Selasa, 18 Maret 2014

Krisis Kepemimpinan dalam Gereja-Gereja Masa Kini (Deskriptif Analisis Terhadap Kepemimpinan Rohani di Indonesia)

I. PENDAHULUAN

Integritas adalah modal utama seorang pemimpin, namun sekaligus modal yang paling jarang dimiliki oleh pemimpin. Integritas ialah keadaan dimana sesuatu sama dan lengkap dalam suatu kesatuan. Artinya : “Kata-kata saya sesuai dengan perbuatan saya, kapanpun dan dimanapun saya berada”. Orang yang berintegritas ialah orang yang punya prinsip, orang yang memiliki kepribadian yang teguh dan mempertahankannya dengan konsisten. Integritas berbeda dengan image. Image adalah apa yang orang pikir tentang siapa dirinya sendiri. Image adalah persepsi orang terhadap pribadi orang lain. Integritas adalah siapa pribadi seseorang sesungguhnya.
Alasan-alasan mengapa integritas begitu penting :
(1)     Integritas membina kepercayaan (trust) – seseorang yang memiliki integritas dan mempertahankannya akan mendapat kepercayaan yang besar dari orang lain.
(2)     Integritas punya pengaruh yang sangat tinggi bagi para pengikut – pemimpin yang berintegritas sangat dikagumi dan diteladani oleh pengikutnya.
(3)     Integritas memiliki standar yang tinggi – pemimpin yang berintegritas harus hidup dengan standar yang lebih tinggi daripada pengikutnya.
(4)     Integritas menghasilkan reputasi yang kuat, bukan hanya citra – citra adalah apa yang dipikirkan orang tentang kita, tetapi integritas adalah diri kita sesungguhnya.
(5)     Integritas berarti menghayati sendiri sebelum memimpin orang lain – sebelum kita mengajarkan atau mengajak orang lain untuk melakukan sesuatu kita harus terlebih dulu hidup di dalamnya.
(6)     Integritas adalah prestasi yang dicapai dengan susah payah – integritas adalah hasil dari disiplin pribadi, kepercayaan batin, keputusan yang konsisten dan komitmen yang kuat sepanjang hidup.
Integritas merupakan suatu kata yang tidak asing lagi di dalam kehidupan orang-orang pada masa kini. Tetapi banyak pemimpin yang jatuh didalam kepemimpinannya karena kurang memperhatikan integritasnya sebagai pemimpin. Integritas itu sudah dianggap tidak penting lagi dalam kehidupan setiap orang. John Maxwell di dalam buku “Menjadi Orang Yang Berpengaruh” mengatakan “Tampaknya banyak orang memandang integritas sebagai ide yang sudah ketinggalan zaman, sesuatu yang boleh dibuang atau tidak lagi berlaku di dunia yang berpacu cepat ini”.
Integritas memang bukan suatu yang mudah untuk dimiliki seseorang. Dalam kamus bahasa Indonesia mengartikan integritas itu sebagai suatu keutuhan, kejujuran, penyatuan supaya menjadi suatu kebulatan atau menjadi utuh. Integritas memiliki pengertian yang mendalam untuk setiap pemimpin. integritas yang tinggi menuntut para pemimpin untuk bersifat terbuka dan jujur.
Jika integritas seorang pemimpin tidak kuat, maka kala badai tekanan datang, runtuhlah kepemimpinan yang sudah dibangun. Tetapi jika seorang pemimpin memiliki integritas, maka sekuat apa pun badai tekanan datang, ia tetap menjadi seorang pemimpin yang dapat diandalkan. Seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan menangani kerumitan dari setiap permasalahan yang ada berdasarkan integritas. Integritas terlihat katika ada tantangan yang melanggar kode etik dan cara menyelesaikan kerumitan persoalan yang sedang dihadapi. Melalui pengamatan dari penulis, integritas ini sangat penting sehingga dalam paper ini penulis ingin memaparkan apa itu kepemimpinan, dan bagaimana integritas kepemimpinan Kristen.

