SEKOLAH TINGGI TEOLOGIA BANDUNG
Telaah Buku
Penulis : Dr.T.B. Simatupang
Penerbit : BPK Gining Mulia
1.
Indonesia Negeriku
Indonesia adalah negeri yang penuh
kontradiksi. Ia adalah sebuah “negeri Islam” terbesar di dunia, dalam arti
mempunyai jumlah penduduk beragama Islam yang terbanyak di dunia-lebih dari
seratus juta orang. Sebelum tahun 1965, Indonesia mempunyai partai Komunis yang
terkuat setelah Rusia dan Cina dan juga gereja-gerejanya.
Secara geografis, Indonesia adalah
negeri paling terpecah-pecah di kolong langit, yaitu dengan 13,667
pulau-pulaunya. Dari sudut bahasa, budaya, dan agama ia termasuk negeri paling
majemuk di dunia: 250 bahasa dan kira-kira 30 kelompok etnis. Masing-masing
kelompok mempunyai kepribadian, bahasa, dan agamanya sendiri-sendiri. Indonesia
mempunyai agama-agama Hindu, Buda, Islam, Kristen Protestan Dan Katolik kecuali
agama Yahudi. Walaupun demikian beragam Indonesia adalah satu.
Negeri saya telah melalui perang
kemerdekaan belum terlampau lama berselang. Dalam kehidupan bangsa-bangsa,
perang-semacam itu teristimewa bila berbentuk perang gerilya- merupakan
pengalaman yang amat menentukan. Negeri benar-benar lahir di tengah-tengah
kemerdekaan. Kemerdekaan adalah hasil perundingan. Sebagian besar dari
orang-orang yang terlibat daslam perang kemerdekaan masih hidup.
Kemudian datanglah periode lain
dengan revolusi sebagai tema utamanya. Dalam periode ini berusaha untuk
membuang yang lama dan menciptakan apa yang belum pernah ada sebelumnya. Setiap
orang mempunyai gagasan sendiri tentang masa depan. Di dalam situasi
revolusioner pertentangan-pertentangan gagasan menjadi lebih tajam.
Pertentangan yang paling tajam adalah antara orang-orang komunis, yang
mempunyai gagasan yang amat jelas tentang masa depan, dan seluruh mesyarakat
lainnya, yang tidak mempunyai gagasan
yang begitu jelas tentang masa depan, tetapi mengetahui penjelasan bahwa mereka
tidak dapat menerima apa yang diusulkan orang-orang komunis. Inilah yang
mengakibatkan bentrokan bahkan perang saudara pada tahun 1965.
Bentrokan ini merupakan pengalaman
yang mengerikan. Hal ini diperburuk oleh
kenangan pahit yang dilakukan orang-orang komunis pada bulan September 1948,
saat menghadapi ancaman serangan belanda. Pemberontakan komunis sebagai tikaman
dari belakang. Kedua peristiwa ini hanya meninggalkan bekas-bekas luka. Tetapi
sampai sekarang, 9 tahun setelah 1965, ia membuka luka baru di hati dan benak
banyak orang. Masalah politik yang masih belum terselesaikan adalah segi yang
tragis dari apa yang terjadi setelah pengalaman 1965 itu. Masalah mempunyai
tingkastan dimana tingkat yang paling dalam adalah masalah mengobati luka-luka
lama atau masalah kerukunan kembali. Ada kesenjangan-kesenjangan emosional dan
ideologis yang harus dijembani- ini bukanlah tugas yang mudah. Lalu ada masalah
keamanan. Orang-orang bertanggung jawab dalam mengambil resiko dari segi-segi
kemanusiaan dan perikemanusiaan.
Setelah periode tersebut, datanglah
apa yang merupakan penekanan yaitu
“pembangunan”. Berasal dari sebuah perang kemerdekaan, sebuah perang
rakyat, melewati revolusi, sebuah periode yang amat emosional, kami tiba pada
sebuah strategi pembangunan-sesuatu yang lebih pragmatis, kurang emosional.
Dibandingkan dengan India, dimana
gereja telah berdiri sejak abad-abad pertama, maka di Indonesia kekristenan
agak lambat masuk ke sejarah bangsa ini. Di Indonesia, kekristenan datang pada
waktu kebasngkitan ekspansionalisme barat, yaitu yang diawali oleh Spanyol dan
Portugis dan kemudian oleh Belanda. Ia datang dikemuncak abad-abad pekabaran
injil, yaitu abad 18 dan 19, dibawa oleh pekabar-pekabar injil yang sebagian
besar tidak mempunyai sangkutpaut dengan pemerintahan colonial Belanda.
Hasilnya ialah gereja-gereja rakyat di
bagian-bagian Indonesia yang belum
pernah di“hundu”kan atau di”Islam”kan. Gereja-gereja yang lebih kecil
berkembang di antara penduduk yang telah mengalami pengaruh Hindu dan Islam.
