Kamis, 26 September 2013

Evangelism and The Sovereignty of God

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BANDUNG
                                        
Pengarang                  : J.J. Packer
Penerbit                      : Momentum
Jumlah hlm buku      : 103 halaman


Evangelism and the Sovereignty of God adalah buku yang ditulis oleh seorang profesor teologi historis dan sistematika di Regent College di Vancouver yaitu J.J. Packer. Buku ini berisikan tentang penginjilan dan kedaulatan Allah yang dulunya telah disampaikan dalam bentuk ceramah yang bersifat praktis dan juga pernah disampaikan dalam bentuk khotbah, kemudian diperluas bagi pembaca yang lebih luas. Buku ini membahas tentang hubungan kedaulatan Allah, tanggung jawab manusia dan tugas penginjilan Kristen. Yang menjadi pokok pembahasan utama adalah tugas penginjilan Kristen, tetapi kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia dibahas hanya menyangkut penginjilan.

Tujuan utama pembahasan buku ini adalah:
1. untuk menghapus kecurigaan bahwa kepercayaan pada  kedaulatan Allah yang absolut menghalangi penerimaan atas tanggung jawab penginjilan
2.untuk menunjukkan bahwa iman yang  dapat memberikan kekuatan yang dibutuhnkan orang  Kristen untuk melakukan penginjilan.

Allah berdaulat dalam dunia ciptaannya dan juga keselamatan ciptaan_Nya. Pengakuan kedaulatan Allah adalah  dasar dari doa orang Kristen untuk segala hal yang diterima. Doa orang Kristen juga merupakan ucapan syukur kepada Allah dan pengakuan akan ketidakberdayaan diri sendiri serta ketergantungan kepada_Nya. Fakta dan doa orang Kristen membuktikan kepercayaannya pada ketuhanan dari Allahnya dan keyakinan akan kebenaran Allah yang  ditulis di dalam setiap hati orang Kristen oleh Roh Kudus. Dengan doalah kita bersyukur bagi pertobatan orang lain dan atas pertobatan diri sendiri serta mengakui kedaulatan anugerah Allah.

Kedaulatan Allah dalam keselamatan merupakan natur tugas penginjilan Kristen berdasarkan preposisi yang telah disepakati karena kebenaran Allah tidak pernah persis seperti yang diperkirakan. Di dalam topik ini kita menghadapi antinomi dalam wahyu alkitab. Antinomi merupakan dua kebenaran yang tampaknya tak bersesuaian yang muncul ketika ada dua kebenaran yang keduanya tidak dapat disangkal, tetapi didamaikan karena mempunyai  alasan dan bukti yang sama-sama kuat. Antinomi tidak sama dengan paradoks, dimana paradoks adalah gaya bahasa atau permainan kata-kata yang menarik dan selalu dapat dimengerti. Tetapi antinomi bukan gaya bahasa, melainkan hubungan antara dua pernyataan fakta. Fakta merupakan kedaulatan Allah maupun tanggung jawab manusia. Dalam antinomy  yang diwahyukan inilah kita akan  memikirkan tentang penginjilan.

Kedaulatan Allah sepenuhnya adil karena Ia memiliki hak mutlak untuk membentuk ciptaan_Nya. Penghakiman Allah atas orang berdosa adil karena dosa-dosa yang telah diperbuat sehingga manusia layak menerima hukuman_Nya. Bagian manusia adalah menyadari fakta-fakta dan mengagungkan keadilan dan kebenaran_Nya karena tanggung jawab manusia adalah fakta mendasar dalam hidup terhadap penciptanya. Tanpa Kristus, manusia adalah pendosa yang harus mempertanggungjawabkan pelanggaran atas hukum Allah karena manusia butuh injil dan juga bertanggungjawab untuk memberitakannya. Pennginjilan adalah tanggungjawab yang tak terpisahkan dari komunitas Kristen dan orang Kristen. Menginjili berarti menghadirkan Kristus Yesus dalam kuasa Roh Kudus sehingga manusia dating dan percaya pada Allah melalui Dia dan menerima_Nya sebagai Juruselamat dan sebagai Raja dalam persekutuan dengan gereja. Menurut perjanjian baru, penginjilan merupakan pengomunitasian yang  dilakukan orang Kristen sebagai penyambung lidah Allah untuk menyampaikan berita pengampunan Allah kepada orang berdosa.

Gambarannya dalam perjanjian baru diperoleh dalam tulisan paulus, yaitu:
  1. Paulus menginjili sebagai wakil Tuhan Yesus atau Paulus sebagai utusan Kristus.
  2. Paulus mengajarkan kebenaran Yesus Kristus atau membawa kabar  baik.
  3. Paulus mempertobatkan orang yang mendengarnya agar mereka beriman kepada Kristus.

Penginjilan adalah komunikasi dengan visi pertobatan atau membawa kembali  kepada  Allah setiap jiwa yang jauh dari_Nya dengan pengorbanan_Nya yang begitu  besar dan Ia tidak menginginkan harta tetapi mencari jiwa yang jauh dari_Nya dan membawa kembali kejalan  yang benar.

Injil dalam penginjilan adalah tentang Yesus Kristus dan salib_Nya, berita tentang dosa manusia dan anugerah Allah, tentang kesalahan manusia dan pengampunan ilahi tentang kelahiran baru melalui karunia Roh Kudus. Berita ini terdiri dari empat hal, yaitu:
1. Injil adalah berita tentang Allah.
    Memberitakan tentang karakter Allah dan siapa Dia sebenarnya.
2. Injil adalah berita tentang  dosa.
Memberitakan tentang pelanggaran manusia atau dosa manusia karena dari dasarnya       manusia adalah orang berdosa.