II. DEFINISI KEPEMIMPINAN
           
Pemimpin ialah seorang yang mengetahui tujuannya dengan jelas (dan mempunyai keyakinan pribadi tentang tujuan itu), serta mampu mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan orang-orang lain untuk mencapai tujuan tersebut secara efektif.[1] George Barna dalam bukunya Leaders on Leadership mengutip penjelasanWarren Bennis dan Burt Nanus bahwa, “Kepemimpinan adalah melakukan segala sesuatu dengan benar.” Sedangkan J. Oswald Sanders berpendapat bahwa, “Kepemimpinan adalah pengaruh.”Garry Wills mengatakan, “kepemimpinan adalah mengarahkan orang lain menuju tujuan yang diperjuangkan bersama oleh pemimpin dan pengikut-pengikutnya.”[2] Stogdill mendefinisikan kepemimpinan sebagai “proses mempengaruhi aktivitas suatu kelompok yang terorganisasi dalam usahanya untuk mencapai penetapan tujuan dan pencapaian tujuan.[3]
     Dalam bukunya yang berjudul “Kepemimpinan Kristen yang Berhasil,” Charles R. Swindoll mengemukakan bahwa: “Kepemimpinan yang sejati ditandai dengan adanya kerajinan dan ketekunan ditengah-tengah tugas yang di percayakan kepadanya.”[4]  Poctafianus mengatakan bahwa:  “Pemimpin Kristen yang baik adalah pemimpin yang dapat memperkaya kepribadian orang yang dipimpinnya.”[5] Tuhan telah menyediakan bagi kita pemimpin-pemimpin tahun demi tahun untuk berusaha membimbing umat-Nya maju secara rohani. Joyce Meyer mengatakan dalam bukunya yang berjudul Pemimpin yang Sedang Dibentuk bahwa: “Kunci kebahagiaan dan kepuasan bukan dengan mengubah situasi dan kondisi kita, tetapi dengan mempercayakan Allah untuk mengerjakan rencana-Nya yang baik dalam hidup kita sampai kita melihat hasilnya.”[6] Kepemimpinan secara rohani adalah kepemimpinan yang bertumbuh dalam urapan Roh Kudus (menangani kehidupan orang Kristen secara rohani). Pada dasarnya kita dilahirkan untuk menjadi seorang pemimpin, baik memimpin orang-orang yang Allah percayakan untuk dipimpin,juga menjadi seorang yang cakap memimpin diri sendiri.
Banyak para pakar kepemimpinan sekuler memberikan definisi yang berbeda tentang kepemimpinan, beberapa diantaranya adalah:[7]
1.      Kepemimpinan adalah perilaku individu yang mengarahkan aktivitas kelompok untuk mencapai sasaran bersama.
2.      Kepemimpinan adalah pengaruh tambahan yang melebihi dan berada di atas kebutuhan mekanis dalam mengarahkan organisasi secara rutin.
3.      Kepemimpinan adalah proses memengaruhi aktivitas kelompok yang terorganisir untuk mencapai sasaran.
4.      Kepemimpinan adalah proses memberi tujuan ke usaha kolektif yang menyebabkan adanya usaha yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan.
5.      Kepemimpinan adalah kemampuan untuk membuat orang memahami manfaat bekerja sama dengan orang lain sehingga dimengerti dan mau melakukan.
6.      Kepemimpinan adalah kemampuan untuk memengaruhi individu, memotivasi, membuat orang lain mampu memberi kontribusinya demi efektivitas dan keberhasilan organisasi.
7.      Kepemimpinan merupakan proses timbal-balik antara yang memimpin dengan yang  dipimpin.
Melalui definisi di atas dapat dilihat bahwa kepemimpinan dilihat dari sekuler merupakan hanya sebatas pencapaian visi, misi, sukses, keuntungan dan target. Sedangkan pemimpin Kristen memberikan definisi tentang kepemimpinan itu lebih pada transformasi kehidupan orang-orang yang dipimpin ke arah keserupaan dengan gambar Khaliknya di mana manusia dibawa untuk mengerjakan visi dan misi Tuhan bagi dunia ini apapun bidang kehidupannya dan pekerjaannya. [8]