Demikianlah terdapat tiga tipe
gereja dengan kekhasannya sendiri-sendiri. Yang mengalami perkembangan paling
pesat, tentu saja adalah gereja yang lebih muda, oleh karena hidup di tengah
penduduk yang kebanyakan bukan Kristen. Kedatangan gereja ke Indonesia, ada
hubungannya dengan pemulaan ekspansi barat. Tetapi dengan amat segera ia
berakar di bumi Indonesia, memperkembangkan cirri-ciri khasnya, dan terutama di
daerah-daerah dimana orang Kristen adalah mayoritas tidak ada perasaan bahwa
mereka adalah sebuah kelompok yang menganut agama asing. Ciri khas cukup
penting dari orang-orang Kristen di Indonesia dibandingkan dengan yang ada di
negara-negara Asia lainnya: kekristenan bukanlah sebuah agama asing di
Indonesia.
Gelombang nasionalisme yang dating
sebagai reaksi terhadap, tetapi dalam arti tertentu adalah hasil dari ekspansi Barat, berusaha untuk
menyingkirkan dominasi Barat, sekaligus mengambil oper banyak pemikiran yang khas
dating dari Barat. Hanya dengan manfaat pemikiran-pemikiran yang dating dari
sejarah nasionalisme berhasil membebaskan Indonesia dari kolonialisme Barat.
Ketika nasionalisme belajar dari Barat, Indonesia menyadari diri sendiri
sebagai bangsa, lalu menciptakan bendera Indonesia dan juga bahasa Indonesia.
Satu bahasa, satu bangsa, satu tanah air merupakan kerangka perspektif ideology
tertentu nasionalisme bukan sosialisme.
Sejarah Indonesia sebagai Inspirasi yang memproklamasikan kemerdekaan sebuah
Negara yang modern dan sebagai Undang-Undang Dasar diciptakan.Hal ini terjadi
setelah kami menimba dari Barat. Nasionalisme adalah suatu reaksi terhadap
barat, tetapi satu kelanjutan dari sebuah proses modernisasi yang telah mulai
sebelumnya.
Pada permulaan dari
gerakan_kemerdekaan, gereja-gereja berada dalam kedudukan yang agak mendua.
Pada satu pihak,mereka adalah sebagian dari bangsa Indonesia berakar di
Indonesia. Gerakan kebangsaan pada waktu itu masih terorganisir secara
setempat-setempat. Gerakan nasional bersifat nasional dan lahirlah gagasan
tentang satu bangsa namun, gereja-gereja tetap terbagi-bagi secara etnis. Kurun
waktu dua puluhan merupakan kurun waktu yang kritis bagi hubungan antara antara
gereja-gereja dan gerakan kebangsaan. Pada waktu itu, orang-orang Kristen yang
menjadi nasionalis kadang-kadang dianggap oleh gereja sebagai orang Kristen
yang baik.
Sesuatu yang baru muncul dengan
gerekan mahasiswa Kristen yang tidak mengenal batas-batas etnis, para mahasiswa
dan pemuda dimungkinkan sekaligus Kristen dan nasionalis. Walaupun mereka
anggota gereja yang berbeda-beda, tetapi di dalam penampilan wajah oikumenis
dari kekristenan Indonesia. Dewan gereja-gereja di Indonesia (DGI) dilahirkan
dari perintis-perintis oikumenis, tetapi muncul belakangan pada tahun lima
puluhan.
Perang Dunia II dan masa pendudukan
Jepang adalah masa yang kritis bagi gereja-gereja di Indonesia. Hubungan dengan
gereja-gereja di luar negeri terputus dan mereka harus bertahan hidup di atas
kaki sendiri. Ini memberikan pengalaman yang melahirkan percaya diri kepada
gereja-gereja di Indonesia. Namuan, sebagian besar gereja-gereja telah menerima
dan menyadari hidup tanpa bantuan bilamana perlu. Perang kemerdekaan adalah
pangalaman yang amat berharga bagi orang-orang Kristen di Indonesia, karena
keikutsertaan dalam peranglah mereka sepenuhnya diterima dan diakui. Setiap
orang adalah bagian dari bangsa.
Pada tahun 1945, ketika Perang Dunia
II belum berakhir dan berada di ambang pintu gerbang kebangsaan, semua
orang umumnya spakat bahwa Indonesia harus bebas dan merdeka. Yang menjadi
masalah ialah Negara macam apa yang harus dilahirkan dan dibangun bersama-sama.
Rakyat Indonesia diharapkan pada satu pilihan antara pemahaman Negara sekuler
dan Negara agama. Pada tahun 1945 persoalan kesatuan Indonesia tak lagi menjadi
masalah dikalangan para nasionalis.