Orang merasa berdosa, karena telah melukai hati Allah, melawan,membangkang, mengabaikan Allah dan menjadikan Allah musuhnya bukan  karena merasa  gagal  dalam segala hal. 3 tanda kesadaran sejati akan dosa, yaitu:
(1) kesadaran akan kesalahan terhadap Allahdan juga kepada sesama manusia.
(2) kesadaran akan kesalahan dan pelanggaran kepada Allah.
(3) kesadaran kepenuhan dosa dan ingin bertobat dan meninggalkan pelanggaran demi                                                                                                                                                                      
      berdamai dengan Allah.   
3. Injil adalah berita tentang Kristus Anak Allah yang berinkarnasi, rela mati demi dosa-   
    dosa kita.

Motif penginjilan adalah kasih dan kerinduan kepada Allah untuk memuliakan Dia serta mengasihi sesamanya.  Kedua motif ini merupakan motif primer dan sekunder yang harus dilaksanakan oleh setiap orang. Dalam penginjilan juga harus dengan metode. Metode yang digunakan merupakan kontroversi dalam beberapa komunitas injili pada masa kini.

Penginjilan itu merupakan tugas yang diembankan pada seluruh umat Allah dimana pun berada. Di dalam penginjilan, kedaulatan Allah sangat penting sebagai pendorong utama dalam melakukan penginjilan tersebut. Kedaulatan Allah memberi  jaminan terhadap penginjilan dan hasilnya  nanti karena tidak akan dihalangi oleh rintangan darimana pun.

Setelah membaca buku ini, kita dapat mengetahui kedaulatan Allah dan tanggung jawab orang Kristen terhadap penginjilan. Melalui penginjilan kita dapat membawa jiwa yang belum mengenal Allah atau membawa manusia yang jauh dari_Nya sehingga berbalik kepada Allah walaupun dalam jangka waktu yang panjang seperti yang telah dilakukan oleh Paulus kepada orang yang belum mengikut Yesus dan orang yang jauh dari Yesus karena merasa sudah berkuasa, Paulus berhasil membawa kembali jiwa yang jauh dari Allah. Tetapi dalam buku ini tidak ad dibahas metode penginjilannya bagaimana, dan penginjilan itu juga tidk hanya melalui buku yang dibaca dan khotbah yang kita dengar saja kita dapatkan tetapi bisa melalui media.

Buku penginjilan ini sangat bagus untuk orang-orang Kristen yang percaya kepada Allah dan  yang mau turut serta dalam memberitakan kabar  baik tentang Allah yang berdaulat.                                            

Iman Kristen Dan Pancasila

SEKOLAH TINGGI TEOLOGIA BANDUNG
Telaah Buku

Penulis                        : Dr.T.B. Simatupang
Penerbit                      : BPK Gining Mulia
Jumlah hlm                : 209hlm


