontoh
gadis bijaksana yaitu dalam hal memiliki cadangan. Orang yang bijaksana
memiliki cadangan yang besar, sedangkan orang yang tidak bijaksana tidak
memiliki cadangan. Tuhanlah sumber dan landasan dari semua cadangan yang
bersifat tidak terbatas. Seluruh kuasa ada di tanganNya dan menghasilkan
produktifitas yang tak terbatas. Penciptaan adalah bukti dari ketakterbatasan
Tuhan dalam cadangan. Allah bisa mengeluarkan semuanya ini dari cadanganNya
tanpa perlu kuatir cadanganNya habis. Semua yang dijalankanNya terbukti
terpelihara dengan baik, bahkan Allah terus bekerja dan tidak pernah berhenti
bekerja.
Hanya Tuhan yang bisa
mengubah energi menjadi materi. Manusia hanya bisa mengubah materi menjadi
energi. Tidak pernah ada ciptaan apapun yang bisa menghasilkan kuasa untuk
mencipta. Manusia bisa mematikan apapun dengan mudah tetapi tidak pernah bisa
menghidupkan kembali. Manusia bisa memiliki kekuatan besar untuk memproduksi
sesuatu jika dia kembali kepada Sumbernya. Manusia sebagai gambar dan rupa
Allah sudah diberi Tuhan kapasitas untuk menggarap sesuatu yang besar. Ketika
manusia melepaskan diri dari Tuhan, dia mulai kehilangan kapasitas itu.
Orang yang bijaksana adalah
orang yang di titik pertama mau kembali kepada Sumber kekuatan/ hidupnya. Orang
yang kembali kepada Sumbernya akan memiliki kelimpahan besar sehingga akan
memiliki ketajaman melihat yang sangat besar. Orang yang demikian inilah yang
disebut bijaksana. Jadi bijaksana adalah kemampuan memperhitungkan,
mempersiapkan, menghadirkan segala sesuatu sehingga kita dalam segala sesuatu
dapat mencapai apa yang Tuhan inginkan bagi hidup kita. Perjalanan dunia ini
ada di tangan Tuhan, dimanakah kita menempatkan jalur hidup kita, di jalur
keselamatan yang Tuhan rancangkan ataukah tidak.
Jadi inti terakhir dari
berjaga-jagalah adalah dalam hal bijaksana, yaitu mau mengerti jalur Tuhan,
berpikir seperti Tuhan berpikir. Kita harus punya cadangan yang sangat besar
agar memiliki kekuatan untuk menghadapi dunia ini. Kita dapat siap siaga sampai
akhir jika memiliki cadangan besar di belakang kita yaitu dengan kembali kepada
Sumbernya. Seberapa kita hidup dalam Firman Tuhan akan membuat mata kita
memiliki ketajaman untuk melihat semua kemungkinan dan mengambil semua langkah
yang berbeda dengan yang diindoktrinasi oleh dunia.
Dengan fokus kepada
eskatos akan membuat kita memiliki arah yang jelas, akan menghasilkan bijaksana
yang tajam. Bijaksana yang tajam akan menghasilkan perhitungan yang bijak
sehingga akan menghasilkan produktifitas yang tinggi.
"Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis,
yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. Lima di
antaranya bodoh dan lima bijaksana. Gadis-gadis yang bodoh itu membawa
pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, 4sedangkan gadis-gadis yang bijaksana
itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka. Tetapi karena
mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu
tertidur. Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang!
Songsonglah dia! Gadis-gadis itupun bangun semuanya lalu membereskan pelita
mereka. Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang
bijaksana:Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir
padam. 9Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak cukup
untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli
di situ. 10Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah
mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke
ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup. Kemudian datang juga gadis-gadis
yang lain itu dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu! Tetapi ia menjawab:
Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu. Karena itu,
berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya."
Pelajaran indah yang kita lihat dari Matius 25:1-13 ini, karena
kita rindu untuk menjadi gadis-gadis bijaksana itu, kita rindu untuk menjadi
gereja Tuhan yg bijaksana itu. Kita selalu berharap untuk menjadi gadis-gadis
bijaksana, dan apakah itu hanya menjadi harapan, atau telah menjadi kenyataan.
Karena, bila itu hanya menjadi harapan, maka pada saat kedatangan Yesus, kita
akan tetap tertinggal. Tetapi, bila kita menjadi kenyataan dari gadis-gadis
bijaksana tersebut, maka kitalah yg akan diundang untuk masuk ke dalam ruang
perjamuan kawin tersebut.