Dari sudut pandang filsfat Barat,
masalah mengandung pilihan “ini atau itu”, tetapi ditemukan sebuah jalan keluar
yang tidak berdasarkan pendekatan Barat. Negara pancasila adalah berdasarkan
prinsip “baik ini maupun itu” yang bersifat inklusif, yang bagi kami mungkin
karena suatu yang merangkum semua unsure yang dari sudut pandang barat
bertentangan satu sama lain. Ini adalah sesuatu yang khas bagi Indonesia,
bukanlah sikap acuh tak acuh, tetapi merupakan pemahaman yang inklusif terhadap
kenyataan. Dari latarbelakang filsafat inilah kami menghasilkan lima sila
pancasila sebagai filsafat Negara dimana kelima sila itu merupakan paying lebar
untuk semua manusia.
Pancasila adalah lebih dari sekedar
payung yang mempunyai daya tarik emosionalnya tersendiri dan menjadi sebuah
ideologi, tetapi sebuah pandangan hidup. tiga dari kelima sila mengingatkan
pada sila Sun Yat Sen: nasionalisme, demokrasi, dan sosialisme. Sila pertama
bukanlah kepercayaan kepada Allah, tetapi kepercayaan kepada ide ketuhanan oleh
karena istilah yang dipakai adalah ketuhanan. Sila pertama membicarakan
keallahan atasu keilahian dan kepercayaan kepada suatu yang maha transenden
seperti Maha Esa.
Sebagian besar penduduk Indonesia
beragama Islam. Islam tiba di Indonesia abad ke-13 dan menyebar dengan lambat
ke banyak bagian dari kepulauan Indonesia dan pada waktu agama Hindu sedang
mengalami kemunduran, Islam muncul sebagai kekuatan baru. Tiodak pernah ada
jaman Islam dalam arti kerajaan mencakup seluruh negeri. Latar belakang sejarah
menjelaskan mengapa semua menerima pancasila dan bagaimana pancasila berhasil
merangkul beraneka unsure sosial, budaya dan politik untuk membentuk satu
bangsa atau Negara.
Kelima sila pancasila tidak sama
dengan pengakuan iman yang ada pada beberapa gereja, yaiotu sesuatu yang sudah
jadi dan mempunyai pemahaman yang pasti. Pancasila adalah titik berangkat untuk
kehidupan bersama rakyat Indonesia. Pancasila sebagai jawaban tantangan dan
masalah praktis tetapi menentukan. Pancasila harus dipahami sebagai ideology
dan modus vivendi yang isinya ditentukan melalui proses dialog, kerja sama, dan
melayani bersama terus-menerus, serta menghadapi tantangan bersama.
Dari sudut pandang Kristen tidk ada
masalah untuk menerima pancasila dimana pancasila memberikan inspirasi dan
menjadi seperti doktrin tertutup. Fungsi ideologis pancasila adalah sebagai
sebuah kekuatan yang terbuka, positif dan kreatif.
Setelah perang gerilya yang
melahirkan kemerdekaan secara alamiah dapat timbul dari semacam pemerintahan
militer, dan akibat perang gerilya terhadap struktur politik dan sosial pada
masa berikutnya tidak dipahami banyak orang, khususnya bangsa-bangsa di dalam
sejarahnya tidak pernah mengalaminya atau telah mengalaminya berabad-abad yang
lalu. Percobaan gagal karena kelemahan-kelemahan di dalam dan pertentangan yang
tajam diantara partai politik sendiri. Secara potensial tidak hanya terdapat
dikotomi antara golongan komunis, tetapi juga antara golongan Islam dan
non-Islam serta pemberontakan militer.
Dalam hubungan masa depan paling
sedikit ada tiga kemungkinan walaupun lebih banyak kemungkinannya. Yang
pertama, pengulangan dari bahaya pengalaman Amerika latin dan Kuomintang. Yang
kedua, kemajuan-kemajuan akan dicapai melalui pembangunan tetapi diiringi oleh
proses dimana struktur-struktur semakin lama semakin kaku dan ketat. Yang
ketiga, berusaha menyumbangkan apa yang dapat disumbangkan dalam batas-batas yang ada yaitu seluruh negeri
berkembang, militer memainkan peran sebagai stabilisator dan dinamisator.
Seiring dengan perkembangan di dalam bidang ekonomi dan teknologi akan terjadi
perkembangan politik menuju bentuk-bentuk demokrasi yang lerbih matang.
Pembangunan dilihat sebagai koreksi
terhadap segala kesalahan yang telah dibuat yang mengangkat panji revolusi,
dimana revolusi meupakan sesuatu yang telah berlalu. Dan ada tiga perbedaan
pembangunan dengan revolusi, yaitu peranan emosi, penekanan ekonomi daripada
politik dan social, dan pemahaman yang lain tentang posisi di dunia
internasional.
