Kamis, 22 Agustus 2013

Developing an Asian Evangelical Theology


Penulis            : Donald Leroy Stults
Penerbit          : OMF Literature
Jumlah hlm    : 208  hal

 Tujuan dari buku ini adalah membantu siswa-siswi teologis Asia untuk mulai berpikir dan menulis secara teologis. Dalam berdiskusi dengan mahasiswa teologi muda di Asia, penulis menemukan minat mereka tumbuh dalam studi teologi dengan harapan seseorang mengajar dan menulis bagi orang-orang mereka sendiri. Mereka memiliki keinginan dan kemampuan, dan sudah dalam perjalanan panjang dari studi teologi. Pemikiran dan penulisan teologis adalah pekerjaan baru dan menantang bagi para siswa tetapi yang diperlukan. Langkah pertama adalah untuk mulai berpikir teologis yang berbeda dari penafsiran berpikir, relasional, atau kebaktian. para siswa akan diajarkan untuk berpikir secara teologis sebagai bagian dari pendidikan teologi mereka. Langkah kedua adalah untuk menerobos penghalang, arah tulisan teologis yang serius dan matang.
Di Asia, situasinya sama sekali berbeda. teologi adalah pekerjaan yang relatif baru di gereja evangelis dan pendekatan yang sistematis dan presentasi dari iman belum menerima perhatian yang telah diterima di barat. jadi kami mulai di Prolegomena tetapi tanpa perhatian di ferever remining sana, di Asia, fokus ini bukanlah tanda penyakit tetapi kesehatan dan kekuatan. ketika kita menyadari teologi yang konstruktif dan kreatif kita dapat mempertimbangkan penguasaan nya seni, dan saya menemukan analogi ini bermanfaat. Penguasaaan dari dua seni memiliki dua bagian yaitu yang pertama mempelajari teori dan metode, dan yang kedua mempraktekkan teori dan metode tersebut. Teolog evangelis Asia menangkap visi untuk menulis teologi, dan Kristen sesama yang melihat kebutuhan untuk mengembangkan dan mendorong beasiswa yang kompeten matang di bidang ini.

KARYA TEOLOGI

Bab 1. KEBUTUHAN THEOLOGI

Definisi Teologi
Ada bermacam-macam defenisi teologi yang dibuat oleh ahli. Tetapi setidak-tidaknya teologi itu adalah sebuah studi intelektual atas Alkitab. Tujuannya adalah untuk memahami dan menjelaskan secara sistematis tentang content dari iman Kristen dalam usaha memberikan pemahaman yang benar baik kepada gereja (untuk kebutuhan pengajaran) ataupun dunia (proklamasi). Dengan demikian teologi berusaha untuk menghadirkan ajaran alkitab yang luas dan sistematis dan dapat dipahami secara utuh.  Istilah teologi secara spesifik juga bisa menunjuk kepada iman yang tersistem dan terperinci (biasa disebut teologi sistematika) dalam bentuk doktrin, yang mana harus dibedakan dengan dogma. Doktrin adalah pemahaman terhadap ajaran alkitab yang perlu di terus disempurnakan yang merupakan ajaran penting dari iman Kristen. Dogma adalah pikiran dari doktrin yang secara umum yang secara resmi telah dikenal sebagai doktrin gereja. Biasanya dogma dihadirkan dalam bentuk kredo yang memiliki otoritas. Dalam cabang-cabang teologi, sebuah cabang yakni Teologi biblika, adalah suatu usaha untuk mengorganisasi arti alkitab  supaya makna ajaran alkitab dapat dipahami. Para teolog biblical berusaha supaya kebenaran dan pengajaran dari alkitab dapat di aplikasikan dalam dunia kontepmorer. Sementara Teologi sistematika berdiri di atas ajaran alkibat yang telah diambil dari teologi biblika, dan teologi sistematik membuat suatu sistem rasional yang dapat menjelaskan makna dari iman Kristen supaya dapat dipahami lebih jauh lagi.

Keengganan terhadap Theology
Dalam kenyataanya diantara orang Kristen sering terjadi keengganan terhadap teologi. hal ini terlihat dari beberapa sikap yang bersikeras bahwa kekristenan bukanlah sebuah sistem doctrinal, melainkan sebuah jalan hidup atau tentang hubungan. Keberatan terhadapn teologi seringkali atau biasanya datang dari golongan “scientific mind-set”. Pola pikir ini biasanya selalu bersikap skeptic dan menempatkan agama atau sistem kepercayaan sebagai mitos atau berada di luar area studi yang factual. Menurut mereka teologi tidak memiliki dasar yang factual atau saintific dan dengan demikian harus di terapkan di ranah metaphysic yang mana tidak lagi digemari. Bahkan yang lain lagi menyatakan bahwa teologi bukannya menjelaskan pesan dari kekristenan, malah teologi membuat lebih rumit dan sulit untuk dipahami oleh orang umum. Lebih lanjut teologi juga dituduh telah membelokkan kebenaran dan membingungkan orang-orang Kristen.

Pelayan dari kebenaran Alkitab
            Teologi telah mengklasifikasikan doktrin dan banyak membantu kita menju pemahaman yang secara bertahap dan lebih dalam kepada kebenaran Allah. kebenaran alkitab selalu meembutuhkan penjelasan lebih lanjut. Tugas teologi tidak pernah selesai secara sempurna. Teologi hanya membantu kita memahami firman Allah pada saat ini dan di tempat ini, sementara di tempat atau waktu yang lain butuh penjelasan lebih lanjut lagi. Dengan demikian tugas teologi tidak pernah selesai.

Teologi dalam Misi Dunia
Teologi bukan hanya satu bagian dari misi gereja, tetapi juga untuk memajukan dunia. satu aturan dalam teologi yang membuatnya terabaikan adalah  sikap yang secara memaksakan mandate misi  sementara gereja sedang bergerak diunia, mencari yang hilang, dan membawa injil ke seluruh dunia. gereja/ orang percaya harus selalu progress. Umat Allah adalah pendatang, orang baru, dan kaum musafir, yang selalu berusaha membawa mengumpulkan orang-orang di perjalanan mereka. Inilah teologi musafir, teologi dari orang-orang misi. Dengan demikian, dapat disimpulkan teologi sangat bagi sebuah gereja yang mau berpengaruh bagi dunia. teologi lahir dari kebutuhan dan meneruskan pekerjaan yang dibutuhkan. Partisipasi teologi dalam tugas pemberitaan injil dan memuridkan para petobat supaya lebih mendalami dan memaahmi iman mereka. Teologi melindungi integritas iman dari kesalahan dan tuduhan-tuduhan, dari error dan bidat. Ini adalah sungguh-sungguh tugas yang esensial.

Bab 2. KEPERLUAN DAN KETERDESAKAN TEOLOGI ASIA

 Teologi barat adalah teologi kontekstualisasi untuk daerah barat, dan dibutuhkan oleh gereja-gereja barat. Secara umum metode dan model teologi barat tidak bisa dibawa dengan begitu saja diterapkan di konteks dunia timur, yang mana mungkin aneh atau asing bagi di daerah timur. Gereja-gereja asia harus mengakui bahwa mereka perlu menulis teologinya sendiri yang sangat esensial. Gereja yang dewasa harus merespon aktif secara teologis. 



Dasar Premis Teologi
Alasan mengapa menulis teologi dan kontekstualisasi teologi itu perlu adalah bahwa sebuah sistem teologi memikirkan dimana konteks ia berada. Para teolog perlu mencari bagaimana mengkomunikasikan kebenaran Allah yang dilingkupi oleh konteksnya, yang secara sadar dan berorientasi kepada konteks itu sendiri.  Setiap teologi perlu dievaluasi dengan tujuan kebergunaan, khususnya  pada waktu dan tempat yang berbeda dimana ia berada. Tidak ada teologi yang dapat dikatakan absolute atau berotoritas secara universal.

Kesatuan Dan Perbedaan Dalam Teologi
Kita menerima otoritas kitab suci sebagai dasar kebenaran mutlak yang sah, dan Telogi injili menjadikan alkitab sebagai fondasi teologinya. Kebenaran alkitab, dan bukan konteks sejarah dan budaya yang menentukan standart kebenaran dari teologi.  inilah kesatuan dari teologi, tetapi konsekuensinya terjadi perbedaan dalam mengekspresikan kebenaran menurut konteksnya masing-masing. Selain itu metode dalam berteologi juga bisa berbeda.

Hubungan masalah dalam pengembangan teologi asia
            Dalam milineum kedua setelah kehadiran gereja, teologi seolah-olah secara ekslusiv hanya menjadi milik kekuasaan gereja-gereja barat. Mengapa hal ini terjadi mungkin karena kesalahan yang telah dilakukan gereja, baik di barat maupun gereja timur. Gereja barat gagal untuk mengijinkan gereja timur secara bebas merespon kembali teologi yang berasal dari barat karena adanya ketakutan memudarkan kebenarannya. di sisi lain gereja timur juga tidak memikirkan secara serius akan tugas dari teologi. penyempitan makna teologi ini telah menjadi masalah serius di asia karena gereja telah gagal melakukan tugas teologi, melatih dan mempersiapkan para teolog yang berbicara sesuai dengan konteks asia.
Pengabaian teologi ini telah membuat gereja lumpuh dan tidak memberi pengaruh dimana ia ada. hal ini karena tidak adanya tokoh/ sarjana Kristen yang dapat menjembatani antara kekristenan dengan tokoh budaya masyarakat. Para pemikir inilah yang seharusnya melangkah dan menentukan bagaimana gereja harus bersikap. Dialog dengan tokoh masyarakat ini sungguh seharusnya tidak bisa diabaikan. Ketika sekolah teologi hadir, semuanya berorioentasi ke teologi barat dan masalah teologi di barat. Kebanyakan teologi asia belajar dari barat, dan mereka mempelajari ide-ide dan masalah teologi di barat, kemudian mencoba menghubungkannya dengan iman Kristen di asia. Ide-ide dari barat ini sangat bernilai bagi teolog-teolog asia. Beberapa permasalahan gereja telah ada untuk waktu dua ribu tahun, dari gereja mula-mula dan sampai hari ini tetap mengancam gereja. Jadi gereja-gereja harus tetap waspada. Sebagaimana tugas teologi asia adalah sebuah refleksi atas iman Kristen dengan situasi kontemporer. salah satu pertanyaan besar yang selalu harus difikirkan teologi adalah bagaimana wajah gereja saat ini.   Beberapa teolog asia telah menyadari bahwa kebergantungan terhadap teologi barat ternyata tidak bisa mendorong pertumbuhan pikiran dan hati orang-orang asia. Beberapa teolog asia belajar dari barat, dan kembali ke asia memberikan pengaruh. Tetapi apa yang penting, adalah bahwa gereja asia harus melahirkan teolog-teolog mereka sendiri.
Kebutuhan akan teologi ini sudah sangat jelas dirasakan. Tidak hanya di asia, tetapi sebenarnya diseluruh dunia. Garis perbedaan antara teologi barat atau timur sebenarnya tidaklah terlalu jelas, sehingga seluruh gereja membutuhkan akan kehadiran pemikiran-pemikiran teologi yang mendarat di konteksnya sendiri. Hampir setiap bidang dalam gereja membutuhkan masukan dari teologi, dan memaksa teologi untuk berfikir lebih serius lagi. Khususnya di asia, kebutuhan akan teologi yang murni berwajah asia dari para sarjana teologi, sangat dibutuhkan supaya bisa lepas dari ketergantungan dari teologi barat dan menciptakan satu teologi yang relevant untuk konteks asia.