1. Indonesia Negeriku

            Indonesia adalah negeri yang penuh kontradiksi. Ia adalah sebuah “negeri Islam” terbesar di dunia, dalam arti mempunyai jumlah penduduk beragama Islam yang terbanyak di dunia-lebih dari seratus juta orang. Sebelum tahun 1965, Indonesia mempunyai partai Komunis yang terkuat setelah Rusia dan Cina dan juga gereja-gerejanya.
            Secara geografis, Indonesia adalah negeri paling terpecah-pecah di kolong langit, yaitu dengan 13,667 pulau-pulaunya. Dari sudut bahasa, budaya, dan agama ia termasuk negeri paling majemuk di dunia: 250 bahasa dan kira-kira 30 kelompok etnis. Masing-masing kelompok mempunyai kepribadian, bahasa, dan agamanya sendiri-sendiri. Indonesia mempunyai agama-agama Hindu, Buda, Islam, Kristen Protestan Dan Katolik kecuali agama Yahudi. Walaupun demikian beragam Indonesia adalah satu.
            Negeri saya telah melalui perang kemerdekaan belum terlampau lama berselang. Dalam kehidupan bangsa-bangsa, perang-semacam itu teristimewa bila berbentuk perang gerilya- merupakan pengalaman yang amat menentukan. Negeri benar-benar lahir di tengah-tengah kemerdekaan. Kemerdekaan adalah hasil perundingan. Sebagian besar dari orang-orang yang terlibat daslam perang kemerdekaan masih hidup.
            Kemudian datanglah periode lain dengan revolusi sebagai tema utamanya. Dalam periode ini berusaha untuk membuang yang lama dan menciptakan apa yang belum pernah ada sebelumnya. Setiap orang mempunyai gagasan sendiri tentang masa depan. Di dalam situasi revolusioner pertentangan-pertentangan gagasan menjadi lebih tajam. Pertentangan yang paling tajam adalah antara orang-orang komunis, yang mempunyai gagasan yang amat jelas tentang masa depan, dan seluruh mesyarakat lainnya,  yang tidak mempunyai gagasan yang begitu jelas tentang masa depan, tetapi mengetahui penjelasan bahwa mereka tidak dapat menerima apa yang diusulkan orang-orang komunis. Inilah yang mengakibatkan bentrokan bahkan perang saudara pada tahun 1965.
            Bentrokan ini merupakan pengalaman yang mengerikan.  Hal ini diperburuk oleh kenangan pahit yang dilakukan orang-orang komunis pada bulan September 1948, saat menghadapi ancaman serangan belanda. Pemberontakan komunis sebagai tikaman dari belakang. Kedua peristiwa ini hanya meninggalkan bekas-bekas luka. Tetapi sampai sekarang, 9 tahun setelah 1965, ia membuka luka baru di hati dan benak banyak orang. Masalah politik yang masih belum terselesaikan adalah segi yang tragis dari apa yang terjadi setelah pengalaman 1965 itu. Masalah mempunyai tingkastan dimana tingkat yang paling dalam adalah masalah mengobati luka-luka lama atau masalah kerukunan kembali. Ada kesenjangan-kesenjangan emosional dan ideologis yang harus dijembani- ini bukanlah tugas yang mudah. Lalu ada masalah keamanan. Orang-orang bertanggung jawab dalam mengambil resiko dari segi-segi kemanusiaan dan perikemanusiaan.
            Setelah periode tersebut, datanglah apa yang merupakan penekanan yaitu  “pembangunan”. Berasal dari sebuah perang kemerdekaan, sebuah perang rakyat, melewati revolusi, sebuah periode yang amat emosional, kami tiba pada sebuah strategi pembangunan-sesuatu yang lebih pragmatis, kurang emosional.
            Dibandingkan dengan India, dimana gereja telah berdiri sejak abad-abad pertama, maka di Indonesia kekristenan agak lambat masuk ke sejarah bangsa ini. Di Indonesia, kekristenan datang pada waktu kebasngkitan ekspansionalisme barat, yaitu yang diawali oleh Spanyol dan Portugis dan kemudian oleh Belanda. Ia datang dikemuncak abad-abad pekabaran injil, yaitu abad 18 dan 19, dibawa oleh pekabar-pekabar injil yang sebagian besar tidak mempunyai sangkutpaut dengan pemerintahan colonial Belanda. Hasilnya ialah gereja-gereja  rakyat di bagian-bagian Indonesia  yang belum pernah di“hundu”kan atau di”Islam”kan. Gereja-gereja yang lebih kecil berkembang di antara penduduk yang telah mengalami pengaruh Hindu dan Islam.
            Demikianlah terdapat tiga tipe gereja dengan kekhasannya sendiri-sendiri. Yang mengalami perkembangan paling pesat, tentu saja adalah gereja yang lebih muda, oleh karena hidup di tengah penduduk yang kebanyakan bukan Kristen. Kedatangan gereja ke Indonesia, ada hubungannya dengan pemulaan ekspansi barat. Tetapi dengan amat segera ia berakar di bumi Indonesia, memperkembangkan cirri-ciri khasnya, dan terutama di daerah-daerah dimana orang Kristen adalah mayoritas tidak ada perasaan bahwa mereka adalah sebuah kelompok yang menganut agama asing. Ciri khas cukup penting dari orang-orang Kristen di Indonesia dibandingkan dengan yang ada di negara-negara Asia lainnya: kekristenan bukanlah sebuah agama asing di Indonesia.
            Gelombang nasionalisme yang dating sebagai reaksi terhadap, tetapi dalam arti tertentu adalah  hasil dari ekspansi Barat, berusaha untuk menyingkirkan dominasi Barat, sekaligus mengambil oper banyak pemikiran yang khas dating dari Barat. Hanya dengan manfaat pemikiran-pemikiran yang dating dari sejarah nasionalisme berhasil membebaskan Indonesia dari kolonialisme Barat. Ketika nasionalisme belajar dari Barat, Indonesia menyadari diri sendiri sebagai bangsa, lalu menciptakan bendera Indonesia dan juga bahasa Indonesia. Satu bahasa, satu bangsa, satu tanah air merupakan kerangka perspektif ideology tertentu  nasionalisme bukan sosialisme. Sejarah Indonesia sebagai Inspirasi yang memproklamasikan kemerdekaan sebuah Negara yang modern dan sebagai Undang-Undang Dasar diciptakan.Hal ini terjadi setelah kami menimba dari Barat. Nasionalisme adalah suatu reaksi terhadap barat, tetapi satu kelanjutan dari sebuah proses modernisasi yang telah mulai sebelumnya.
            Pada permulaan dari gerakan_kemerdekaan, gereja-gereja berada dalam kedudukan yang agak mendua. Pada satu pihak,mereka adalah sebagian dari bangsa Indonesia berakar di Indonesia. Gerakan kebangsaan pada waktu itu masih terorganisir secara setempat-setempat. Gerakan nasional bersifat nasional dan lahirlah gagasan tentang satu bangsa namun, gereja-gereja tetap terbagi-bagi secara etnis. Kurun waktu dua puluhan merupakan kurun waktu yang kritis bagi hubungan antara antara gereja-gereja dan gerakan kebangsaan. Pada waktu itu, orang-orang Kristen yang menjadi nasionalis kadang-kadang dianggap oleh gereja sebagai orang Kristen yang baik.