2. Dinamika Menuju Kedewasaan Yang Kreatif
Keadaan Kristen
di Indonesia pada abad ke-20 berada dalam suatu lingkungan etnis tertentu dan
dikuasai oleh misionaris-misionaris
barat yang mempunyai pengeti pietitis tentang peran orang Kristen dalam
mayarak
Indonesia adalah suatu negeri yang terdiri dari tiga ribu pulau yang
dihuni dan ada satu bahasa serbagai alat komunikasi bagi seluruh bangsa yang
sangat penting dalam pertumbuhan teologi Indonesia. Struktur komunal Indonesia
dan agama suku merupakan pola dasar dalam kehidupan dan pemikiran banyak orang.
Di Indonesia perkembangan
ganda dari ekspansi barat modern dan penyebaran kekristenan yang diawali
oleh kedatangan orang portugis dan disusul oleh orang belanda dngan satu masa
pemerintahan selingan inggris untuk jangka waktu yang singkat selama perang
napoleon. Orang belanda adalah morang portugis dalam arti politik, komersial
dan religius. Setelah portugis diusir dari Indonesia maka kepercayaan roma
katolik pindah kepada kepercayaan Kristen protestan.
Awal dari abad ke-20 merupakan akhir dari suatu era. Tahun 1900-an
muncul nasionalisme yang berhubungan dengan kolonialisme yang mempunyai
segi-segi yang bersifat mendua. Nasionalisme adalah reaksi dan penolakan
terhadap kolonialisme. Periode sebelum lahirnya gereja di Indonesia
keterlibatan Indonesia dalam rangka oikumene.
Gerakan ini dimulai tahun 1908 sebagai satu gerakan
mahasiswa-mahasiswa sekolah kedokteran di Jakarta dengan memperlihatkan
pengaruh kebudayaan Jawa yang agak kuat sebagai cita-cita religius dan social.
Gereja permulaan mempunyai penglihatan terbatas pada suatu suku.
Ketidak mampuan gereja menjawab tantangan-tantangan jaman barudan tidak
menghalangi anggota-anggotanya secara perorangan untuk menggabungkan diri pada
gerakan nasionalisme.
Gereja
yang berdiri sendiri pertama adalah Huria Kristen Batak Protestan pada tahun
1930, yang merupakan suatu jawab yang penting terhadap tantangan jaman.
Kenyataannya sudah ada generasi dokter dan sarjana Hukum Kristen Indonesia,
bersama suatu gerakan mahasiswa Kristen yang mempunyai peran penting dalam
kehidupan dan pamikiran gereja.
Sekolah
teologi tinggi mulai tahun 1934 di Bogor dan kemudian pindah ke Jakarta, dan
memainkan peranan penting dalam kehidupan dan pemikiran gereja di Indonesia
selama empat decade terakhir.
Jaman
pandudukan Jepang adalah awal dari satu masa yang baru dalam kehidupan bangsa
dan gereja. Jaman ekspansi kolonial barat dan penyebarab kekristenan dimulai
pada abad ke-16 secara mutlak juga diakhiri. Jaman penduduk Jepang
gereja-gereja di Indonesia membuktikan bahwa mereka mampu melanjutkan hidupnya.
Orang Kristen
berada dalam keadaan yang khas pada waktu Indonesia kebanyakan beragama islam
memproklamasikan kemerdekaan dan secara selang-seling harus berpeang selama
empat tahun yaitu dari 1945-1949 melawan belanda yang membawa kekristenan ke
Indonesia.
Peristiwa penting mempengaruhi
kehidupan dan pemikiran gereja setelah kemerdekaan Indonesia yang diakui oleh
dunia sehingga akibatnya hubungan dengan dunia luar dipulihkan kembali. Dewan gereja
diIndonesia didirikan pada bulan mei 1950 dan berbagai arus kejadian dan
pemikiran yang mengalir kedalam kehidupan dan pemikirannya sejak dari mulanya.
Pendirian dewan gereja di Indonesia ialah kesan dari Amsterdam (1948).dewan
merupakan tempat pertemuan antara keterlibatan oikumenis dan gereja bersama
dalam kehidupan bangsa melalui perhatian mereka bersama terhadap keesaan,
pengutusan dan pelayanan.
Rancangan
pengakuan iman bersama berkisar pada pokok-pokok masalah:
- Dogma trinitas atas keesaan Allah
mempertanyakan pengalimatan trinitaris.
- Masalah gereja dan oikumenitasnya perlu untuk
menekankan gereja di Indonesia adalah gereja dalam lingkungan bangsa dari
satu gereja Kudus dan Am.