Permulaan Teologi Asia Pribumi
Selama ini, gereja-gereja asia sangat bergantung pada asupan teologi dari barat walaupun gereja di asia tetap membungkus masukan teologi bari barat ini sesuai dengan konteksnya di asia. Dimanapun gereja lahir, dan teologi ditulis dimanapun, ia akan selalu berusaha menjawab masalah-masalah yang ada di konteksnya dengn mencoba menjawab dari mempelajari alkitab. Nilai-nilai alkitabiah  ini bisa diterima  dari tulisan teologi dari manapun sebagai masukan dan memperbanyak variasi masukan yang ada. tetapi para sarjana alkitab atau teolog di asia harus selektiv dan kritis dalam memilih pemikiran-pemikiran teologi dari barat ini. Setiap elemen yang tidak sesuai untuk konteks di asia harus di lepaskan. Proses pelepasan elemen budaya barat dan mengambil inti dari kebenaran inilah yang disebut dengan de-kontekstialisasi.
Proses de-kontekstualisasi dan kontekstualisasi seharusnya menjadi tugas bersama dari para teolog barat dan teolog asia. Ini merupakan tugas yang sangat vital yang seharusnya dikerjakan oleh gereja secara bersama-sama, baik teolog barat maupun asia, jika menganggap tugas misi adalah sama-sama merupakan tugas dari seluruh gereja. Seluruh teolog dimanapun mereka tinggal harus memikirkan misi secara menyeluruh untuk asia, dan harus setia untuk melakukan tugas ini. Gerakan kekristenan dunia perlu dilihat secara saling bergantung. Dan secara khusus focus kerja dari teologi di asia, adalah melihat secara menyeluruh kebutuhan teologi di gereja-gereja asia. Dengan demikian, para teolog baratpun tidak akan melihat lahirnya teolog-teolog asia sebagai persaingan, justru seluruh gereja di dunia akan ikut mendorong setiap kehadiran teolog-teolog yang memikirkan kebutuhan teologi untuk daerahnya masing-masing.

Teologi Asia Untuk Gereja Asia
Apa yag harus dilakukan teolog asia bukanlah untuk menghilangkan teologi barat yang telah mempengaruhinya, tetapi lebih merupakan sebuah usaha yang harus dilakukan untuk menciptakan teologi yang murni lahir dari pergumulan akan kebutuhan di asia. Kedewasaanlah gerejalah yang dibutuhkan, dimana gereja-gereja yang dewasa selalu merespon segala kebutuhan yang sedang terjadi di dunianya, termasuk kebutuhan akan teologi. Gereja asia menyatakan keberadaannya. Jika gereja asia benar-benar memikirkan tugasnya dalam konteksnya, maka gereja akan memberikan kontribusi yang signifikan bagi dunia asia, dimana ia berada.  Tugas teologi menurut c.s. song, di asia dan di dunia ketiga adalah untuk membuka mata dari gereja-gereja tradisional untuk melihat misi Allah bagi dunia seutuhnya. Itulah yang harus dilakukan oleh para teolog asia.

Beberapa Karakteristik Teologi Asia
Satu hal yang menyebabkan mengapa teologi asia harus ada lewat teolog asia adalah adanya keinginan yang kuat untuk merespon injil dari situasi mereka sendiri, dan memberikan ekspresi orang asia terhadap kekristenan. c.s. song sekali lagi mengingatkan bahwa teologi adalah tugas yang secara kreatif dan bukan hanya mengulang-ulang interpretasi dari standar yang sudah ada. teologi dunia ketiga adalah sebuah usaha untuk membukan hal-hal yang terjadi di antara mereka. Teologi asia harus berbeda dari yang lain, karena mereka memang berada di situasi dan kondisi yang berbeda. Untuk itu, respon untuk harus menulis teologi di asia harus dilakukan oleh orang asia. Di dalam prosesnya, mungkin para teolog asia bisa melakukan kesalahan, tetapi kenyataanya, sejak teologi telah menjadi tugas manusia, kemungkinan itu akan tetap terjadi. Maka untuk itu tidak ada lagi alasan bagi orang asia untuk berteologi. Dr. Sapir Athyal telah mengkategorisasi sifat-sifat yang biasa ada dalam teologi asia:

1.      Orientasi asia.
Karakteristik yang pertama dari teologi asia adalah berorientasi kepada agama dan budaya asia. Budaya dan agama di asia sangat terkait erat, sehingga ketika memikirkan tentang budaya mereka, hal itu juga langsung mencerminkan agama mereka. Ini membuat tugas teologi di asia lebih sulit, belum lagi kekristenan di asia dianggap sebagai agama asing bagi budaya orang asia. Ini membuat tugas teologi asia harus bekerja lebih keras untuk supaya kebenaran Allah dapat dipahami oleh orang asia.
2.      Budaya dan komunitas
Gereja asia melihat dirinya sebagai “satu bagian integral dari komunitas orang asia” bukan sebagai suatu pelopor kekristenan barat atau sebuah entitas yang terpisah yang hidup di tengah-tengah budaya orang asia. Gereja asia tidak menutup diri dari urusan-urusan kebudayaan yang ada di masyarakat asia, tetapi berusaha untuk berpartisipasi secara aktif dalam urusan kebudayaan maupun social.
3.      Realita social
Karakteristik ketiga adalah berteologi di sekularisasi dan realitas social lainnya. Kehidupan orang asia tidak terpisah antara kehidupan sekuler dan yang sacral. Hidup adalah sebuah kesatuan dan harus kesatuan itu harus tujuan di dalam teologi. situasi social di asia menuntut perhatian dari teologi sebab pengaruh sekularisasi ini sangat cepat dapat mengubah orang asia. Beberapa teolog melihat perubahan realita social ini sebagai pekerjaan Allah untuk memperbaiki kehidupan orang banyak dan untuk membangun masyarakat ini. Jadi, sudut social adalah salah satu konsern yang amat penting bagi teolog asia.
4.      Lebih intuitif daripada sistematis
Teologi di asia lebih berhubungan dengan pengalaman dan itu menjadi secara natur terbagi-bagi dan tidak sistematis. Sifat sistematis sebenarnya lebih cenderung dibutuhkan di dunia barat daripada orang asia, sehingga sistematisasi tidak terlalu seluruhnya bermakna di asia.
5.      Hermeneutic asia
Kebanyakan budaya di asia dipengaruhi atau setidaknya mirip dengan kebudayaan cina. Pemikiran cina selalu digambarkan dan bersifat konkret. Jadi teologi asia yang lahir dari kebudayaan yang mirip gaya berfikir tiongkok yang lebih bersifat konkrit daripada abstrak. Cirri lain dari karakteristik dari teologi asia adalah lebih concern dengan pengalaman hidup daripada konsep-konsep. Demikian halnya dengan teologi misi, yang bukanlah teori-teori yang abstrak, filsafat, atau murni akademis, melainkan teologi itu ditulis dalam bentuk dukungan hidup. Jadi teologi asia, karena dia bersifat tidak murni akademis, itu tidak hanya menjadi sebuah materi di kepala saja tetapi juga sangat perhatian kepada masalah hati.

Suara kenabian
Satu tugas yang tampaknya belum terlalu di perhatikan, tetapi akan dipertimbangkan dalam teologi asia adalah tentang suara kenabian dari teologi. suara kenabian dari gereja selalu penting.  Suara kenabian, dalam arti memikirkan tentang kehendak Allah terhadap kebudayaan yang kemungkinan besar mengandung kekeliruan atau hal-hal yang buruk(evil), mengingat setiap kebudayaan sudah tercemar oleh dosa. teolog asia, khususnya orang pribumi yang lebih tahu hal-hal yang tidak sesuai dengan firman Allah yang ada dalam kebudayaan mereka, dan gereja atau teologi harus mengkonfrontasi bahkan membuang hal itu dari kebudayaan.  Ini bukan satu tugas yang terpisah, tetapi satu bagian integral dalam tugas teologi.

Goal Dari Teologi Asia
Tujuan teologi asia adalah memikirkan kebutuhan akan kekristenan di benua asia. Itu bisa berbicara dukungan atau juga mempertimbangkan, tetapi selalu berdasarkan firman Allah. tetapi sebenarnya tugas teologi, tidaklah sesederhana itu. Tugas teologi melampawi hanya sekedar memikirkan tentang keberadaan kekristenan di salah satu sudut, dalam hal ini adalah asia. Seorang professor korea won sul lee, menulis sebuah buku yang berjudul beyond teologi. disana ia bukan menerangkan tentang peradaban barat dan timur, bukan teologi, tetapi ia sedang berbicara dan memberi masukan yag besar kepada para teolog. Gerakan kekristenan adalah gerakan yang mendunia. Walaupun tujuan kita adalah untuk menulis teologi untuk kekristenan atau gereja di dalam satu situasi atau lokasi, tetapi itu tetaplah memiliki pengertian dan berguna bagi kekristenan di seluruh dunia. sebaliknya kontekstualisasi teologi, pasti tidak baik jika ia hanya cocok untuk satu konteks tetapi bertentangan dengan konteks yang lain. aspek universal dari injil harus terlihat dan lebih mudah dikenali baik dari dalam maupun dari luar kebudayaan. Jadi ada sisi luas dan sempit dari tugas teologi. ada kebutuhan untuk memikirkan tentang kebutuhan gereja dan kebudayaan asia. Tetapi lebih dari itu, ada satu tugsa yang besar untuk memenuhi kebutuhan teologi untuk gereja secara keseluruhan. Teologi asia harus menulis untuk kedua kebutuhan ini.

Bab 3. KARYA TEOLOGI

Respon dari orang asia terhadap panggilan teologi ini sebenarnya sangat sensitive, dan mulai berada dalam proses pencarian untuk memulai bekerja. Tetapi masalahnya sekarang adalah, “bagaimana memulainya’? jadi perlu untuk menggambarkan bagaimana natur teologi dan bagaimana mereka telah bekerja selama ini. Sebelum mempelajari bagaimana metodenya, perlu juga mengetahui prinsip utama dari sains. Teologi adalah murni tugas manusia, sebagai responya terhadap pencarian akan kebenaran akan kehendak Allah dari Wahyu Allah. masalah teologi ada pada manusia, bukan Allah. akal budi manusia yang telah rusak oleh dosa mengakibatkan manusia kehilangan kehidupan spiritualnya. jadi tujuan teologi adalah juga berusaha untuk memulihkan keadaan spiritual ini, tetapi lewat usaha perjalanan intelektual dalam iman yang sudah percaya. teologi adalah usaha intelektual, tugas untuk mengorganisasi dan menjelaskan firman Allah dengan gaya kesarjanaan atau model intelektual. Jadi teologi bukan usaha spiritual, tetapi murni seruan intelektualitas.