            Sesuatu yang baru muncul dengan gerekan mahasiswa Kristen yang tidak mengenal batas-batas etnis, para mahasiswa dan pemuda dimungkinkan sekaligus Kristen dan nasionalis. Walaupun mereka anggota gereja yang berbeda-beda, tetapi di dalam penampilan wajah oikumenis dari kekristenan Indonesia. Dewan gereja-gereja di Indonesia (DGI) dilahirkan dari perintis-perintis oikumenis, tetapi muncul belakangan pada tahun lima puluhan.
            Perang Dunia II dan masa pendudukan Jepang adalah masa yang kritis bagi gereja-gereja di Indonesia. Hubungan dengan gereja-gereja di luar negeri terputus dan mereka harus bertahan hidup di atas kaki sendiri. Ini memberikan pengalaman yang melahirkan percaya diri kepada gereja-gereja di Indonesia. Namuan, sebagian besar gereja-gereja telah menerima dan menyadari hidup tanpa bantuan bilamana perlu. Perang kemerdekaan adalah pangalaman yang amat berharga bagi orang-orang Kristen di Indonesia, karena keikutsertaan dalam peranglah mereka sepenuhnya diterima dan diakui. Setiap orang adalah bagian dari bangsa.
            Pada tahun 1945, ketika Perang Dunia II belum  berakhir dan berada  di ambang pintu gerbang kebangsaan, semua orang umumnya spakat bahwa Indonesia harus bebas dan merdeka. Yang menjadi masalah ialah Negara macam apa yang harus dilahirkan dan dibangun bersama-sama. Rakyat Indonesia diharapkan pada satu pilihan antara pemahaman Negara sekuler dan Negara agama. Pada tahun 1945 persoalan kesatuan Indonesia tak lagi menjadi masalah dikalangan para nasionalis.
            Dari sudut pandang filsfat Barat, masalah mengandung pilihan “ini atau itu”, tetapi ditemukan sebuah jalan keluar yang tidak berdasarkan pendekatan Barat. Negara pancasila adalah berdasarkan prinsip “baik ini maupun itu” yang bersifat inklusif, yang bagi kami mungkin karena suatu yang merangkum semua unsure yang dari sudut pandang barat bertentangan satu sama lain. Ini adalah sesuatu yang khas bagi Indonesia, bukanlah sikap acuh tak acuh, tetapi merupakan pemahaman yang inklusif terhadap kenyataan. Dari latarbelakang filsafat inilah kami menghasilkan lima sila pancasila sebagai filsafat Negara dimana kelima sila itu merupakan paying lebar untuk semua manusia.
            Pancasila adalah lebih dari sekedar payung yang mempunyai daya tarik emosionalnya tersendiri dan menjadi sebuah ideologi, tetapi sebuah pandangan hidup. tiga dari kelima sila mengingatkan pada sila Sun Yat Sen: nasionalisme, demokrasi, dan sosialisme. Sila pertama bukanlah kepercayaan kepada Allah, tetapi kepercayaan kepada ide ketuhanan oleh karena istilah yang dipakai adalah ketuhanan. Sila pertama membicarakan keallahan atasu keilahian dan kepercayaan kepada suatu yang maha transenden seperti Maha Esa.
            Sebagian besar penduduk Indonesia beragama Islam. Islam tiba di Indonesia abad ke-13 dan menyebar dengan lambat ke banyak bagian dari kepulauan Indonesia dan pada waktu agama Hindu sedang mengalami kemunduran, Islam muncul sebagai kekuatan baru. Tiodak pernah ada jaman Islam dalam arti kerajaan mencakup seluruh negeri. Latar belakang sejarah menjelaskan mengapa semua menerima pancasila dan bagaimana pancasila berhasil merangkul beraneka unsure sosial, budaya dan politik untuk membentuk satu bangsa atau Negara.
            Kelima sila pancasila tidak sama dengan pengakuan iman yang ada pada beberapa gereja, yaiotu sesuatu yang sudah jadi dan mempunyai pemahaman yang pasti. Pancasila adalah titik berangkat untuk kehidupan bersama rakyat Indonesia. Pancasila sebagai jawaban tantangan dan masalah praktis tetapi menentukan. Pancasila harus dipahami sebagai ideology dan modus vivendi yang isinya ditentukan melalui proses dialog, kerja sama, dan melayani bersama terus-menerus, serta menghadapi tantangan bersama.
            Dari sudut pandang Kristen tidk ada masalah untuk menerima pancasila dimana pancasila memberikan inspirasi dan menjadi seperti doktrin tertutup. Fungsi ideologis pancasila adalah sebagai sebuah kekuatan yang terbuka, positif dan kreatif.
            Setelah perang gerilya yang melahirkan kemerdekaan secara alamiah dapat timbul dari semacam pemerintahan militer, dan akibat perang gerilya terhadap struktur politik dan sosial pada masa berikutnya tidak dipahami banyak orang, khususnya bangsa-bangsa di dalam sejarahnya tidak pernah mengalaminya atau telah mengalaminya berabad-abad yang lalu. Percobaan gagal karena kelemahan-kelemahan di dalam dan pertentangan yang tajam diantara partai politik sendiri. Secara potensial tidak hanya terdapat dikotomi antara golongan komunis, tetapi juga antara golongan Islam dan non-Islam serta pemberontakan militer.
            Dalam hubungan masa depan paling sedikit ada tiga kemungkinan walaupun lebih banyak kemungkinannya. Yang pertama, pengulangan dari bahaya pengalaman Amerika latin dan Kuomintang. Yang kedua, kemajuan-kemajuan akan dicapai melalui pembangunan tetapi diiringi oleh proses dimana struktur-struktur semakin lama semakin kaku dan ketat. Yang ketiga, berusaha menyumbangkan apa yang dapat disumbangkan dalam  batas-batas yang ada yaitu seluruh negeri berkembang, militer memainkan peran sebagai stabilisator dan dinamisator. Seiring dengan perkembangan di dalam bidang ekonomi dan teknologi akan terjadi perkembangan politik menuju bentuk-bentuk demokrasi yang lerbih matang.
            Pembangunan dilihat sebagai koreksi terhadap segala kesalahan yang telah dibuat yang mengangkat panji revolusi, dimana revolusi meupakan sesuatu yang telah berlalu. Dan ada tiga perbedaan pembangunan dengan revolusi, yaitu peranan emosi, penekanan ekonomi daripada politik dan social, dan pemahaman yang lain tentang posisi di dunia internasional.