- Pandangan gereja tentang manusia dengan
menekankan kebebasan dan tanggungjawabnya terutama kebebasan beragama
dalam terang tantangan pihak islam dan lain-lain.
- Tanggungjawab sosial ditekankan dalam hubungan
dengan alam sekitar, ilmu pengetahuan dan teknologi, tantangan masyarakat,
harapan dan ilusi dalam proses pembangunan.
Gereja pada dasarnya melihat tugas
pekabaran injil sebagai pusat panggilan dimana tugas itu dimengerti sebagasi
pertama-tama ditujukan pada suku-suku tertentu secara terpisah-pisah yang
dilihat sebagai wilayah untuk panggilan bersama dari semua gereja bagi
kesaksian dan pelayanannya dengan memperhatikan `latarbelakang religius
kultural yang khusus dari berbagai suku maupun pengalaman bersama.
Sejak tahun 1940-an gereja-gereja yang
berdiri sendiri sebagai gereja suku dengan
latarbelakang teologi yang pietistis. Pemikiran sosial gereja dan
tidakannya: dibawah desakan tantangan nyata oleh rasa keterlibatan dan desakan langsung. Dan
juga pemikiran oikumenis baik dari lingkungan dewan gereja asia maupun dari
lingkungan dewan gereja se-Dunia. Sidang
raya dewan gereja di Indonesia mengenai tugas Kristen dalam revolusi yaitu:
revolusi yang berusaha melahirkan masyarakat baru yang berada di luar rencana
Allah tetapi di dalam terang injil Allah.
Kedewasaan dan kreatif tidak menyangkal
sejarah tetapi dalam pergumulan dengan tantangan kurun sejarah yang membuat
warisan masa lampau berubah.
3. Idiologi Dan Injil: Suatu Perspektif Indonesia
Gereja-gereja dengan latarbelakang
pekabar injil terkejut karenamenghadapi suatu keadaan yang baru. Negara-negara
mencapai tahap masyarakat industri modern di bawah atau suatu system totaliter
untuk mengubah dan membaharui system dari dalam.perubahan terjadi karena reformasi, revolusi industri,
revolusi amerika, revolusi prancis, perang saudara di AS, revolusi rusia.
Kasus Indonesia menunjukkan
pentingnya idiologi bagi hidup suatu Negara dinia ketiga semenjak saat
berdirinya setiap idiologi dapat ditantang oleh idiologi-idiologi saingan atau
tandingan tetapi juga untuk menetapkan antara peranan yang wajar dan peranan
yang menyimpang dari idiologi. Pancasila mampu memberi lebih banyak pengarahan
terhadap rencana pembangunan dan usaha pembangunan dan mengembangkan perhatian
yang lebih besar tehadap aspek etika, martabat manusia, demokrasi dan keadilan
sosial.
Dimensi idiologis mencerminkan suastu perspektif sejarah yang
dinamis meresapi pemikiran masyarakat modern atau sedang memodernkan
dirinya.perubahan sejarah sebagai akibat dari dinamika eskatologis injil
terhadap jalannya manusia yang memberikan pengesahan bagi perlawanan untuk
mencapai perubahan sosial di tengah struktur sosial.
4. Komunisme Dipandang Dari Sudut Agama Kristen
Protestan
Komunisme adalah ajaran yang keliru
yang harus dipelajari dengan sebaik-baiknya untuk memberi arti dan ntujuan
dalam pakaian ilmiah. Masyarakat mengalami peningkatan industrialisasi di bawah
system yang disebut kapitalisme untuk membeberkan segi-segi negatife dari
proses yang sedang berlaku yang membuktikan masyarakat kapitalis mempunyai
industri yang tinggi dan beralih menjadi masyarakat komunis. Pandangan komunise mengenai Negara
dapat dipahami dalam rangka keseluruhan pandangan komunisme yang berbicara
mengenai arti Negara sebagi bagian yang penting dalam pemikiran komunis
memasuki tugas menghadapi pertanyaan arti faham. Negara dan revolusi lebih
berharga sebagai senjata idiologis daripada sebagi dasar untuk membangun
kekuasaan yang baru yang disusun menurut ide-idenya.
Dalam
dunia Kristen protestan terdapat pemikiran yang yang terus-menerus sebagai
hasil dari pemikiran para ahli teologi dan sebagai hasil musyawarah
gereja-gereja yang hidup dalm situasi politik, ekonomi, sosial/budaya.
5. Tugas Kita
Dalam Negara Pancasila Yang Membangun
Pengalaman masa
lalu dan tugas di masa depan kita renungkan dengan meninjau semua factor yang
mempengaruhi hidup manusia. Tugas gereja ialah untuk hidup sebagai gereja yang
taat kepada Tuhan yang tidak berubah. Umat manusia dengan kebudayaannya dengan
ilmu politik, social dan ekonomi.