Orang Injili dan Teologi
Orang-orang injili telah menyadari bahwa ada kegagalan untuk mengembangkan pemikiran teologi yang relevan dengan pergumulan kontemporer. sekalipun kita tahu bahwa mungkin pandangan kita itu sungguh benar, tetapi tetap saja itu tidak menjawab kebutuhan kontemporer dan sangat kekurangan teks book untuk banyaknya masalah-masalah yang ada. jadi tugas teologi sebenarnya bukan lagi opsional, melainkan keharusan. Selalu tersedia pergumulan-pergumulan yang baru, dan selalu ada materi-materi yang membutuhkan kajian teologis. Tugas berteologi ini selalu berkelanjutan. Ia lebih dari sekedar mengerjakan kembali masukan-masukan yang telah ada atau mengulangi apa yang telah ada dengan bahasa yang lain, tetapi harus mempertanyakan dan berbicara tentang hal-hal yang sedang relevan dan vital.

Jenis Teologi Apa?
Ada gerakan teologi yang menjauhkan prinsip dasar alkitab dan menggantikannya berdasarkan situasi eksistensial. Dengan kata lain, starting point dari teologi ini bukanlah berangkat dari penggalian akan firman, tetapi berangkat dari situasi kontemporer. teologi injili tidak bisa mengikuti gaya ini, tetapi tetap mempertahankan bahwa alkitab adalah tetap dasar dalam berteologi. Teologi injili berangkat dari kebenaran alkitab, dengan demikian harus mempelajari pengetahuan alkitab secara mendalam. Kebenaran alkitab itu bersifat universal dan selama-lamanya. Tetapi alkitab juga di tulis berdasarkan konteks pada saat itu, sehingga apa yang harus dicari adalah pesan Allah pada saat teks-teks itu ditulis, dan tugas teologi adalah untuk memikirkan relevansi dari pesan tersebut untuk konteks masa kini.  Dengan kata lain, pesan itu tentu tidak bisa langsung diterjemahkan dan diinerpretasi pada masa kini tanpa mengetahui lebih dulu secara dalam apa makna dari teks tersebut pada awalnya. Wahyu Allah kepada manusialah yang menjadikan adanya pesan Alkitab. Pesan ini telah secara sejarah dan nyata berdiri berdasarkan tujuan memahami Allah atau tentang Allah dan dapat dipahami manusia. Allah berbicara melalui orang-orang atau budaya tertentu untuk bisa dimengerti dengan jelas oleh manusia untuk selamanya. Maka konteks alkitabnya pun merupakan bagian dari pesan tersebut. Pesan itu penting bagi manusia untuk memahami firman Allah dalam konteks budaya alkitab dan kemudian mengambil pemahaman yang baru dan mempergunakannya untuk dipikirkan di dalam konteks dan kebudayaan yang lain/ kontemporer.

Firman Allah
Teologi jika ingin tetap tetap setiap kepada tugas dan panggilannya, harus berdasarkan benar-benar dari Alkitab. Teologi tidak bisa mengendalikan prinsip alkitab sekalipun dia dikatakan lain dengan sistem ilmu yang lain.  Panggilan teologi adalah untuk menginterprtasi Alkitab dalam orang-orang budaya kontemporer, dan tidak mengubah pesan intinya. Teologi juga tidak bisa mengkompromikan pesan alkitab dengan menerapkan hal-hal yang bertentangan dengan karakteristik dan isi firman Allah. bahkan teologi bisa disebut sebagai “Terjemahan”. Clark pinnok pernah mengatakan bahwa tugas teologi adalah menerjemahkan; menerjemahkan konten dari firman Allah ke dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh manusia di dunia kontemporer.

Teologi di dalam komunitas
Tugas teologi dimulai dengan menjelaskan pesan yang diberikan kepada gereja Allah. memahami kembali arti masukan-masukan yang dari Allah, dalam pengajaran. Sekalipun gereja banyak memegang kebenaran sejati dari alkitab, tetapi akan selalu ada masukan-masukan baru ketika mempelajari firman Allah, tentunya dengan pertolongan roh kudus. Firman Allah sangat kaya, dan perlu dipelajari terus menerus secara serius untuk mendapatkan pengajara-pengajaran yang berguna. Namun apakah gereja sudah begitu setia kepada firman Allah? pada poin ini focus dari teologi adalah untuk menghidupkan gereja untuk selalu mengevaluasi diri dan interpretasi diri. Hanya firman Allah yang dapat mengoreksi dan menguji gereja. Firman Allah ada di atas gereja, dan otoritas firman adalah yang terutama.  Gereja tidak mempengaruhi firman Allah sekalipun tugas gereja untuk memeliharanya. Gereja bangkit oleh firman Allah, jadi prioritas tetap pada firman. Ketika dengan setia memahami dan menyatakan firman Allah, firman Allah memberkan kelahiran baru kepada gereja. Firman Allah menjadi konselor, pembimbing, dan bahkan menjadi hakim bagi gereja.
Jadi apakah pesan dari kekristenan itu?
Paul Tillich mengatakan bahwa pertanyaan utama dari teologi adalah apa pesan kekristenan itu, tidak hanya itu lebih serius lagi bagaimana menghubungkannya dengan pemikiran kontemporer supaya mereka/ manusia tetap memiliki pilihannya. Apa pesan kekristenan itu selalu bersifat present”. Gereja telah mempelajari elemen terpenting dari firman Allah itu, tetapi bukan tanpa klarifikasi lagi. Tillich secara serius memikirkan tentang relasi antara pesan ini dengan dunia kontemporer. gereja harus tetap memelihara kewaspadaan dari kekeliruan akan pesan ini. Teologi dapat menolong gereja untuk menilai tindakan tradisional dan persepsinya di dalam terang firman Allah.
Menguji teologi
Tekanan besar dari jaman adalah kegagalan kita dalam melihat hal hanya hari ini, dengan asumsi bahwa segala hal yang dari masa lalu hanya kecil atau tidak ada relevansinya lagi dengan hari ini. Kegagalan dalam melihat bahwa apa yang hari ini ada adalah perpanjangan atau hasil dari masa lalu itu, yang memimpin kepada suatu penolakan dari kesinambungan pikiran teologi. james orr berkomentar, bahwa pengujian perkembangan teologi yang sekarang bukanlah kebebasan dari apa yang lalu, tetapi lambat laun memperbaiki dengan rasa hormat, mendalami dan memberi masukan dan membawa kepada satu tahap yang semakin komplit. Mungkin disana ada yang tetap dipertahankan, ada kesalahan yang harus diperbaiki, teori yang terlalu terburu-buru, godaan-godaan, kesimpulan yang terlalu jauh, dan sebagainya tetapi kesalahan ini diperbaiki lewat pengalaman dan anggapan ditengah-tengah itu adalah mungkin  mencapai sebuah kelanjutan yang solid dan secara perlahan menemukan kebenaran kepada kebenaran berikutnya. Berkhof mengatakan bahwa kita tidak harus mengabaikan teologi warisan itu, tetapi justru kita harus masuk kedalamnya. Tradisi itu memang harus selalu diukur berdasarkan standar firman Allah, dan setiap generasi memiliki respon untuk membuat tradisi menurut ajaran alkitab, jadi mereka bisa sesuai.

Melanjutkan Tugas Berteologi
Kebenaran Allah adalah universal dan selama-lamanya tidak berubah, tetapi pemahaman manusia terhadapnya bisa berubah. Bahasa, konsep, dan memahami budaya bisa berubah. Kebenaran Allah harus diterjemahkan kepada setiap konteks dan setiap generasi baru. Kebenaran Allah tidak berubah, tetapi jika kontkes berubah maka cara ekspresi kebenaran itu perlu dirubah supaya pesan injil itu tidak menjadi hilang. Teologi adalah aktivitas manusia dan oleh sebab itu tiak pernah selesai secara utuh dapat menjelaskan kebenaran Allah, sehingga perlu ada pemajuan dan pemurnian.
Untuk Setiap Generasi
Peran teologi harus juga bersifat selalu mengkritisi dirinya sendiri, dimana kritik diri adalah jalan gereja menempuh ekspresi iman. Teologi harus selalu mengukur ekspresi iman baik yang lalu dan yang sekarang apakah bertentangan dengan kebenaran Allah. itu sebabnya, berkower mengatkan bahwa tidak ada “ketenangan yang tidak bergerak” dalam teologi. jadi ada usaha yang selalu, serta kegelisahan dalam pekerjaan teologi, dan ketidakpuasan terhadap jalan iman adalah dapat dipahami. Beberapa memandang hal ini sebagai satu ancaman terhadap kebenaran, tetapi sebenarnya itu adalah satu perlindungan terhadap gereja. Jika gereja berbuat salah, ia harus dikembalikan kepada terang dan diperbaiki. Jadi, kewaspadaan merupakan hal yang utama bagi teologi.
Tugas teologi pribumi
Tugas lain dari teologi pribumi adalah supaya tetap sensitive terhadap pertanyaan-pertanyaan dan masalah yang menghadapi gereja dan menyediakan jawaban yang memperbaiki dan lebih otoritatif. Tugas special teologi adalah untuk mengetahui dan menjawab pertanyaan yang nyata berhadapan dengan gereja di konteks tertentu. Tetapi melampaui peran ini, teologi juga harus memerangi masalah yang menghambat hubungan gereja dengan budaya dan menyediakan langkah yang benar. Ini adalah bagian dari misi gereja kepada dunia. teologi harus memimpin gereja keluar dari parokialisme kepada dunia yang lebih luas dengan sebuah misi dan pesan yang jelas.

Panggilan Khusus Teolog
Tugas utama teologi sebenarnya adalah dalam hal pengajaran. Teologi harus melahirkan pengajaran yang benar. Peran Teolog bisa dikatakan sebagai pengajar gereja. Teologi menyentuh semua aspek dalam gereja, jadi perhatiannya tidak hanya pada satu bidang tertentu tetapi kepada seluruh gereja secara utuh. Jadi seharusnya ada kerjasama antara gereja dengan teolog, dimana gereja juga harus menerima kemungkinan kritik teolog dan ada juga kelalaian yang bisa terjadi dalam teologi sebab teolog adalah manusia. gereja harus mengijinkan teolog ada kebebasan begitu pula sebaliknya dan keduanya saling memperlengkapi. Kerendahan hati adalah sesuatu yang mutlak harus dipelihara dalam hal ini. Teolog tidak bisa berbuat, tetapi ia memberitakan Firman Allah. teolog akan menerima respon yang mengagumkan tetapi juga akan dihakimi baik oleh Allah maupun juga manusia. meskipun perkataan dan pekerjaannya akan memperbaiki gereja, ia juga bisa menyesatkan gereja. Kebutuhan ini tidak membuat para teolog segan tetapi akan membuatnya bekerja dengan bertanggungjawab.