Pertanyaannya, apakah gadis bijaksana tersebut adalah mereka yg
sama sekali tidak memiliki kekurangan/sempurna? Maka, saya katakan bila mereka
adalah orang-orang yg tanpa kekurangan, maka saya berani jamin, bahwa tidak ada
seorangpun yg lolos selamat. Karena secara jujur, setiap kita memiliki
kekurangan dan kelemahan. Tetapi kriteria dari gadis-gadis bijakasana, adalah:
1.
Orang-orang percaya yg memiliki persiapan rohani
Dengan lain kata,
orang-orang ini betul punya kekurangan dan kelemahan. Tetapi, ia mempersiapkan
minyak yg cukup. Apa itu minyak yg cukup? Yaitu: Firman dan Kuasa Roh Kudus.
Jadi, pada saat dia baca firman, dan ia tahu bahwa ia perlu berubah, maka ia
berubah. Dan, kalaulah tahu bahwa ia sulit untuk berubah, karena ia telah
melakukannya dan menjadi kebiasaan bertahun-tahun. Maka ia akan minta kuasa Roh
Kudus untuk melakukannya. Tahukah saudara bahwa api bisa menyala, bukan karena
kekuatan api tersebut, tetapi karena adanya minyak yg masuk ke dalam sumbu.
Iman kita bisa menyala,
kalau kita memiliki Firman dan kuasa Roh Kudus. Bila kita tidak memiliki Firman,
maka kita tidak punya kekuatan untuk hidup di dalam kebenaran, kita akan tetap
tinggal di dalam kelemahan dan kekurangan kita. Tetapi, bila kita memiliki
Firman, maka kita akan selalu disadarkan, sehingga kita akan berubah dari
kekurangan dan kelemahan kita. Serta kita akan diberi Kuasa Roh Kudus untuk
menolong kita. Sehingga kita mampu, karena Roh Kuduslah yang menjadi andalan
dan kekuatan kita.
2.
Orang-orang percaya yg sadar, bangun lalu membereskan
Kita lihat pada ayat yg
ke-7 Gadis-gadis itupun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka. Jadi,
waktu kita tahu bahwa Firman Tuhan berbicara buat kita, kita harus tahu dan
sadar terlebih dahulu. Waktu kita tahu bahwa sebagai seorang istri salah. Atau
kita tahu bahwa sebagai orang muda kita salah, waktu kita tahu sebagai
karyawan/pemimpin/pedagang/ bahkan sebagai pelayan Tuhan kita salah. Maka kita
harus tahu dan sadar terlebih dahulu. Kadang kala kita tidak tahu dan sadar
bahwa kita salah. Kita selalu menyalahkan orang lain, oh....saya begini karena
mama saya atau saya begini karena suami saya/orang tua, dan lain-lain.
Jadi, selalu yg menjadi
kesalahan adalah orang lain. Jadi, yg paling penting adalah sadar terlebih
dahulu. Mereka sadar bahwa mereka tertidur, mereka sadar bahwa mereka
mengantuk. Jadi, bila mereka sadar bahwa mereka salah. Maka mereka harus
bangun, mereka harus bangkit. Janganlah tinggal dalam kegagalan itu, janganlah
tinggal dalam kebiasaan buruk itu. Mereka harus bangun, dan setelah bangun,
mereka lalu membereskan pelita mereka. Mereka mau membereskan apa yg tidak
benar.
Mereka berani untuk minta
maaf, periksa, apa yg engga beres di dalam hati saya, periksa apa yg engga
beres di dalam pikiran saya. Apa yg engga beres dengan tontonan saya, apa yg
engga beres dengan bacaan/pergaulan saya. Oh mungkin selama ini saya selalu membaca
ramalan-ramalan nasib/perbintangan dan semuanya itu bertentangan dengan firman
Tuhan. Maka mulai hari ini saya akan bertindak tegas, saya tolak semuanya. Saya
sadar, saya bangun dan saya bereskan.
3.
Orang-orang yg berani mengambil keputusan yang tegas
Kita lihat pada ayat yg
ke-8 Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang
bijaksana:Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir
padam. Jadi, saudara lihat bahwa teman sendiri kadang minta tolong, minta kasih
dan belas kasihan. Tetapi mereka berkata pada ayat yg ke-9Tetapi jawab
gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk
kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ.