2. Dinamika Menuju Kedewasaan Yang Kreatif

Keadaan Kristen di Indonesia pada abad ke-20 berada dalam suatu lingkungan etnis tertentu dan dikuasai oleh misionaris-misionaris  barat yang mempunyai pengeti pietitis tentang peran orang Kristen dalam mayarak
Indonesia adalah suatu negeri yang terdiri dari tiga ribu pulau yang dihuni dan ada satu bahasa serbagai alat komunikasi bagi seluruh bangsa yang sangat penting dalam pertumbuhan teologi Indonesia. Struktur komunal Indonesia dan agama suku merupakan pola dasar dalam kehidupan dan pemikiran banyak orang.
            Di Indonesia perkembangan  ganda dari ekspansi barat modern dan penyebaran kekristenan yang diawali oleh kedatangan orang portugis dan disusul oleh orang belanda dngan satu masa pemerintahan selingan inggris untuk jangka waktu yang singkat selama perang napoleon. Orang belanda adalah morang portugis dalam arti politik, komersial dan religius. Setelah portugis diusir dari Indonesia maka kepercayaan roma katolik pindah kepada kepercayaan Kristen protestan.
Awal dari abad ke-20 merupakan akhir dari suatu era. Tahun 1900-an muncul nasionalisme yang berhubungan dengan kolonialisme yang mempunyai segi-segi yang bersifat mendua. Nasionalisme adalah reaksi dan penolakan terhadap kolonialisme. Periode sebelum lahirnya gereja di Indonesia keterlibatan Indonesia dalam rangka oikumene.
Gerakan ini dimulai tahun 1908 sebagai satu gerakan mahasiswa-mahasiswa sekolah kedokteran di Jakarta dengan memperlihatkan pengaruh kebudayaan Jawa yang agak kuat sebagai cita-cita religius dan social.
Gereja permulaan mempunyai penglihatan terbatas pada suatu suku. Ketidak mampuan gereja menjawab tantangan-tantangan jaman barudan tidak menghalangi anggota-anggotanya secara perorangan untuk menggabungkan diri pada gerakan nasionalisme.
Gereja yang berdiri sendiri pertama adalah Huria Kristen Batak Protestan pada tahun 1930, yang merupakan suatu jawab yang penting terhadap tantangan jaman. Kenyataannya sudah ada generasi dokter dan sarjana Hukum Kristen Indonesia, bersama suatu gerakan mahasiswa Kristen yang mempunyai peran penting dalam kehidupan dan pamikiran gereja.
Sekolah teologi tinggi mulai tahun 1934 di Bogor dan kemudian pindah ke Jakarta, dan memainkan peranan penting dalam kehidupan dan pemikiran gereja di Indonesia selama empat decade terakhir.
Jaman pandudukan Jepang adalah awal dari satu masa yang baru dalam kehidupan bangsa dan gereja. Jaman ekspansi kolonial barat dan penyebarab kekristenan dimulai pada abad ke-16 secara mutlak juga diakhiri. Jaman penduduk Jepang gereja-gereja di Indonesia membuktikan bahwa mereka mampu melanjutkan hidupnya.
Orang Kristen berada dalam keadaan yang khas pada waktu Indonesia kebanyakan beragama islam memproklamasikan kemerdekaan dan secara selang-seling harus berpeang selama empat tahun yaitu dari 1945-1949 melawan belanda yang membawa kekristenan ke Indonesia.
            Peristiwa penting mempengaruhi kehidupan dan pemikiran gereja setelah kemerdekaan Indonesia yang diakui oleh dunia sehingga akibatnya hubungan dengan dunia luar dipulihkan kembali. Dewan gereja diIndonesia didirikan pada bulan mei 1950 dan berbagai arus kejadian dan pemikiran yang mengalir kedalam kehidupan dan pemikirannya sejak dari mulanya. Pendirian dewan gereja di Indonesia ialah kesan dari Amsterdam (1948).dewan merupakan tempat pertemuan antara keterlibatan oikumenis dan gereja bersama dalam kehidupan bangsa melalui perhatian mereka bersama terhadap keesaan, pengutusan dan pelayanan.
Rancangan pengakuan iman bersama berkisar pada pokok-pokok masalah:
  1. Dogma trinitas atas keesaan Allah mempertanyakan pengalimatan trinitaris.
  2. Masalah gereja dan oikumenitasnya perlu untuk menekankan gereja di Indonesia adalah gereja dalam lingkungan bangsa dari satu gereja Kudus dan Am.
  3. Pandangan gereja tentang manusia dengan menekankan kebebasan dan tanggungjawabnya terutama kebebasan beragama dalam terang tantangan pihak islam dan lain-lain.
  4. Tanggungjawab sosial ditekankan dalam hubungan dengan alam sekitar, ilmu pengetahuan dan teknologi, tantangan masyarakat, harapan dan ilusi dalam proses pembangunan.
      Gereja pada dasarnya melihat tugas pekabaran injil sebagai pusat panggilan dimana tugas itu dimengerti sebagasi pertama-tama ditujukan pada suku-suku tertentu secara terpisah-pisah yang dilihat sebagai wilayah untuk panggilan bersama dari semua gereja bagi kesaksian dan pelayanannya dengan memperhatikan `latarbelakang religius kultural yang khusus dari berbagai suku maupun pengalaman bersama.
      Sejak tahun 1940-an gereja-gereja yang berdiri sendiri sebagai gereja suku dengan  latarbelakang teologi yang pietistis. Pemikiran sosial gereja dan tidakannya: dibawah desakan tantangan nyata oleh  rasa keterlibatan dan desakan langsung. Dan juga pemikiran oikumenis baik dari lingkungan dewan gereja asia maupun dari lingkungan dewan  gereja se-Dunia. Sidang raya dewan gereja di Indonesia mengenai tugas Kristen dalam revolusi yaitu: revolusi yang berusaha melahirkan masyarakat baru yang berada di luar rencana Allah tetapi di dalam terang injil Allah.
      Kedewasaan dan kreatif tidak menyangkal sejarah tetapi dalam pergumulan dengan tantangan kurun sejarah yang membuat warisan masa lampau berubah.