Pekerjaan teolog
Ketika melakukan pendekatan teologi, itu mencakup unsure disiplin dan pekerjaan, kita melakukan itu dengan presuposisi tertentu yang dipegang melalui teolog.
1.      Wahyu yang dapat dimengerti
Persuposisi yang pertama adalah bahwa Allah menyatakan dirinya kepada manusia dengan cara yang dapat dimengerti. Pewahyuan Allah atas dirinya adalah dasar terpenting dari bangunan sistem teologi. ketika teologi berbicara secara ororitatif, itu adalah menginterpretasi   pewahyuan Allah dalam cara yang dapat dipahami kepada gereja atau dunia. Ada elemen-eleman yang masuk ke dalam teologi, seperti pengalaman, situasi gereja dan sebagainya, tetapi dasar otoritas itu adalah firman Allah sebagai sesuatu yang menjelaskan tentang diri Allah sendiri. Allah menyatakan dirinya kepada manusia dengan jalan yang dapat dipahami manusia, dan manusia dapat memiliki kepastian bahwa itu adalah kebenaran dimana benar-benar Allah telah menyatakan dirinya kepada manusia. Allah membuat dirinya dikenali oleh manusia dengan cara yang sangat spesifik. Bahkan firman Allah ini telah hadir secara konkrit dalam bentuk inkarnasi. Sehingga kebenaran yang konkrit itulah yang menjadi inti dari pesan injil.
2.      Focus kepada rasio
Presuposisi lain dari teologi injili adalah bahwa pikiran manusia atau proses kognitif  secara esensi adalah sama kepada semua manusia. starting poin dari perspektif masing-masing mungkin berbeda, tetapi perlengkapan dari proses berfikir itu adalah sama, yang disebut rasoinalitas. Rasionalitas adalah kemampuan untuk berfikir, untuk mengetahui dan berkomunikasi secara logis tentang kebenaran melalui kemampuan berfikirnya rasio. Ada juga yang mengatakan bahwa rasio adalah kemampuan manusia untuk mengalami tatatertib alam semesta. Allah adalah keadaan yang berfikir atau setidaknya dan bahkan yang menciptakan keberadaan yang berfikir ini, sehingga pasti ia bisa berhubungan dengan manusia yang juga adalah keberadaan yang berfikir.
3.      Perjanjian Allah dengan kita secara terusterang
Kita menganggap bahwa Allah yang menciptakan realitas dan manusia tidak akan menyepelekan pikiran manusia. inilah salah satu presuposisi yang lain dari teologi injili. Hukum pemikiran dan rasio secara umum cocok dengan realitas secara objektif. Sekalipun pikiran manusia telah dicemari oleh dosa, manusia memiliki kemampuan untuk berfikir, dan punya kecukupan untuk menemukan serta merasakan realitas objektif yang benar. Kita juga menduga bahwa Kristen mampu untuk memahami Wahyu Allah dengan bantuan roh kudus. Teolog injili asia memiliki pemahaman yang bersih tentang hubungn antara human reason dengan pencerahan roh kudus. Pengejaran Kristen terhadap Wahyu Allah, mereka secara percaya diri yakin bahwa “roh kudus yang menuntun kita kepada kebenaran adalah roh yang juga menghembuskan kebenaran kepada penulis alkitab, juga menghendaki kita supaya mencari dan menemukan kebenaran dari tulisan-tulisan itu. Pekerjaan teologi adalah untuk memahami dengan bersih frman Allah dan berbicara tentang kebenaran Wahyu Allah dan berusaha secara maksimal kepada gereja dan dunia di dalam generasinya.
Bab 4. KEBUTUHAN SISTEM DAN BENTUK

Sejarah pemikiran manusia adalah sejarah perkembangan sebuah sistem yang besar. Sistem adalah mutlak dan teologi sudah sistematis. Sistem adalah inti keseluruhan dari proposisi yang konsisten, independen, dan berkembang sesuai metode tertentu. Alkitab menjadi dasar dari sistem tersebut, dimana alkitab mengajarkan kebenaran yang berkesinambungan tetapi belum tersistematisisasi secara jelas. Jadi sistematik teologi adalah buatan manusia, bersifat konstruktif/ membangun, juga kreativ. Tujuan pekerjaan teologi adalah untuk menyusun semua doktrin yang ada dalam alkitab ke dalam satu bangunan yang kuat/ utuh.

Teologi sebagai pekerjaan manusia.
Subjek dan isi dari teologi adalah kebenaran Wahyu yang absolute dan tidak tergantikan. Tugas teologi untuk menyusun dan mengatur kembali susunan kebenaran ini sehingga dapat dilihat dengan jelas dan dapat dipahami berbagai macam perspektif dan situasi umat manusia. jadi sementara kebenaran itu tetap dan tidak tergantikan, maka gaya ekspresi dari kebenaran ini bisa bervariasi. Teologi itu pekerjaan manusia, aktivitas intelektual manusia, bahkan abstrak serta kelihatan kecil hubungannya dengan kondisi actual manusia. jadi tidak ada hasil dari aktivitas teologi yang sempurna dimana ia selalu membutuhkan evaluasi dan koreksi. Pekerjaan teolog tidak bisa menghadirkan secara sempurna dan berakhir dalam usaha memahami iman Kristen. Teolog tidak pernah bisa sama modelnya dalam kehadirannya. Rekonstruksi yang baru akan selalu dibutuhkan kepada setiap generasi, dan teolog yang bersemangat harus selalu bangkit untuk mengejar tugas ini.

Sistem adalah sekunder
Sebuah sistem juga tidak bisa secara tuntas dapat memahami serta mengutarakan sumber kebenaran yang tidak terbatas yakni firman Allah. ini adalah harapan yang terlalu utopis dari sebuah sistem. dengan kata lain, sebuah sistem tetap pasti ada cacatnya. Dengan demikian teologi harus menghindari godaan untuk memutlakkan sebuah pesan lewat tubuh sistem. Pesan (alkitab) dapat mempengaruhi tubuh sistem, tetapi tidak sebaliknya. Sistem tidak pernah menciptakan pesan. Dia hanya memberitakan. Sistem adalah (hanyalah) alat, yaitu alat untuk melangkah ke dalam sebuah struktur yang kuat dalam menyusun/ mempersatukan banyak elemen dari iman sehingga menjadi kuat/ utuh. Jadi sistem bukanlah akhir, tetapi hanya sebuah cara untuk mencapai sebuah akhir.

Metodologi teologi
Sebuah persiapan diskusi, metodologi dibutuhkan untuk membuat model teologi yang akan digunakan. Tipe akan menentukan metodologi. Paul Tillich menyampaikan dua tipe teologi- metode kerygmatic dan apologetic. Kerygmatic berarti teologi yang berfokus kepada kebutuhan gereja. Metode ini tidak memikirkan hubungan antara injil dengan gereja. Apologetic teologi mencari/ memikirkan hubungan dengan dunia dan mencari jawaban yang muncul di gereja terhadap masalah-masalah / hubunganya dengan dunia. Tillich serorang teolog apologetic. Barth seorang tolog kerygmatik. Jadi sekalipun belum jelas metodologi yang harus di ambil, tetapi dari dua perbedaan antara Tillich dan barth, terlihat dua pekerjaan yang harus dikerjakan teologi. sebuah keseimbangan antara keduanya: sebuah teologi yang berbicara kepada gereja dan juga kepada dunia, itulah teologi yang baik dan yang dibutuhkan oleh asia. Metode teologi juga memikirkan tidak hanya konten dari pesan yang ia bawa, tetapi juga situasi-konteks dimana ia beritakan pesan tersebut. Dengan demikian dibutuhkan metode yang dapat menjawab hal-hal ini. Tillich mengratikan metodologi sebagai “sebuah cara sistematis dalam melakukan sesuatu, khususnya untuk memperoleh pengetahuan. Teologi mengikuti sebuah metode yang mana adalah “sebuah cara tertentu untuk menurunkan dan menyatakan preposisi. 
Metode yang tepat
Sebuah metode tidak dapat mengklaim telah memadai untuk setiap disiplin atau kategori pengetahuan. Teologi harus mengembangkan sebuah metode yang tepat untuk satu subjek bahan tertentu; jadi tidak bisa di bawa dari metode lain. teolog harus menciptakan metodologinya sendiri, dan seharusnya dengan dasar firman Allah. teologi asia harus membangun sebuah metode yang tepat untuk konteks asia.
Metode sintetic
Metode sintetik ini mengambil Allah sebagai starting pint dan kebenaran utama. Setiap diskusi dalam tata tertib logika, selalu bergerak dari doktrin Allah melalui beragam doktrin yang lain, tetapi selalu di hubungkan dengan kebenaran utama itu(Allah).

Karakateristik sistem teologi
Satu karakteristik utama dari teologi adalah keteraturan. Keteraturan ini sangat penting karena tugas teolog adalah mengatur atau mengeksposisi secara sistematis kebenaran iman Kristen. Ada urutan kebenara yang melekat di dalam Wahyu Allah dariNya kepada manusia. sebuah sistem teologi adalah “membuat susunan dalam dari kebenaran iman”.
Jadi menulis teologi, sebagai pekerjaan yang konkrit dari tugas teologi, bukanlah tugas yang mudah. Tugas ini sangat kompleks karena subjek pekerjaanya dan proses komunikasinya juga akan sangat kompleks. Setiap generasi harus mendengar injil secara lengkap, dan langsung berhubungan dengan pola pikirnya yang cara mana cara berfikirnya juga adalah menurut generasinya sendiri. ini membuat tugas teologi menjadi sangat kompleks.

Titik Awal Dari Teologi
Starting point dari teologi adalah selalu mulai dari Allah, dalam pengertian Allah yang dicatat oleh alkitab, dan bukan Allah dalam konsep filsafat atau agama-agama. Sementara Pusat dari teologi itu sendiri adalah pribadi Yesus Kristus sendiri. Teologi asia khususnya sangat dan cocok tertarik dengan masalah inkarnasi Yesus.