Di tengah
masyarakat yang bergolak dam berubah kita bergumul untuk memahami tugas yang
diterimanya dari Tuhan. Mempunyai kesadaran untuk memikirkan membangun masa
depan yang baru. Kita di utus ke masyarakat untuk melaksanakan pembangunan
dalam negara pancasila. Dalam menghadapi tugas bersama kita selalu terbuka bagi
pandangan yang bersumber [ada latar belakang kepercayaan dan keyakinan.
Memberikan sumbangan pemikiran yang menentukan arah dan sifat pembangunan kita
demi tanggung jawab masa depan dan program yang ditunjukkan untuk kebutuhan
masyarakat yang harus dilayani. Gereja diutus ke dalam dunia untuk menjadi
saksi kasih Allah dan rencana penyelamatan Allah dalam Yesus. Gereja
menjalankan tugasnya dalam negara dengan menyerukan agar baik pemerintah dan
golongan mengambil bagian dalam pemilihan. Sebagai gereja kita harus
mendampingi, membimbing manusia sebagai individu dan sebagai kelompok agar dia
sanggup menjalankan hak dan kewajibannya.
6.Panggilan
untuk Pembebasan Dan Persatuan Dalam Gereja, Masyarakat Dan Dunia
Sidang raya
adalah suatu organisasi yang sama tingginya dengan organiosasi lain. Bedanya
ialah bahwa kegiatan dalam sidang raya adalah bisnis dalam rangka ibadah. Injil
tidak berubah namun oleh karena keadaan berubah maka tema dan subtema sebagai
alat pembantu ditetapkan sebagai alat Bantu guman menegakkan injil. Tugas
gereja ialah menyampaikan injil sepenuhnya kepada manusia seutuhnya baik negara
maupun di dunia. Mematuhi panggilann untuk ambil bagian dalam karya pembebasan
dan pemersatuan Tuhan Yesus Kristus. Panggilan untuk pembebasan persatuan dalam
gereja masyarakat dan dunia seperti dicantumkan dalam sub-tema sidang rakyat
adalah panggilan yang konkret. Kesatuan bangsa mengandung unsure kekuasaan
sedangkan keesaan gereja tidak boleh menonjolkan kuasa melainkan adalah bagi
kesaksian dan pelayanan. Tidak hanya pembentukkan gereja yang esa itu juga
struktur gereja adalah demi kesaksian dan pelayanan. Juga dalam proses
memuarakan sejarah gereja ke dalam sejarah bersama dihadapi banyak masalah.
Namun dalam kesetiaan kepada Tuhan membebaskan dan mempersatukan maka pastilah
sidang raya akan dapat lebih pesat atas jalan bagi pertumbuhan yang lebih luas.
Artinya semua
factor itu harus dipahami secara teologis megenai masalah bahasa dan kebudayaan
umpamanya jelas bahwa dalam menyampaikan injil kepada dunioa maka gereja selalu
mempergunakan bahasa dan selalu hidup dalam kebudayaannya. Tujuan partisipasi
kita dalam perkembangan masyarakat itu adalah agar dalam masyarakat itu
terdapat kebebasan, keadilan, kebenaran, kesejahteraan dan persatuan bagi semua
warganegara bahkan bagi seluruh penduduk. Panggilan untuk pembbasan dan
persatuan dalam masyarakat ini. Mengenai panggilan untuk pembebasan dan
persatuan dalam masyarakat ini kita membicarakan partisipasi kita dalam
mengembangkan gagasan mengenai arah tujuan dan cara dalam pembangunan nasional.
Banyak di antara
kita telah dan akan terus mengamnil bagian dalam perjuangan untuk pembebasan
dan persatuan dalam hidup bangsa dan negara. Pembebasan dan persatuan dalam
hidup bangsa dan negara juga berarti mengusahakan adanya keseimbangan yang
kreatif antara kebebasan dan persatuan. Kita berusaha untuk meng hindarkan
bahaya dengan tekad bersama mengamalkan semua sila dalam pancasila melalui
pembangunan nasional dan peningkatan ketahanan nasional.
7. Memasuki
Dasawarsa 80-an Dalam Terang Tema “Datanglah Kerajaanmu”
Seperti dalam
sidang raya sekarang impian kita meninjau dan menilai pekerjaan dan pengalaman
sesudah sidang raya yang menggariskan pokok tugas bersama untuk tahun yang akan
datang. Yang akan dijalankan tahun kedepan tidak jauh dari apa yang telah di
jalankan tahun lalu. Dalam tahun 80-an kita memasuki bangsa dalam dasawarsa
kedua pembangunan. Itu berarti yang akan datang kita melanjutkan dan
meningkatkan tugas kita dalam Negara Pancasila yang membangun maka itu samping
unsure kelanjutan dan peningkatan akan ada juga koreksi pembaharuan. Dengan
demikian ita lihat bahwa memahami pergumulan bangsa dalam terang Injil Kerajaan
Allah bukan hal yang baru karena di waktu yang lalu dan apa yang akan
dijalankan selama sidang raya merupakan kelanjutan dari upaya kita di waktu
yang lalu.