Semua agama mungkin sama
yg mengajarkan kebaikan, tetapi keselamatan hanya ada di dalam Yesus Kristus
Tuhan. Yesus datang ke muka bumi bukan sebagai penyebar agama. Tetapi Yesus
datang ke muka bumi sebagai Allah yang menyamar sebagai manusia, mencurahkan
darahNYA untuk menusia. Mati di kayu salib sampai tetes darahNYA yang
penghabisan, darahnya boleh habis, tetapi kasihNYA tidak pernah habis. Saya
terlalu percaya bahwa Yesus bukan hanya sekedar Nabi dan penyebar agama. Tetapi
Yesus adalah Tuhan yang dikatakan di dalam Alkitab dengan tegas,"Karena,di
bawah kolong langit ini tidak ada Nama lain yang olehNYA kita bisa
selamat,kecuali di dalam Nama Yesus Kristus Tuhan.
Kadang hanya menjalankan
kegiatan agama, tetapi berlaku semena-mena dan menipu. Kadang menjalankan
kegiatan agama tetapi tetap berzinah, egois dan penuh keserakahan. Tetapi,
kalau saya tahu bahwa saya adalah pengikut Kristus, saya haruslah berjalan
sesuai dengan kehendakNYA. Kita dapat berjalan dengan kepastian bahwa Sorga
adalah harapan di dalam hidup saya. Karena, bukanlah agama yg menyelamatkan
kita, tetapi Yesus Kristuslah yg menyelamatkan kita yg sudah mati buat kita.
Kalaulah agama yg dapat menyelamatkan, maka agama akan menimbullah pertikaian.
Itulah sebabnya di mana-mana kita melihat pertikaian dengan menggunakan agama
sebagai alasannya. Karena, orang berpikir bahwa agama adalah sumber
keselamatan.
Allah tidak pernah
memberikan agama sebagai jaminan keselamatan. Tetapi, Alkitab berkata,
"Akulah jalan kebenaran dan hidup, di luar Aku tidak ada seorangpun yg
sampai kepada Bapa." Jadi Yesuslah yg merupakan satu-satunya Juru selamat
pada saat kita mau menerima Dia. Saya tinggalkan dosa, saya belajar Firman
Tuhan dan hidup di dalam terangNYA, berjalan dalam kemenangan kuasaNYA sampai
saya merebut Sorga rumah Bapa yg kekal.
Mempelai
laki-laki adalah Mesias, dan gadis-gadis yang menyongsongnya dan menemani
bersama mempelai perempuan ke rumahnya untuk menghadiri perjanmuan kawin adalah
orang Kristen. lampunya merupakan obor yang menjadi padam bukan karena
minyaknya habis terbakar tetapi karena obor tidak pernah berisi minyak, dan
obor tidak dapat dinyalakan.[5]
IV. Kesimpulan
Melalui
perikop ini yang kita dapatkan adalah di mana kedatangan Anak Manusia itu tidah
diharapkan oleh siapapun pada waktu yang tidak terduga. Oleh karena itu, perlu
ada kewaspadaan dan harus selalu berjaga-jaga. Supaya pada waktu anak manusia
datang pada waktu yang tidak diharapkan, setiap manusia itu selalu siap sedia.
Tuhan
memakai banyak cara untuk mengingatkan kembali orang-orang percaya supaya
melakukan apa yang diharapkan Tuhan untuk dilakukan dalam kehidupan setiap
orang percaya. Yesus Kristus memakai banyak contoh yang biasa dilihat bahkan
dialami oleh setiap orang percaya. Sama seperti perikop yang telah dibahas di
atas, bahwa perumpamaan ini diambil dari kehidupan seshari-hari. Tetapi
walaupun dari kehidupan sehari-hari, hal yang ingin diajarkan perikop tersebut
sangat penting dan sangat berharga.
[1] Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas,2006), hal 183-184.
[2] B.F.Drewes, Satu Injil Tiga Pekabar, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009),
hal160-170.
[3] ________, Alkitab Edisi Studi,
(Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2010), hal 1561.
[4] Dianne Bergant, Tafsir Alkitab
Perjanjian Baru, (Yogyakarta: Kanisius, 2006), hal. 70.
[5]________, tafsiran Alkitab Masa
Kini 3: Matius-Wahyu, (Jakarta-Yayasan Bina Komunikasi Kasih, 1990), hal.
118-119.