PERTIMBANGAN KONTEKSTUAL DAN BUDAYA
DALAM PEKERJAAN TEOLOGI

Bab 5. KEPEDULIAN TERHADAP KEBUDAYAAN

Teologi tidak hanya penting untuk menjadikan alkitab sebagai landasannya, atau metodologi yang baik, tetapi yang tidak kalah penting adalah bagaimana mempertimbangkan kebudayaan serta mendaratkan teologi itu. Mengapa perlu mempertimbangkan kebudayaan? Ketika kita berbicara tentang teologi, itu seharusnya tidak bisa lepas dari kehidupan nyata. Manusia hidup dalam kebudayaan mereka. Maka beberapa pertanyaan sehubungan dengan budaya akan lahir. Apakah maknanya ketika berbicara tentang “kebudayaan”?  bagaimana budaya itu bisa mempengaruhi teologi? apakah budaya itu baik, netral, atau buruk? Jadi akan banyak pertanyaan-pertanyaan yang akan lahir yang harus kita pikirkan. Bagaimana caranya kita menghubungkan kekristenan dengan kebudayaan, dan itu sangat penting untuk terus dipikirkan. Allah tidak hanya memperhatikan teologi. Allah memperhatikan keseluruhan aspek kehidupan, di dalamnya termasuk budaya. Jadi kesadaran akan pentingnya budaya menjadi persiapan yang sangat penting untuk pekerjaan teologi yang solid dan relevan.
Seorang antropolog T.Hall, memberikan defenisi kebudayaan sebagai berikut;
Budaya adalah perantara manusia; tidak ada aspek dari kehidupan manusia yang tidak tersentuh atau diubah oleh budaya. Inti artinya budaya adalah kepribadian, bagaimana manusia mengekspresikan diri mereka, termasuk emosi, cara mereka berfikir, bagaimana mereka hidup/ bergerak, dan menyelesaikan masalah. Yang lain mengatakan bahwa budaya itu sebagai “perpaduan total dari karakteristik kebiasaan yang dipelajari yang dimanifestasikan bersama dalam kelompok. Kebudayaan merupakan sesuatu yang sangat kompleks. Ia merupakan perpaduan antara perspektif hidup manusia, pikiran, worldview, model dan gaya hidup. Ia juga selalu berubah, dan perubahannya juga tidak terjadi pada semua bagian, waktu, atau ukuran yang sama. Untuk itu sikap kritis perlu selalu dikembangkan oleh orang Kristen terhadap kebudayaan. Richard neiburh membagi sikap kritis terhadap budaya dalam lima kategori; Kristus menentang budaya, Kristus dari budaya, Kristus diatas budaya, Kristus dan budaya paradox, dan Kristus adalah pembaharu budaya. Kaum injili menyadari adalah sangat penting untuk tetap memperhatikan sikap kristis ini, dimana budaya harus tetap di nilai berdasrkan firman Allah. Ketika kekristenan menyentuh budaya, ia mengubah aspek-aspeknya. Kekristenan bisa membawa perubahan yang besar dalam budaya. 

Perubahan budaya
Budaya adalah buatan manusia. kebudayaan itu sesuatu yang rancu, dimana ia dibuat oleh manusia yang adalah mahluk mulia, tetapi telah jatuh dalam dosa.  Kedua unsure ini pun terdapat dalam kebudayaan, dimana Budaya tidak seluruhnya baik, juga tidak seluruhnya buruk. Oleh sebab itu, seperti john stott katakan bahwa setiap budaya harus diuji. Kekristenan tidak seluruhnya menolak kebudayaan yang merupakan produk manusia, tetapi harus di uji.  Proses pengujian kebudayaan bukanlah pekerjaan yang mudah dan sangat berisiko. gereja sebagai wakil Kristus, akan tetap mengalami rintangan yang sulit dalam menghadapi dunia. gereja naturnya adalah sebagai orang asing atau pendatang di bumi, bahkan menjadi orang asing di negeri sendiri. bloesch bahkan menekankan sekali lagi bahwa orang Kristen adalah komunitas surgawi di tengah-tengah dunia yang berdosa (flp 3:20). Jadi wajar saja jika terdapat beberapa perbedaan yang sangat mencolok antara kekristenan dengan budaya. Jadi bukan kekristenan yang menyesuaikan diri terhadap budaya, justru kitalah yang mentransformasi budaya untuk pembaharuan budi.
Gereja tidak bisa seutuhnya murni, tanpa masalah jadi sulit melakukan tugas ini. Tujuan utama dari pembaharuan Kristen adalah renovasi dan pembaharuan akal budi. untuk membawa kebudaan kembali mengenal Allah dan serta menyembah Kristus. Lebih dari transformasi individu, tetapi panggilan ini adalah untuk kebudayaan social dan transformasi nasional supaya menghidupi kebenaran Allah. Misi itu tidak melulu kisah tentang menyebarkan iman, tetapi juga sejarah transformasi hidup. Pengaruh injil selalu mengandung kebenaran terhadap keseluruhan hidup. Gereja adalah wakil Allah untuk memberikan impact kepada dunia, dimanapun ia berada. Gereja harus selalu menjadi agen perubahan dalam dunia. Mandat alkitab adalah bahwa setiap bangsa dan setiap orang harus mendengar injil. Injil mengajarkan juga bahwa hanya ada satu Allah, dan Allah yang sangat berbeda dengan ilah-ilah yang dikenal/ dipahami oleh bangsa-bangsa. Inilah Allah yang harus disembah kembali oleh kebudayaan, setiap bangsa itu. Itulah tujuan kita.

Budaya dan teologi
Teologi tugasnya adalah untuk mendaratkan menjelaskan akan pesan dari firman Allah, tetapi tidak dimulai dengan pesan melainkan dimulai dengan manusia. jadi itu disebut dengan teologi from below, dimana mereka menerima konsep-konsep dan persuposisi dari kebudayaan dan kemudian dengan dmikian mereka mulai berfikir berangkat dari masalah-masalah ini, bagaimana alkitab menjawab hal tersebut. Jadi budaya dan elemen-elemen budaya adalah berotoritas juga untuk dibutuhkan dalam pekerjaan teologi.

Bab 6. POKOK BUDAYA: AGAMA, FILOSOFI, DAN IDEOLOGi

Di asia, antara budaya dan agama atau budaya dan ideology adalah saling berjalin. Perkembangan budaya dan perkembangan agama terjadi bersama-sama. Jadi agama telah memberikan pengaruh kepada kebudayaan serta sebaliknya.

Pandangan alkitab terhadap agama-agama
Satu elemen yang paling vital di atas kebenaran Allah yang hidup yang telah ia nyatakan kepada bangsa Israel adalah, bahwa tidak ada kompromi dengan ilah-ilah lain. Allah dalam alkitab sangat anti sinkretisme. Alkitab secara terang-terangan menentang sinkretisme yang pada akhirnya hanya akan jatuh pada kekejaman dalam penyembahan. Secara umum, karakteristik bagian ini menyusun iman alkitab yang terpisah dari agama-agama besar orang asia yang kebanyakan adalah sinkretis. Hendrik kreamer melihat bahwa bahaya sinkretis inilah yang mengancam eksistensi dari kekristenan di asia. Orang asia senang dengan sinktretisme.  Tetapi iman alkitab dalam Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama, secara murni menolak setiap penyesuaian dengan agama-agama. Yang ditolak adalah ide tentang penyaringan kebenaran esensial melalui struktur dan worldview dari agama-agama itu. Tidak ada keraguan untuk menggunakan kata-kata atau konsep dari agama-agama lain dan filosofinya, tetapi harus selalu berhati-hati dalam hal bagaimana mereka memahami Allah dengan pemahaman dan pola pikir mereka yang lama.

Wahyu umum dan Agama-Agama Lain
Paulus dalam Roma 2, menunjukkan bahwa di dalam diri manusia secara umum ada suara hati nurani atau kesadaran akan keberadaan ultimat, pemahaman akan keberadan Allah dan moralitas yang membuat manusia melakukan kehendak Allah. inilah yang kita sebut sebagai Wahyu umum.  Wahyu umum dinyatakan Allah juga lewat budaya.  Kita memiliki hubungan Wahyu umum dan Wahyu umum awalnya itu diatur oleh kebudayaan. Wahyu umum bisa kita sebut sebagai adanya sebuah peraturan di dalam pengembangan budaya dan kebudayaan. Sebagaimana budaya, Wahyu umum juga bisa dinyatakan melalui agama. Agamapun pada dasarnya juga adalah ciptaan manusia, dan mengadung kedua unsure yang diatas yaitu baik dan buruk. Berkhof menyatakan bahwa ada kebenaran dalam agama-agama dunia, tetapi itu dilihat sebagai akibat keyakinan mereka sebagai “kegelisahan terhadap kebenaran”. tetapi kita kalangan injili meyakini bahwa walaupun mereka juga mengenal kebenaran dan Wahyu umum, tetapi kita tidak mengatakan bahwa itu cukup menyelamatkan manusia tanpa injil.  Tetapi setidaknya dengan adanya kebenaran dalam agama-agama, itu bisa menjadi presuposisi bagi mereka bahwa ada satu kebenaran mutlak, yang sumbernya dari satu Allah saja. Dan itu bisa menjadi bahan refleksi bagi mereka sehingga bisa dibawa menuju kebenaran yang sesungguhnya.

Berbagai Posisi Mengenai Agama-Agama
Agama dan kebudayaan mengalami perkembangan di barat, dan beberapa kebudayaan mempengaruhi agama. antropologi menunjukkan bahwa dalam beberapa cara kebudayaan dan agama adalah sama sebagai, seni, hubungan social, dan elemen budya yang lain adalah buatan. Kekristenan yang juga dikenal sebagai agama di barat, sehingga hal ini pun bisa berlaku bagi kekristenan. secara umum satu pertemuan yang pernah dilakukan di Bangkok, mengatakan bahwa mereka merasa bahwa injil perlu menilai semua agama, bahkan diantaranya adalah kekristenan. mereka membedakan kekristenan dengan injil, dan merasa bahwa apa yang harus dihadirkan kepada manusia adalah pribadi Kristus, bukan kekristenan.  Di sisi lain, beberapa menganjurkan bahwa perlu untuk memandang berharga terhadap agama-agama. Dalam beberapa hal, agama-agama berteologi dengan cara yang baik, dan perlu dipelajari kekristenan. contohnya adalah agama budha, yang mana mereka juga memulai agama dengan sebuah analisis terhadap kondisi manusia. ini adalah awal yang baik untuk berteologi, dimana berteologi harus dimulai dengan melihat realitas eksistensi kehidupan, dan bukan memulai dengan spekulasi metafisik. Jadi apa yang dilakukan oleh agama budha adalah sesuatu yang baik, dan merupakan starting point kekristenan untuk asia.