Injil kerajaan
Allah memberikan dinamika dan perspektif yang baru. Ada yang melihatnya sebagai
identik dengan gereja dan berpendapat bahwa kerajaan Allah hanya menyangkut
kehidupan kerohanian secara individual. Ada hubungan yang erat antara Kerajaan
Allah dan Gereja. Namun gereja identik dengan Kerajaan Allah. Kerajaan Allah
adalah keseluruhan pekerjaan penyelamatan Allah dalam Kristus di dunia pada
umumnya. Kehidupan kerohanian dikatakan dimensi vertical dangat penting dalam
Injil Kerajaan Allah. Hanya dengan bertobat dan percaya seseorang dapat
memasuki Kerajaan Allah.
Pancasila tidak
sama dengan Injil Kerajaan Allah. Akan tetapi dengan menimba inspirasi dan
motivasi dari Agama masing-masing maka para warganegara yang menganut Agama
yang berbeda membangun bersama masa depan dan mengamalkan semua sila pancasila.
Bangsa kita menghadapi perguulan atau perjuangan yang berat dalam dasawarsa
80-an. Gereja kita menghadapi tugas panggilan yang berat. Dalam hubungan ini
khusus menyebut masalah pendewasaan dammkemandirian berteologi serta masalah
pengadaan tenaga dan dana. Di tengah pergumulan kita dalam dasawarsa 80-an
membangun masa depan yang lebih baik dalam menghadapi bermacam-macam tantangan
dan bahaya.
8. Futurologi, Idiologi Dan Eskatologi
Futurologi, idiologi. Dan eskatologi
dipergunakan dalam bahan persiapan untuk konperensi yang akan dating di dalam
gereja dan masyarakat. Eskatologi melihat tanda-tanda jaman dengan penghakiman
dan anugerah-Nya, dengan kasih dan janji-janji-Nya di tengah-tengah
perkembangan sejarah. Idiologi hadir dalam perkataan pancasila dan futurology
dalam membangun masa depan. Futurology dan idiologi berusaha memahami tugas
gereja dengan menempatkan keseluruhan permasalahan dalam perspektif eskatologi.
Furologi pertama disebabkan oleh kesadaran bahwa hidup kita dalam periode
krisis yang selalu menentukan antara kehancuran atau timbulnya kemungkinan
baru.
9. Pandangan Umum Terhadap Konsep Garis-Garis Besar Haluan Negara
(GBHN) Yang Akan Datang
GBHN 1978 bertujuan untuk mengadakan
perubahan dan pertumbuhan dalam bidang material, iklim, pemikiran, dan
harapan-harapan di kalangan masyarakat. GBHN mengadakan penilaian terhadap
keadaan dan berusaha untuk mengadakan proses prognase dan proyeksi mengenai
tantangan dan kesempatan yang dihadapi oleh bangsa. Dalam mengadakan prognase
dan proyeksi masa depan dan menyusun saran agar GBHN 1978 dan 1983 terdapat
kesinambungan, peningkatan, koreksi dan perubahan.
10. Sumbangan Agama-Agama Dalam Negara Pancasila Yang Membangun
Agama mempunyai arti penting dalam kehidupan dari banyak manusia dan
banyak masyarakat. Agama bermanfaat untuk menetapkan kesadaran koeksistensi dan
meningkatkan ko-operasi berdasarkan tanggungjawab bersama mengenai perkembangan
masyarakat-kebudayaan-negara. Lapisan kebudayaan-keagamaan Islam berakar di
banyak daerah yang peranannya sentral dan memainkan peranan daerah-daerah saja.
Gerakan Islam di Indonesia berlangsung secara tidak langsung artinya pengaruh
umumnya diterima melalui sumber-sumber sekunder yang bersifat berat sebelah.
Gerakan muslim modern sebagai salah satu perkembangan politik terpenting.
Pancasila tidak identik dengan Agama dan keduanya mempunyai sumber dan hakekat
yang berlainan tidak dimaksud untuk mempancasilakan agama atau untuk
mengagamakan pancasila.