3. Idiologi Dan Injil: Suatu Perspektif Indonesia

            Gereja-gereja dengan latarbelakang pekabar injil terkejut karenamenghadapi suatu keadaan yang baru. Negara-negara mencapai tahap masyarakat industri modern di bawah atau suatu system totaliter untuk mengubah dan membaharui system dari dalam.perubahan  terjadi karena reformasi, revolusi industri, revolusi amerika, revolusi prancis, perang saudara di AS, revolusi rusia.
            Kasus Indonesia menunjukkan pentingnya idiologi bagi hidup suatu Negara dinia ketiga semenjak saat berdirinya setiap idiologi dapat ditantang oleh idiologi-idiologi saingan atau tandingan tetapi juga untuk menetapkan antara peranan yang wajar dan peranan yang menyimpang dari idiologi. Pancasila mampu memberi lebih banyak pengarahan terhadap rencana pembangunan dan usaha pembangunan dan mengembangkan perhatian yang lebih besar tehadap aspek etika, martabat manusia, demokrasi dan keadilan sosial.
Dimensi idiologis mencerminkan suastu perspektif sejarah yang dinamis meresapi pemikiran masyarakat modern atau sedang memodernkan dirinya.perubahan sejarah sebagai akibat dari dinamika eskatologis injil terhadap jalannya manusia yang memberikan pengesahan bagi perlawanan untuk mencapai perubahan sosial di tengah struktur sosial.

4. Komunisme Dipandang Dari Sudut Agama Kristen Protestan

            Komunisme adalah ajaran yang keliru yang harus dipelajari dengan sebaik-baiknya untuk memberi arti dan ntujuan dalam pakaian ilmiah. Masyarakat mengalami peningkatan industrialisasi di bawah system yang disebut kapitalisme untuk membeberkan segi-segi negatife dari proses yang sedang berlaku yang membuktikan masyarakat kapitalis mempunyai industri yang tinggi dan beralih menjadi masyarakat komunis.            Pandangan komunise mengenai Negara dapat dipahami dalam rangka keseluruhan pandangan komunisme yang berbicara mengenai arti Negara sebagi bagian yang penting dalam pemikiran komunis memasuki tugas menghadapi pertanyaan arti faham. Negara dan revolusi lebih berharga sebagai senjata idiologis daripada sebagi dasar untuk membangun kekuasaan yang baru yang disusun menurut ide-idenya.
            Dalam dunia Kristen protestan terdapat pemikiran yang yang terus-menerus sebagai hasil dari pemikiran para ahli teologi dan sebagai hasil musyawarah gereja-gereja yang hidup dalm situasi politik, ekonomi, sosial/budaya.

5. Tugas Kita Dalam Negara Pancasila Yang Membangun

Pengalaman masa lalu dan tugas di masa depan kita renungkan dengan meninjau semua factor yang mempengaruhi hidup manusia. Tugas gereja ialah untuk hidup sebagai gereja yang taat kepada Tuhan yang tidak berubah. Umat manusia dengan kebudayaannya dengan ilmu politik, social dan ekonomi.
Di tengah masyarakat yang bergolak dam berubah kita bergumul untuk memahami tugas yang diterimanya dari Tuhan. Mempunyai kesadaran untuk memikirkan membangun masa depan yang baru. Kita di utus ke masyarakat untuk melaksanakan pembangunan dalam negara pancasila. Dalam menghadapi tugas bersama kita selalu terbuka bagi pandangan yang bersumber [ada latar belakang kepercayaan dan keyakinan. Memberikan sumbangan pemikiran yang menentukan arah dan sifat pembangunan kita demi tanggung jawab masa depan dan program yang ditunjukkan untuk kebutuhan masyarakat yang harus dilayani. Gereja diutus ke dalam dunia untuk menjadi saksi kasih Allah dan rencana penyelamatan Allah dalam Yesus. Gereja menjalankan tugasnya dalam negara dengan menyerukan agar baik pemerintah dan golongan mengambil bagian dalam pemilihan. Sebagai gereja kita harus mendampingi, membimbing manusia sebagai individu dan sebagai kelompok agar dia sanggup menjalankan hak dan kewajibannya.