Perdebatan Roma Katolik dalam Agama-agama
Karl rahner seorang teolog katolik memahami bahwa agama sebagai institusi adalah bagian dari rencana keselamatan Allah. Di dalam katolik telah terjadi pemahaman dari “keselamatan dari gereja”, ke “keselamatan hanya dari Kristus”.  Agama juga Anugrah Allah adalah lebih besar dari semua institusi bahkan dari manusia. gereja tidak menyelamatkan, bergeser ke pemahaman bahwa agama yang menyelatkan, dan akhirnya bahwa hanya anugrahlah di dalam Kristus yang menyelamatkan. Keselamatan bukan melompat melalui gereja, tetapi hanya lewat Kristus. Tetapi rahner menunjukkan kembali bahwa gereja adalah bagian dari keselamatan itu, dimana hanya Kristus yang menyelamatkan bukan berarti benar-benar tidak ada hubungan dengan gereja.  Anugrah menurut rahner, harus menengahi/ melalui tubuh institusi supaya bisa tersedia. Allah tidak bisa memenangkan orang tanpa melalui institusi yang menyediakan tersebut. Inilah fungsi dari gereja, sebagai institusi yang menyediakan anugrah Allah tersebut.  Anugrah adalah selalu Kristus, dan selalu beroritentasi melalui Kristus dan Kristus mengejawantah di dalam gereja. Sementara hans kung, menganut pandangan bahwa keselamatan tidak harus melalui gereja. Keselamatan menurut kung, ada dua jalan yaitu agama-agama dan lewat kekristenan. orang-orang di luar gereja/ non Kristen juga bisa mendapatkan keselamatan dalam agamanya sendiri. jadi tugas kekristenan terhadap agama-agama yang lain adalah untuk memajukan mereka sesuai agamanya sendiri, atau dengan kata lain tugas teologi adalah “menjadikan seorang budha menjadi budha yang lebih baik lagi”.

Agama Bukan Berdasarkan Norma
Barth sangat menolak masalah legitimasi agama, dan itu tidak sesuai dengan alkitab. Ia menolak klaim agama menjadi dasar dari Wahyu. Ia menolak Wahyu umum, dan hanya ada satu jalan keselamatan yaitu Kristus. semua agama mengagumkan, tetapi tidak mungkin bisa menemukan Allah. Mngenai kebenaran ultimat, bahwa Allah telah mengirimkan anakNya untuk keselamatan manusia, dalam hal ini seluruhnya diam. Jadi apa yang berbeda dalam kekristenan, adalah satu-satunya  Yesus Kristus. selain itu beberapa sikap yang diberikan terhadap agama-agama oleh teolog sangat beragam. Mc gavran seorang ahli pertumbuhan gereja, telah mempelajari tentang agama hindu di india. Tetapi ia menemukan kenyataan bahwa tidak ada cara yang dapat menghubungkan antara kekristenan dengan hinduisme. Jadi kesimpulannya adalah bahwa manusia yang sudah rusak dalam dosa, benar-benar rusak termasuk dalam keagamaanya, dan bahkan dalam setiap bagian manusia hidup dalam sikap pemberontakan terhadap Allah. Teologi injili sendiri memiliki sikap yang menerima bahwa ada kemungkinan hal-hal yang baik yang bisa ditemukan dalam agama-agama, barangkali bahkan beberapa pengenalan yang benar akan Allah. tetapi itu semua tidaklah membawa manusia kepada keselamatan. Keselamatan hanya satu-satunya dalam diri Kristus, dan tidak ada jalan lain.






KONTEKSTUALISASI DAN TEOLOGI

Bab 7. KONTEKSTUALISASI TEOLOGI

Usaha kontekstualisasi teologi telah dilakukan oleh gereja sejak adanya kesadaran kembali tentang pentingnya pekerjaan misi. Bermacam-macam model usaha kontekstualisasi bahkan telah dilakukan oleh para pendahulu. Dan sekarang, adalah satu masa yang kembali dirasakan betapa pentingnya dan sulitnya usaha kontekstualisasi teologi ini. kontekstualisasi teologi adalah selalu dan harus dilakukan oleh teologi, tetapi di dalamnya tentu ada keterbatasan-keterbatasan dan sangat hati-hati yang menurut teologi injili adalah sangat mempengaruhi misi gereja terhadap berbagai macam kebudayaan di dunia.

Kebutuhan akan kontekstualisasi
Sekali lagi, kontekstualisasi adalah untuk memastikan bahwa pesan dan respon pendengar sekarang adalah sepadan. Intinya masalah kontekstualisasi adalah masalah komunikasi. Kontekstualisasi merupakan tugas yang tak terelakkan dan sangat penting, juga pekerjaan yang sangat kompleks dan menuntut. Ide kontekstualisasi bukanlah sebuah percobaan untuk menambah elemen dalam tugas teologi, tetapi ia merupakan sebuah usaha untuk menggambarkan apa yang telah dilakukan dan untuk melakukan pekerjaan dengan bertanggungjawab. Tugas teologi adalah untuk menerjemahkan kebenaran. teologi bekerja untuk mengerjemahkan kebenaran Wahyu Allah ke dalam istilah-istilah yang dapat dimengerti di lokasi dan generasinya. Teolog injili bahkan harus melakukan lebih dari sekedar berbicara tentang kontekstualisasi, tetapi harus lebih serius untuk menyampaikan Wahyu dengan lebih bermakna di dalam kebudayaan umat manusia. teolog harus keluar dari rumahnya, dan memberikan diri berelasi dengan situasi yang nyata. Selama ini teologi hanya berbicara tentang teologi-tidak berhubungan langsung dengan situasi konkrit dan hanya cakap berbicara dalam pemahaman-pemahaman gerejawi. Teolog berbicara hanya untuk diri mereka sendiri, di dalam konsep-konsep yang umum, menciptakan istilah-istilah sendiri dan jauh dari pergumulan-pergumulan yang real. Teologi seharusnya, selain mereka memikirkan secara serius tentang konetkstualisasi, juga harus berhubungan dan bermanfaat terhadap keseluruhan kekristenan bahkan dunia yang non Kristen.

Motif Kontekstualisasi Teologi
Apa yang menjadi motiv teologi intinya dan luasnya adalah masalah komunikasi. Motif untuk mengkomunikasikan injil dan memastikan nilai injil itu dapat melewati batas-batas budaya dan juga dapat dipahami gereja. inti pesan utama dari kontekstualisasi adalah untuk menjelaskan dan menjernihkan pesan injil. Bukan penerimaan atau penolakan. Tentu bagaimanapun ada aspek mempertimbangkan, bahwa injil harus selalu dijaga, dimurnikan dari ajaran-ajaran lain dan juga untuk membuka wawasan baru.

Pertimbangan Esensial
Pertimbangan teologi dapat dibagi dalam dua kategori: teks dan konteks. Teks adalah alkitab, dan konteks tentu adalah situasi cultural dimana teolog berfikir teologi menulis. Teologi injili tanpa ragu meletakkan prioritas dan otoritas teks di atas konteks. Tujuan utamanya termasuk dalam mempelajari konteks adalah untuk kepentingan pengajaran atas firman Allah. tetapi bukan berarti konteks tidak terlalu penting, sebab konteks adalah sasaran dari alkitab. Allah menyatakan dirinya dalam sejarah dengan konteksnya pada saat itu. Dengn kata lain alkitab sendiripun punya konteksnya sendiri. Studi eksegese pada intinya adalah untuk mempelajari konteks tersebut, serta dari pesan yang didapat dalam konteks aslinya dapat di tarik pesan untuk konteks kekinian. Apa yang valid disana adalah bukan bentuk dari pesan tersebut, tetapi kebenaran dari pesan tersebut yang harus tetap diajarkan.
Elemen dari budaya
Hesselgrave mencoba membuat garis besar dari elemen budaya yang sangat esensial, yakni:
World view, cara berfikir, bentuk linguistic, pola perilaku, struktur social, pengaruh media, sumber motivasi-cara mengambil keputusan. Dalam mempertimbangkan alkitab yang akan di daratkan, komponen ini menolong kita untuk kemudian dipertimbangkan ketika menyampaikan firman Allah.

Sebuah Jembatan Untuk Kontekstualisasi
Kebudayaan setidaknya dua level, kebudayaan sadar dan tidak sadar.  Pola pikir budaya yang tidak disadari pikiran tidak selalu berlawanan dengan pola yang disadari, dan keduanya sulit untuk ditemukan atau dianalisa. Pola ini adalah menurut naluri alamiah, dan melewati jaman ke jaman. Kebudayaan punya filosofi sendiri. Filosofi dari budaya bisa menjadi sebuah jembatan untuk kontekstualisasi teologi. Ada ahli yang mengatakan bahwa manusia bisa memahami kebenaran yang ia miliki (kebenarn lama) dengan lebih lagi jika ia memiliki kemampuan untuk menghubungkannya dengan pengetahuan akan kebenaran yang baru ia dengar.  Inilah yang dilakukan oleh Paulus ketika ia di atena, dengan mencoba menjelaskan bawha Allah yang mereka tidak kenal itu, itulah yang diberitakan oleh Paulus. Jadi filosofi lama bisa menjadi jembatan bagi teologi untuk memasukkan pola pikir yang alkitabiah.

Proses Kontekstualisasi
Seorang bernama buswell melakukan sebuah analisa terhadap kebudayaan dan teologi, dan ia menemukan bahwa sebuah kontekstualisasi terhadap kebudayaan hanya bisa dilakukan oleh seorang yang memiliki kerangka kerja budaya itu sendiri sehingga ia bisa mendaratkan teologi terhadap kebudayaannya tersebut. Proses konetkstualisasi hanya bisa dilakukan oleh seseorang, jika ia benar-benar dapat memahami kedua-duanya teologi dan kebudayaan. Itu sebabnya, teologi asia harus dikembangkan oleh seorang yang memiliki latar belakang asia, atau setidak-tidaknya mengerti betul worldview orang asia. Ia mengenali betul dan menyadari pergumulan yang dimiliki orang asia. Ia berdiri di atas pemahaman yang dalam akan kedua-duanya, alkitab dan budaya. Setelah itu sebuah kontekstualisasi dilakukan di atas kebutuhan. Dan hendrik kreamer memberikan ada 4 tahap dalam untuk melakukan hubungan dengan orang pribumi: pertama, melakukan kontak dengan orang dengan siapa kita ingin berbicara. Kedua, adalah komunikasi, dan memberkan pesan yang kita ingin supaya orang tersebut pahami. Ketiga, memberikan konfrontasi antara pemahamannya (misanya tentang keselamatan )dengan terang yang diberikan oleh Yesus Kristus. keempat, langkah pertobatan. Inipun dapat disebut dengan kontekstualisasi.
Dalam kontekstualisasi disusun dari sebuah perhatian terhadap elemen-elemen kebudayaan.  Ada 6 model dari teologi kontekstualisasi: model antropologi, penerjemahan, praksis, sintetik, semiotic, dan model transenden. Yang paling lama dan paling banyak digunakan adalah model penterjemahan. 

Bab 8. PARAMETER DARI TEOLOGI KONTEKSTUALISASI

Pertanyaan penting dan provokatif
Semua perdebatan teologi dalam sejarah bisa dilihat sebagai sebuah usaha untuk menentukan doktrin apakah yang benar-benar perlu untuk di pikirkan kembali dalam iman Kristen. Kontekstualisasi merupakan sesuatu yang penting untuk saat ini, tetapi tanpa pemahaman yang kuat akan doktrin, tampaknya konsep kontekstualisasi adalah terlalu dipaksa melampaui batas doktrin dan untuk menjadi parameter iman. Kadang-kadang gereje bisa lupa untuk bertanya, apakah yang paling esensial dari pesan kekristenan itu sendiri. untuk berteologi perlu di pertanyakan, di area mana yang harus kita pertanyakan, seberapa berbeda, dan di area tersebut, apakah yang konstan dari iman Kristen?
Jadi sebenarnya harus difikirkan juga kembali, apakah unsure yang konstan dalam iman Kristen itu sendiri. seorang injili, harusnya bisa mempertanyakan, apakah perlu bagi kita untuk menerima pandagan dunia sekitar? Dan sebagai orang injili seharusnya juga menjawab tidak. Teolog injili berusaha menemukan jalan untuk menghadirkan nilai worldview alkitabiah   di dalam bahasa yang dapat dipahami sebagai jalan untuk budaya.