11. Teknologi, Idiologi Dan
Iman Kristen
manusia
modern adalah manusia teknologi dan sekaligus manusia idiologi. Pengaruh
teknologi dan idiologi sangat besar dalam kehidupan, kesadaran, pemikiran, dan
cita-cita manusia modern atau masyarakat modern. Teknologi modern tidak hanya
menyangkut kemampuan manusia untuk membuat alat tetapi kemampuan manusia untuk
mengubah lingkungan hidupnya. Manusia modern adalah manusia idiologi karena
berpikir dan bertindak dalam kerangka sesuatu idiologi. Idiologi timbul dalam
rangka peralihan dari masyarakat petani ke
masyarakat industri dimana teknologi menciptakan lingkungan sosial baru
di berbagai lembaga modern. Idiologi ada yang bersifat ketat yang ingin secara
mutlak dan secara totaliter segala sesuatu mengenai kehidupan, kesadaran,
pemikiran, dan cita-cita masyarakat sehingga idiologi menjadi semacam agama
tiruan.
12. Sebagai Penutup: Sepuluh Dalil
1)
Dengan doa “Datanglah
Kerajaan-Mu” kita menantikan dan mengharapkan penggenapan Kerajaan Allah yang
telah dinyatakan dengan kebangkitan Yesus Kristus, sambil mengambil bagian
sepenuhnya secara bertanggung jawab dalam sejarah umat manusia, khusus sejarah
bangsa Indonesia yang setelah meninggalkan iklim revolusi sedang berada dalam
era pembangunannya.
2)
Kita percaya bahwa Tuhan
sendiri yang telah menempatkan gereja-gereja di Indonesia dalam rangka
pelaksanaan panggilan orang-orang percaya di segala tempat dan disepanjang
zaman, untuk menjadi saksinya “di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria
sampai ke ujung bumi”(Kis 1:8)
3)
Yesus Kristus tetap sama, baik
kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya (Ibrani 13:8)
4)
Dengan bertolak dari iman
Kristen dan dengan belajar dari pemikiran social Kristen yang telah berkembang
dalam pergerakan oikumene internasional maka orang-orang Kristen di Indonesia
memberikan sumbangan pikiran yang sebesar-besarnya dalam usaha bangsa Indonesia
untuk membangun masyarakat adil, makmur dan lestari berdasarkan pancasila
sebagai idiologi yang menolak baik komunisme yang bersifat totaliter dan ateis
Maupun kapitalisme yang bersifat “Laissez faire” (kapitalisme yang tidak
dikendalikan) serta demokrasi liberal, dengan catatan bahwa yang ditolak bukan
prinsip demokrasi universal, melainkan paham liberalisme.
5)
Dalam pelita I, II, dan III
bangsa kita melaksanakan tahap pertama pembagunan nasional. Dalam pelita IV, V,
dan VI kita melaksanakan tahap kedua
pembangunan nasional menuju tinggal landas yang direncanakan aka berlangsung
dalam pelita VI menjelang akhir abad ke-20. Pada pihak lain gereja berusaha
agar tidak tersingkir dan kerdil, melainkan bertumbuh dan berkembang sambil
memberi sumbangan positif, kreati, kritis dan realistis ditengah industralisasi
menuju tinggal landas.
6)
Dalam mengembangkan sumbangan
yang dapat deberikan oleh gereja-gereja agar pembangunan nasional sebagai
pengalaman pancasila menuju tinggal landas berhasil dan tidak gagal, maka
gereja Indonesia menarik pelajaran dari pengalaman yang positif dan negative
dari gereja-gereja selama proses menuju tinggal landas di Negara Barat waktu
lalu.
7)
Gereja-gereja di Indonesia
menyatakan kehadirannya dalam proses pembangunan nasional sebagai pengamalan
pancasila menuju tinggal landas baik pada tingkat makro maupun mikro.
8)
Gereja-gereja di Indonesia
tidak akan dapat menghadapi tantangan dan mempergunakan kesempatan dalam
pembangunan nasional sebagai pengamalan pancasila menuju tinggal landas,
kecuali apabila gereja-gereja itu mengadakan pembaharuan pemikirannya dan dalam
bentuk-bentuk serta cara-cara pelayanan dan kesaksiannya, membangun dirinya
baik dalam arti meningkatkan efisiensinya maupun dalam membangun diri sebagai
tubuh Kristus (Ef. 4:12).
9)
Pada dasarnya semua agama di
Indonesia menghadapi tantangan yang sama seperti yang di hadapi oleh gereja di
tengah-tengah pembangunan nasional sebagai pengamalan pancasila menuju tinggal
landas menjelang akhir abad ke-20.
10)
Kurun waktu 15 tahun yang akan dating dimana kita
akan melaksanakab pembangunan nasional sebagai pengamalan pancasila menuju
tinggal landas tidak akan bebas dari kerawanan social, sekalipun kita yakin
bahwa dengan model pembangunan kita, yaitu pembangunan nasional sebagi
pengamalan pancasila, kerawanan social itu dapat dijadikan seminimal mungkin
sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh berbagai aliran ekstrim yang ingin
mengubah baik dasar Negara maupun model pembangunan kita.