6.Panggilan untuk Pembebasan Dan Persatuan Dalam Gereja, Masyarakat Dan Dunia

Sidang raya adalah suatu organisasi yang sama tingginya dengan organiosasi lain. Bedanya ialah bahwa kegiatan dalam sidang raya adalah bisnis dalam rangka ibadah. Injil tidak berubah namun oleh karena keadaan berubah maka tema dan subtema sebagai alat pembantu ditetapkan sebagai alat Bantu guman menegakkan injil. Tugas gereja ialah menyampaikan injil sepenuhnya kepada manusia seutuhnya baik negara maupun di dunia. Mematuhi panggilann untuk ambil bagian dalam karya pembebasan dan pemersatuan Tuhan Yesus Kristus. Panggilan untuk pembebasan persatuan dalam gereja masyarakat dan dunia seperti dicantumkan dalam sub-tema sidang rakyat adalah panggilan yang konkret. Kesatuan bangsa mengandung unsure kekuasaan sedangkan keesaan gereja tidak boleh menonjolkan kuasa melainkan adalah bagi kesaksian dan pelayanan. Tidak hanya pembentukkan gereja yang esa itu juga struktur gereja adalah demi kesaksian dan pelayanan. Juga dalam proses memuarakan sejarah gereja ke dalam sejarah bersama dihadapi banyak masalah. Namun dalam kesetiaan kepada Tuhan membebaskan dan mempersatukan maka pastilah sidang raya akan dapat lebih pesat atas jalan bagi pertumbuhan yang lebih luas.
Artinya semua factor itu harus dipahami secara teologis megenai masalah bahasa dan kebudayaan umpamanya jelas bahwa dalam menyampaikan injil kepada dunioa maka gereja selalu mempergunakan bahasa dan selalu hidup dalam kebudayaannya. Tujuan partisipasi kita dalam perkembangan masyarakat itu adalah agar dalam masyarakat itu terdapat kebebasan, keadilan, kebenaran, kesejahteraan dan persatuan bagi semua warganegara bahkan bagi seluruh penduduk. Panggilan untuk pembbasan dan persatuan dalam masyarakat ini. Mengenai panggilan untuk pembebasan dan persatuan dalam masyarakat ini kita membicarakan partisipasi kita dalam mengembangkan gagasan mengenai arah tujuan dan cara dalam pembangunan nasional.
Banyak di antara kita telah dan akan terus mengamnil bagian dalam perjuangan untuk pembebasan dan persatuan dalam hidup bangsa dan negara. Pembebasan dan persatuan dalam hidup bangsa dan negara juga berarti mengusahakan adanya keseimbangan yang kreatif antara kebebasan dan persatuan. Kita berusaha untuk meng hindarkan bahaya dengan tekad bersama mengamalkan semua sila dalam pancasila melalui pembangunan nasional dan peningkatan ketahanan nasional.

7. Memasuki Dasawarsa 80-an Dalam Terang Tema “Datanglah Kerajaanmu”

Seperti dalam sidang raya sekarang impian kita meninjau dan menilai pekerjaan dan pengalaman sesudah sidang raya yang menggariskan pokok tugas bersama untuk tahun yang akan datang. Yang akan dijalankan tahun kedepan tidak jauh dari apa yang telah di jalankan tahun lalu. Dalam tahun 80-an kita memasuki bangsa dalam dasawarsa kedua pembangunan. Itu berarti yang akan datang kita melanjutkan dan meningkatkan tugas kita dalam Negara Pancasila yang membangun maka itu samping unsure kelanjutan dan peningkatan akan ada juga koreksi pembaharuan. Dengan demikian ita lihat bahwa memahami pergumulan bangsa dalam terang Injil Kerajaan Allah bukan hal yang baru karena di waktu yang lalu dan apa yang akan dijalankan selama sidang raya merupakan kelanjutan dari upaya kita di waktu yang lalu.
Injil kerajaan Allah memberikan dinamika dan perspektif yang baru. Ada yang melihatnya sebagai identik dengan gereja dan berpendapat bahwa kerajaan Allah hanya menyangkut kehidupan kerohanian secara individual. Ada hubungan yang erat antara Kerajaan Allah dan Gereja. Namun gereja identik dengan Kerajaan Allah. Kerajaan Allah adalah keseluruhan pekerjaan penyelamatan Allah dalam Kristus di dunia pada umumnya. Kehidupan kerohanian dikatakan dimensi vertical dangat penting dalam Injil Kerajaan Allah. Hanya dengan bertobat dan percaya seseorang dapat memasuki Kerajaan Allah.
Pancasila tidak sama dengan Injil Kerajaan Allah. Akan tetapi dengan menimba inspirasi dan motivasi dari Agama masing-masing maka para warganegara yang menganut Agama yang berbeda membangun bersama masa depan dan mengamalkan semua sila pancasila. Bangsa kita menghadapi perguulan atau perjuangan yang berat dalam dasawarsa 80-an. Gereja kita menghadapi tugas panggilan yang berat. Dalam hubungan ini khusus menyebut masalah pendewasaan dammkemandirian berteologi serta masalah pengadaan tenaga dan dana. Di tengah pergumulan kita dalam dasawarsa 80-an membangun masa depan yang lebih baik dalam menghadapi bermacam-macam tantangan dan bahaya.

8. Futurologi, Idiologi Dan Eskatologi

            Futurologi, idiologi. Dan eskatologi dipergunakan dalam bahan persiapan untuk konperensi yang akan dating di dalam gereja dan masyarakat. Eskatologi melihat tanda-tanda jaman dengan penghakiman dan anugerah-Nya, dengan kasih dan janji-janji-Nya di tengah-tengah perkembangan sejarah. Idiologi hadir dalam perkataan pancasila dan futurology dalam membangun masa depan. Futurology dan idiologi berusaha memahami tugas gereja dengan menempatkan keseluruhan permasalahan dalam perspektif eskatologi. Furologi pertama disebabkan oleh kesadaran bahwa hidup kita dalam periode krisis yang selalu menentukan antara kehancuran atau timbulnya kemungkinan baru.

9. Pandangan Umum Terhadap Konsep Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) Yang Akan Datang

            GBHN 1978 bertujuan untuk mengadakan perubahan dan pertumbuhan dalam bidang material, iklim, pemikiran, dan harapan-harapan di kalangan masyarakat. GBHN mengadakan penilaian terhadap keadaan dan berusaha untuk mengadakan proses prognase dan proyeksi mengenai tantangan dan kesempatan yang dihadapi oleh bangsa. Dalam mengadakan prognase dan proyeksi masa depan dan menyusun saran agar GBHN 1978 dan 1983 terdapat kesinambungan, peningkatan, koreksi dan perubahan.