Apa yang harus kita hindari
Susunan parameter dari iman Kristen mempengaruhi pemahaman tentang apa yang harus kita lakukan dalam proses kontekstualisasi dan apa yang hendak kita lakukan. Beberapa mengusulkan akan adanya bahaya di dalam kontekstualisasi dan bisa dihindari dengan memikirkan tentang apa yang tidak perlu dilakukan selama proses kontekstualisasi. Jurgen moltman melihat ada dua bahaya, yakni salah satu adalah kecenderungan hadirnya teologi yang tidak menyentuh apa-apa. Kedua, teologi yang warnanya justru diubah/ dipengaruhi oleh konteks. Beberapa ahli lain, memberikan beberapa kecenderungan-kecenderungan yang patut dihindari dalam proses kontekstualisasi. Tetapi secara umum, teolog injili sangat menghindari akan adanya misunderstanding terhadap pesan kekristenan. akhirnya apa yang paling dihindari oleh injili adalah di dalam seluruh usaha kita dalam kontekstualisasi dan usahanya berhubungan dengan dunia, jangan sampai kehilangan Allah dalam proses tersebut.

Apa yang harus kita lakukan
Tujuan utama yang hendak dicapai adalah, mengulangi pertanyaan untuk memelihara kembali apa yang esensial dalam pesan di kekristenan. ini artinya adalah sekaligus akan menjaga bentuk esensial dari kebenaran yang dipegang. Sunan sumitra, seorang injili mengatakan bahwa apa yang ingin dilakukan oleh orang-orang injili adalah untuk menginterpretasikan alkitab ke dalam fakta-fakta yang kontekstual. Mengaplikasikan  ‘kebenaran-yang-menyatakan’ dalam situasi hidup yang sekarang. Menghadirkan kebenaran secara utuh menyeluruh, atau dengan kata lain untuk meyakinkan dengan luas spectrum dari kebenaran Wahyu Allah. kebenaran Allah secara utuh bisa dipahami oleh orang yang ada di budaya itu. Juga apa yang ingin dilakukan adalah untuk menghindari masuknya nilai-nilai alkitabiah yang sangat dalam. Kita tidak ingin kebenaran alkitab menjadi kabur oleh karena dipengaruhi oleh manusia yang natural.

Pengaturan dan Pembatasan 
Teologi injili menyusun parameter untuk dirinya sendiri. Standar otoritatif dan normative dari injili adalah alkitab itu sendiri. beberapa hal yang paling esensial dari pengajaran alkitab harus tetap dipertahankan. Batasan yang lain adalah pernyataan iman yang tetap kita pelihara. Selain itu adalah Otoritas alkitab. Doktrin injili, misalnya percaya akan doktrin total depravity, keselamatan yang hanyalah anugrah Allah, bukan  dengan usaha atau pekerjaan, iman yang menyelamatkan, perlunya tugas penginjilan dan beberapa keyakinan lain. Parameter-parameter ini juga menjadi satu standar yang penting dalam mengevaluasi pekerjaan teologi dalam kaitan kesetiannya terhadap firman Allah. parameter ini menjadi dasar untuk memutuskan kelayakan dari suatu teologi untuk gereja, menjadi alat untuk menyusun batasan kreativitas teologi yang dapat diterima.  Menjunjung kebebasan keyakinan tentu, tetapi bukan berarti kita harus menerima relativisme atau pluralisme. Tetap kita memiliki keyakinan yang kuat bahwa hanya Yesus yang dapat menyelamatka, dan untuk itu harus diperjuangkan supaya semua mendengar hal ini. kebenaran Allah, tetap berbeda dengan kebenaran dunia, dan harus menginsafkan dunia. orang injili menyatakan, bahwa kita percaya hal ini baru disebut sebagai Kristen, tetapi jika tidak kita bukanlah seorang Kristen.


Bab 9. KRITIK KONTEKSTUALISASI MASA KINI

Cara lain untuk melihat dan memahami parameter di dalam kontekstualisasi adalah dengan cara melihat sisi negativnya atau dengan cara kritik.

Kritik umum
Beberapa kesalahan yang telah dibuat sebelumnya oleh para teolog adalah mereka memulai dengan segala presuposisi yang kurang baik. Bersifat polotik oriented, jatuh ke dalam sinkretis, dan membuat analisis social menjadi norma untuk menulis teologi. mereka memiliki kecenderungan untuk menjadikan teologi menjadi ideology yang baru, dengan menjadikan kemurahan dan sikap tidak pandang bulu menjadi satu model politik atau ideology yang baru. Seharusnya teologi bukanlah untuk memperluas pemahaman yang baru ini menjadi satu ideology yang lain atau lebih luas. Teologi seharusnya murni biblika dan menilai semua ideology yang ada karena ideology adalah produk manusia. tetapi beberapa teolog telah melakukan hal ini, sehingga akibatnya teologi itu sendiri menjadi cacat bahkan ditolak. Kontekstualisasi yang dibutuhkan sekarang adalah untuk mempelajari dan menganalisa kalau-kalau focus dari misi dan penginjilan jatuh ke dalam kompromi pengajaran yang salah bahkan berbahaya terhadap kekristenan.

Kritik spesifik teologi
Apa yang dibutuhkan dalam hal ini adalah untuk menghadirkan rumusan singkat tentag bagaimana teolog injili melakukan dan mengkategori teologi mereka di konteks asia. Artinya kategorisasi bukan hendak melakukan penilaian secara negative atau mengatakan bahwa tidak ada nilai dari apa yang mereka lakukan. Apa yang dibutuhkan adalah teolog injili secara kritis menganalisa teologi mereka dan seorang teolog korea, Bong Rin Ro menemukan ada empat kategori yang biasa ada di asia.
1.      Teologi sinkretistik
Teologi sinkretistik muncul sebagai teologi yang diterima oleh beberapa teolog Kristen yang mana teologi ini menerima kepercayaan atau worldview dari agama-agama asia demi usaha untuk menginterpretasikan pikiran Kristen kepada budaya. Beberapa teolog jatuh ke dalam model ini, diantaranya Klaus Klostermaier, menerima dan mengatakan bahwa hanya ada sedikit sekali perbedaan antara hindu dan Kristen. Dr Thomas, seorang teolog india, mencetuskan horizontal teologi, dengan model gereja hindu, yang mana Kristus sebagai pusat, tetapi pola hidup hindu. C.S. Song,  mengatakan bahwa kita harus menemukan bagaimana caranya untuk mengkombinasikan kepercayaan asia misalnya konfusianisme dengan iman Kristen.
2.      Akomodasi
Teologi yang terdiri dari usaha untuk menggabungkan konsep dan kostum dari agama lain ke dalam kekristenan. pada taraf tertentu, hal ini bisa diterima tetapi melampaui itu model inipun hampir tidak beralasan. Konsep dan kostum akan dan dapat di reinterpretasi tetapi dasar dari esensi dari kebenaran iman Kristen harus tetap dipertahankan dan disampaikan/dijelaskan.
3.       Teologi situasional.
Teologi ini adalah teologi berefleksi atas situasi pribumi jepang. Teologi ini sangat dipengaruhi oleh ide kepentingan penderitaan yang berasal dari konsep budhis tentang pentingnya penderitaan untuk mencapai nirwana.
4.      Teologi asia biblical oriented
Dr.Ro mengatakan dengan demikian, ternyata adalah saatnya bagi teologi injili untuk bekerja dengan jauh lebih keras lagi. Teologi injili harus mulai bergerak dari diskusi tentang teologi kontekstualisasi kea rah pengembangan dan menciptakan sebuah riset yang lebih baik, penelitian yang lebih baik dan kokoh yang bisa memberikan kontribusi terhadap keseluruhan pekerjaan dari gereja-gereja di asia. Bagaimanapun, kita harus tetap kembali ke alkitab dan itu bukanlah pekerjaan yang mudah.

Area kritik yang lain
Hans kung juga memberikan satu kritik yang sangat pedas terhadap beberapa usaha teolog yang telah jatuh, dimana mereka telah beralih dari usaha teologi menjadi pendukung ideology. Menurut kung, ini adalah akibat dari sinkretisme yang telah mempengaruhi mereka, dimana para teolog tidak lagi kritis dan menerima spirit jaman dan telah menjadi ekstrim. Teologi telah bertolak belakang dari tujuan semulanya, dan telah menjadi alat untuk ideology dan propaganda nasional. Willowbank memperingatkan, bahwa teologi seharusnya tidak menjadi panggung persaingan untuk menunjukkan keunikan sebuah budaya tertentu dengan cara yang sama dengan semangat hegemoni. Ini juga merupakan bentuk kegegalan teologi. reinhold neiburh juga memperingatkan adanya bahaya pemikiran yang kampungan (sukuisme dan sejenisnnya yang memikirkan kepentingan kelompok). Ia menyatakan bahwa sekalipun ada banyak perbedaan dalma gereja, hanya ada satu pesannya yaitu Kristus. tidak bisa dilupakan bahwa gereja selalu ada keberagaman dan kesatuan di dalam iman Kristen bahkan di interpretasikan dan diterjemahkan ke dalam berbagai perbedaan dalam komunitas.

Beberapa saran untuk kritik teologi
Apa yang dibutuhkan sebenarnya adalah khususnya bagi para pemula, yakni bagaimana memulai untuk berfikir kritis dan memulai berteologi dalam suatu konteks. Itu juga bisa menjadi sebuah prosedur yang dapat digunakan para teolog untuk mengukur nilai dan kebenaran dari pekerjaan mereka. Bagaimana mengevaluasi sistem teologi Pertama, Pendekatan yang paling umum digunakan adalah dengan cara menemukan presuposisi dan asumsi dari teolog. Dan sangat penting untuk mengetahui dari perspektif mana seorang teolog melakukan tugasnya, dan lebih spesifik lagi adalah dari posisi teologi mana seseorang menulis teologinya. Untuk apa itu semua adalah bukan untuk mengkategori-kategorikan para teolog yang sudah bekerja tersebut, melainkan untuk dengan melihat perbedaan perspektif tersebut, seorang teolog yang baru dapat menjadikan hal tersebut sebagai sebagai bahan pertimbangan untuk melihat lebih akurat lagi akan kebutuhan teologi dalam konteks. Seorang pemula dapat merefleksikan, apakah metode sebelumnya telah menjawab pergumulan. Apakah teologinya benar, apakah ia menemukan cara untuk mendaratkan kebenaran, atau apakah teolog telah mengadopsi atau justru dipengaruhi oleh konteks dan mengabaikan kebenaran yang seharusnya dibawa. Kedua, melihat apakah teologi tersebut telah menghadirkan sebuah sistem dengan pemikiran yang utuh, atau melulu terpisah-pisah dan tidak ada hubungan satu dengan lain. misalnya, apakah sebuah kebenaran itu tetap menjadi kebenaran yang utuh, atau sudah terdistorsi. Ketiga, apakah sistem itu benar-benar menghadirkan apa yang ia ajarkan, dan apakah ia tetap menjadi hakim atas kebenaran. keempat, adalah apakah posisi dari teologi tersebut tetap menjadikan pesan kekristenan tetap utuh, misalnya apakah masih menghadirkan bahwa keselamatan hanya dari anugrah di dalam Yesus Kristus.