10. Sumbangan Agama-Agama Dalam Negara Pancasila Yang Membangun

            Agama mempunyai arti penting dalam kehidupan dari banyak manusia dan banyak masyarakat. Agama bermanfaat untuk menetapkan kesadaran koeksistensi dan meningkatkan ko-operasi berdasarkan tanggungjawab bersama mengenai perkembangan masyarakat-kebudayaan-negara. Lapisan kebudayaan-keagamaan Islam berakar di banyak daerah yang peranannya sentral dan memainkan peranan daerah-daerah saja. Gerakan Islam di Indonesia berlangsung secara tidak langsung artinya pengaruh umumnya diterima melalui sumber-sumber sekunder yang bersifat berat sebelah. Gerakan muslim modern sebagai salah satu perkembangan politik terpenting. Pancasila tidak identik dengan Agama dan keduanya mempunyai sumber dan hakekat yang berlainan tidak dimaksud untuk mempancasilakan agama atau untuk mengagamakan pancasila.

11.  Teknologi, Idiologi Dan Iman Kristen

            manusia modern adalah manusia teknologi dan sekaligus manusia idiologi. Pengaruh teknologi dan idiologi sangat besar dalam kehidupan, kesadaran, pemikiran, dan cita-cita manusia modern atau masyarakat modern. Teknologi modern tidak hanya menyangkut kemampuan manusia untuk membuat alat tetapi kemampuan manusia untuk mengubah lingkungan hidupnya. Manusia modern adalah manusia idiologi karena berpikir dan bertindak dalam kerangka sesuatu idiologi. Idiologi timbul dalam rangka peralihan dari masyarakat petani ke  masyarakat industri dimana teknologi menciptakan lingkungan sosial baru di berbagai lembaga modern. Idiologi ada yang bersifat ketat yang ingin secara mutlak dan secara totaliter segala sesuatu mengenai kehidupan, kesadaran, pemikiran, dan cita-cita masyarakat sehingga idiologi menjadi semacam agama tiruan.

12. Sebagai Penutup: Sepuluh Dalil

1)      Dengan doa “Datanglah Kerajaan-Mu” kita menantikan dan mengharapkan penggenapan Kerajaan Allah yang telah dinyatakan dengan kebangkitan Yesus Kristus, sambil mengambil bagian sepenuhnya secara bertanggung jawab dalam sejarah umat manusia, khusus sejarah bangsa Indonesia yang setelah meninggalkan iklim revolusi sedang berada dalam era pembangunannya.
2)      Kita percaya bahwa Tuhan sendiri yang telah menempatkan gereja-gereja di Indonesia dalam rangka pelaksanaan panggilan orang-orang percaya di segala tempat dan disepanjang zaman, untuk menjadi saksinya “di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria sampai ke ujung bumi”(Kis 1:8)
3)      Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya (Ibrani 13:8)
4)      Dengan bertolak dari iman Kristen dan dengan belajar dari pemikiran social Kristen yang telah berkembang dalam pergerakan oikumene internasional maka orang-orang Kristen di Indonesia memberikan sumbangan pikiran yang sebesar-besarnya dalam usaha bangsa Indonesia untuk membangun masyarakat adil, makmur dan lestari berdasarkan pancasila sebagai idiologi yang menolak baik komunisme yang bersifat totaliter dan ateis Maupun kapitalisme yang bersifat “Laissez faire” (kapitalisme yang tidak dikendalikan) serta demokrasi liberal, dengan catatan bahwa yang ditolak bukan prinsip demokrasi universal, melainkan paham liberalisme.
5)      Dalam pelita I, II, dan III bangsa kita melaksanakan tahap pertama pembagunan nasional. Dalam pelita IV, V, dan VI kita melaksanakan  tahap kedua pembangunan nasional menuju tinggal landas yang direncanakan aka berlangsung dalam pelita VI menjelang akhir abad ke-20. Pada pihak lain gereja berusaha agar tidak tersingkir dan kerdil, melainkan bertumbuh dan berkembang sambil memberi sumbangan positif, kreati, kritis dan realistis ditengah industralisasi menuju tinggal landas.
6)      Dalam mengembangkan sumbangan yang dapat deberikan oleh gereja-gereja agar pembangunan nasional sebagai pengalaman pancasila menuju tinggal landas berhasil dan tidak gagal, maka gereja Indonesia menarik pelajaran dari pengalaman yang positif dan negative dari gereja-gereja selama proses menuju tinggal landas di Negara Barat waktu lalu.
7)      Gereja-gereja di Indonesia menyatakan kehadirannya dalam proses pembangunan nasional sebagai pengamalan pancasila menuju tinggal landas baik pada tingkat makro maupun mikro.
8)      Gereja-gereja di Indonesia tidak akan dapat menghadapi tantangan dan mempergunakan kesempatan dalam pembangunan nasional sebagai pengamalan pancasila menuju tinggal landas, kecuali apabila gereja-gereja itu mengadakan pembaharuan pemikirannya dan dalam bentuk-bentuk serta cara-cara pelayanan dan kesaksiannya, membangun dirinya baik dalam arti meningkatkan efisiensinya maupun dalam membangun diri sebagai tubuh Kristus (Ef. 4:12).
9)      Pada dasarnya semua agama di Indonesia menghadapi tantangan yang sama seperti yang di hadapi oleh gereja di tengah-tengah pembangunan nasional sebagai pengamalan pancasila menuju tinggal landas menjelang akhir abad ke-20.
10)  Kurun  waktu 15 tahun yang akan dating dimana kita akan melaksanakab pembangunan nasional sebagai pengamalan pancasila menuju tinggal landas tidak akan bebas dari kerawanan social, sekalipun kita yakin bahwa dengan model pembangunan kita, yaitu pembangunan nasional sebagi pengamalan pancasila, kerawanan social itu dapat dijadikan seminimal mungkin sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh berbagai aliran ekstrim yang ingin mengubah baik dasar Negara maupun model pembangunan kita.