Evaluasi yang wajar
Tentunya, did alam mengevaluasi harus membaca lebih banyak dan mempelajari tulisan-tulisan para pendhulu tersebut. Ini akan memberikan sebuah pemahaman yang lebih besar lagi atas apa yang telah dilakukan dan yang diusahakan. Tujuan dari kritik tidak lain adalah berdasarkan kebutuhan dan untuk memahami kebenaran itu sendiri. jikalau ada hal-hal yang eror dalam pelaksanaanya, ini tentu kemudian pencerahan yang lebih baru lagi baik bagi pendahulu juga bagi pemula. Evaluasi atas pekerjaan teologi ini adalah sesuatu yang mutlak dan terus menerus didalam teologi,dan perlu untuk terus mawas diri dan di dewasakan.

Bab 10. MEMULAI TEOLOGI INJILI ASIA

Sebuah masalah akan langsung muncul ketika mengkontekstualisasikan teologi injili yang mana ia akan bekerja dalam sebuah konteks yang sangat spesifik, misalnya dalam konteks budhis, islam, atau budaya sekuler tertentu. Setiap situasi akan berbeda masalahnya dan pertanyaannya yang juga membutuhkan perlakuan yang berbeda pula.  Tugas teologi adalah harus mengetahui dan menjawab permasalahan-permasalahan spesifik tersebut. Inilah yang membuat kontekstualisasi teologi menjadi sebuah teologi yang berefleksi atas situasi dan fakta-fakta. Asia bergumul lebih dengan masalah-masalah agama, yang tentunya lebih sulit. Teolog asia harus berurusan dengan masalah social yang berkelanjutan, konflik dan revolusi, orang-orang yang tidak bertempattinggal, penindasan ideology, ketidakadilan politik, populasi yang tinggi, dan masalah-masalah lain. barangkali aspek yang paling sulit dari pergumulan asia adalah ketidakmampuan untuk menanggulangi secara efektif masalah-masalah yang selalu hadir baru.  Dengan hal-hal yang seperti ini, maka kita perlu bergerak dari pertimbangan umum kepada prinsip-prinsip yang akan membimbing teolog asia sebagaimana mereka menghubungkan kebenaran firman Allah dengan budaya yang ada. 

Prinsip-Prinsip Yang Akan Dilakukan Dalam Teologi Di Asia
Dr. Marantika memberikan satu nasehat yang sangat baik bukan hanya untuk teolog yang bekerja dalam konteks islam tetapi untuk semua teolog asia;
1.      Kesempurnaan. Teolog harus mencari dari seluru kitab suci untuk menjawab pertanyaan atas fakta-fakta yang ada.
2.      Kelengkapan. Bagaimanapun, teologi harus dihasilkan dari studi alkitab yang dalam. teologi tidak terbagi-bagi, juga harus cukup lengkap untuk mendukung kebutuhan yang penting dalam pengajaran teologi dari alkitab.
3.      Eksegese yang tepat dan interpretasi alkitab.  Tempted
4.      Keharmonisan. Teolog sangat terdorong untuk memperlihatkan sikap konsistensi, koherensi, dan berkorelasi dengan alkitab.
5.      Seimbang. Dalam arti menyeimbangkan perhatian terhadap kebenaran objektif dan hubungannya dengan kebutuhan manusia.
6.      Pesan diatas metode. Prioritas adalah pada pesan, yang melampaui kepentingan akan metode. Pesan adalah tetap sama, sementara metode bisa berbeda sesuai konteks.
7.      Harus positive.  Lurus menuju diskusi atas iman Kristen yang sehat, dimana walaupun menyerang ide-ide yang tidak baik, tetapi harus tetap bersifat positif dan membangun pikiran dan hati orang, sehingga mereka tidak harus menyerang atau memandag negative kekristenan.

Karakteristik teologi injili
Sunand sumirta menangkap satu semangat dari teologi injili  dalam sebuah pernyataan yang ringkas. Ia mengatakan bahwa esensi dari teologi injili, yang menjadi karakteristik terbaik dari injili adalah bahwa ia berdasrkan firman Allah, di pimpin oleh roh kudus, dan keinginan yang kuat untuk melayani dan memuliakan Allah. dan yang paling membuat mereka berbeda ketika teolog lain juga mengatakan bahwa mereka juga bergantung kepada roh kudus adalah, kesetiannya terhadap alkitab. Dr athyal mengatakan bahwa hanya biblical-oriented teologi lah yang valid untuk teologi Kristen di asia. Ia juga mengatakan, diri alkitab sendiri menyediakan kepada kita sebuah pola untuk ekspresi pemikiran orang pribumi. Selain itu beberapa elemen utama dari teologi injili adalah, Doktrin Allah, dimana harus memperkenalkan secara seimbang akan pribadi Allah di kedua sisi transendensi dan imanensi Allah. Kristologi. Gambaran tentang keilahian Kristus, sangat relevan untuk orang asia, dimana mereka mengetahui tentang ilah-ilah, dan bukti Yesus yang mengalahkan ilah-ilah, mengusir roh jahat, sampai sifatnya yang melampaui pikiran manusia adalah sangat bersifat-dan mudah diterima oleh orang asia, untuk menunjukkan bahwa Yesus itu Allah. Ciptaan dan natur manusia, dimana kedua-duanya adlah ciptaan Allah. Keselamatan. Manusia membutuhkan pertolongan, dan inilah kabar baik dan benar-benar baik. Gereja. sebagai kesatuan tubuh yang diselamatkan oleh Allah. inipun sangat perlu untuk ditekankan di konteks asia, dimana banyak diantara mereka memiliki sifat yang hidup berkomuni. Roh kudus dan eskatologi. Eskatologi adalah yang paling mudah diterima dan mendapat perhatian dari orang asia. Doktrin ini memberikan satu pengharapan dan memberi semangat bagi orang-orang asia.

Bab 11. TANTANGAN BAGI KITA

Dengan kondisi seperti ini, sudah menjadi jelas bahwa tugas teologi di asia sangatlah sulit, berisiko, dan ruwet. Konteks asia membutuhkan perhatian khusus dari teologi, dan khususnya membutuhkan teolog-teolog pribumi yang mengenal pergumulan di negerinya sendiri. orang asia harus menulis teologi untuk asia. Pekerjaan ini telah dimulai, para teolog local mulai terus hadir dan teologi juga masih terus dalam pembenahan.
 
Untuk gereja
Gereja membutuhkan teologi. Gereja dalam misi merealisasikan kebutuhannya dalam sebuah pemahaman yang bersih tentang iman Kristen.

Untuk dunia
Beberapa teologi ditulis dengan pemikiran yang mendunia. Filosofi dan agama-agama dunia terus berusaha untuk merusak, merebut atau menghancurkan iman Kristen, dalam usaha mereka untuk menaikkan pikiran mereka mendapat kedudukan dan memperoleh otoritas kekuasaan. Gereja melalui teologi harus bisa menjawab dan meresponi semua hal ini dengan bijak, dan melampaui lebih dari sekedar bertahan harus tetap memberitakan kebenaran termasuk lewat apologetika. Ini adalah tugas teologi yang sangat praktikal dan misi yang sangat penting untuk gereja juga untuk dunia. bahaya-bahaya tertentu melekat di dalamnya dalam menghubungkannya dengan dunia lewat kontekstualisasi teologi. bahkan teolog pun beberapa telah melakukan kesalahan dan membuat keadaan semakin ruwet, sehingga ada juga kecenderungan untuk takut atau mundur dari usaha teologi ini. hal ini tidak bisa dibiarkan, dan pekerjaan harus tetap dilakukan dan dengan keyakinan akan selalu ada pertolongan Allah, dan teologi tetap menjadi panggilan, sebuah lahan kerja, dan sebuah pelayanan. tidak bisa berhenti pada prolegomena saja. Gereja asia harus mendarat, maju melampaui sekedar pengantar dengan seksama dan bersikap dewasa atas iman Kristen untuk konteks asia. Teologi harus berbicara, bahkan tidak sekedar bicara juga bekerja dengan keras. Apa yang dibutuhkan sekarang bukan lagi hanya pikiran-pemikiran yang brilian dari para teolog, tetapi lebih lagi membuthkan orang-orang yang memiliki hati.

Titik berangkat
Studi Bible adalah satu hal yang tidak bisa diabaikan dan merupakan yang terpenting dalam memulai tugas memikirkan teologi. apa yang dimaksud dengan studi Bible adalah mempelajari alkitab dengan melakukan sebuah pendekatan terhadap alkitab dan memahami semua unsure-unsur di dalamnya, dan secara khusus mempelajari pesan utama, pengajaran yang esensialnya, dan semenra mempertahankan ide yang ingi ditulis oleh penulis, kita memperjuangkan untuk mendaratkannya pada koneks yang sekarang ada. Setelah studi Bible, hal yang tidak kalah penting untuk dilakukan adalah melakukan evaluasi terhadap buku-buku atau hasil pekerjaan metodologi. Para teolog pemula atau yang muda di asia membutuhkan pembimbing bagi mereka, yakni dengan siapa mereka dapat mendiskusikan materi-materi yang mereka pikirkan. Guru-guru dan professor sangat dibutuhkan untuk tersedia membimbing para teolog yang baru. Bagaimana praktisnya adalah kemungkinan yang paling besar adalah mulai dari gereja local.  Hal ini juga akan memperkaya seminari dengan pergumulan-pergumulan yang baru yang kemudian bisa menjadikan para mahasiswa teologi berfikir lebih serius dan ketika mereka kembali ke ladang, mereka sudah membuat suatu pemikiran yang lebih rapi lagi. Dan hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana untuk mempelajari dan memahami bagaimana orang lain berfikir. Teologi, tugasnya adalah komunikasi. Ia mempengaruhi dengan mengajar dan mendidik. Ini membutuhkan pemahaman tentang bagaimana orang lain berfikir. Komunikasi hanya bisa berjalan baik jikalau mengenal audiencenya. Dengan demikian ini artinya harus memahami kebudayaan, worldview, dan filosofi dari orang lain. tugas teologi adalah sebuah panggilan yang menantang dan harus diambil dengan sungguh-sungguh.