Prinsip-Prinsip Kepemimpinan Kristen
Seorang pemimpin seharusnya menjalani kehidupan yang patut di contoh, baik bagi orang Kristen maupun non-Kristen. Seorang pemimpin harus bersih dalam hal moral, menjaga kebenaran menurut standar Allah. Seorang pemimpin harus hidup dengan penuh iman, menunjukkan harapan dan mewujudkan kasih sejati yang alkitabiah dalam setiap hubungan. Seorang pemimpin harus menjalani kehidupan yang tertib, sehingga injil menjadi menarik bagi orang-orang yang belum percaya. Seorang pemimpin harus dapat mengontrol dan menguasai dirinya dalam segala keadaan.
Kepemimpinan adalah pengaruh. Setiap pemimpin pasti memiliki dua karakteristik ini: ia sedang menuju suatu tempat dan ia mampu membujuk orang lain untuk pergi bersamanya.  Pengaruh harus diukur untuk menentukan kualitasnya. Apakah pemimpin tersebut memiliki pengikut karena posisinya, artinya pemimpin menggunakan kekuatan dari jabatan yang di sandangnya, atau pemimpin banyak diikuti karana keberadaannya. Artinya bahwa pemimpin melebihi organisasi itu dan telah mengembangkan orang orang yang mengikutinya itu dengan sekala kelas dunia.
Kualitas dari seorang pemimpin diukur dari kualitas yang dimiliki para pengikutnya. Sebab kualitas seorang pengikut mencerminkan kualitas pemimpinnya pula. Pada dasarnya setiap hari setiap orang dapat menjumpai adanya praktek-praktek kepemimpinan dimanapun setiap orang itu berada. Baik didalam organisasi dimana setiap orang dapat menjadi bagian didalamnya, di dalam pemerintahan suatu negara, bahkan dilingkungan masyarakat dimana tinggal, praktek-praktek kepemimpinan selalu menjadi bagian dari sebuah metode dimana pencapaian sebuah tujuan dapat diraih didalamnya. Permasalahannya adalah bagaimana seorang pemimpin mampu memberikan dampak atau pengaruh bagi kepemimpinannya. Melalui pengaruh-pengaruh itu akan dapat dilihat kualitas serta keberhasilan yang di capai dalam kepemimpinan tersebut.
Para pemimpin dalam beberapa organisasi tidak mengenali pentingnya menciptakan suatu keadaan yang menghasilkan pengembangan calon-calon pemimpin. Hanya pemimpinlah yang dapat mengendalikan lingkungan organisasi mereka. Mereka dapat menjadi pemicu perubahan yang menciptakan suatu keadaan yang mengasilkan pertumbuhan.
Ada 4 (empat) hal utama yang perlu dibangun sebagai jalan panjang persiapan pemimpin Kristen untuk meneladani karakter dan integritas Kristus menjadi pemimpin yang berintegritas, yaitu : [9]
(1)     Kristus sebagai model - Ketuhanan Kristus, yaitu menjadikan Yesus sebagai Tuhan dalam setiap keputusan kehidupan
(2)     Injil sebagai dasar – keyakinan akan Injil sebagai dasar dari kehidupan menuntut untuk memahami firman Tuhan sebagai dasar dalam setiap keputusan yang akan diambil. Injil bukan hanya mengubah diri tetapi juga akan menjadi daya pengaruh terhadap orang di sekitar.
(3)      Tubuh Kristus sebagai tujuan panggilan – akan mengubah seluruh prioritas dan strategi hidup. Sasaran dan perencanaan kepemimpinan tidak lagi berorientasi kepada diri sendiri saja tetapi kepada amanat yang Tuhan percayakan.
(4)     Kehidupan yang terus-menerus menyerupai Kristus – hidup dengan gaya hidup yang menyerupai Kristus adalah pengejawantahan dari kepemimpinan yang berpusatkan Kristus.
Dari beberapa karakteristik utama seorang pemimpin : karakter, kepedulian, komunikasi, kompetensi, komitmen dan keberanian (character, caring, communication, competence, commitment dan courage), karakter atau integritas adalah yang paling utama. Integritas yang sejati haruslah beralaskan kehidupan kerohanian yang sehat.
Peran pemimpin sangat besar dalam menentukan maju mundurnya suatu lembaga atau organisasi, baik sekuler maupun rohani, baik besar maupun kecil, bahkan bangsa dan negara.[10]
1.      Kepemimpinan adalah kemampuan dan kehendak untuk mengerahka orang laki-Iaki dan perempuan untuk 'satu tujuan bersama, dan watak yang menimbulkan kepercayaan (Lord Montgomery)
2.      Seorang pemimpin adalah Qrang yang mengenal jalan, yang dapat terus maju dan yang dapat menarik orang lain mengikuti dia (Dr.John R.Mott)
3.      Seorang pemimpin adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk buat orang lain suka melakukan sesuatu yang tadinya mereka tidak suka melakukan ( PresidenTruman)

Tujuan Kepemimpinan
1.      Membawa umatnya ke tempat yang dikehendaki Allah.
2.      Menikmati Damai Sejahtera Allah dalam organisasi/lembaga yang dipimpinnya.
3.      Membawa umatnya kepada visi, misi, sasaran dan tujuan organisasi.

Tiga Gaya Kepemimpinan

Agar dapat menjalankan tugasnya, setiap pemimpin diberi wewenang atau kekuasaan. Dengan wewenang itu ia membimbing, mengarahkan menggerakkan mereka yang dipimpinnya menuju ke tujuan dan cita- cita bersama. Cara mempergunakan wewenang dapat berbeda satu dengan yang lain pemimpin - dan perbedaan ini menciptakan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda pula, yaitu gaya otokratis, gaya liberal dan gaya demokraktis .

1.      Gaya kepemimpinan otokratis :
Pemimpin ini, dalam usahanya membawa mereka yang dipimpinnya menuju ke tujuan dan cita-cita bersama, ia memegang kekuasaan secara mutlak. Ia bersikap sebagai penguasa dan yang dipimpin sebagai yang dikuasai. Gaya kepemimpinannya. acapkali dikatakan juga sebagai gaya pemimpin diktator. Gaya kepemimpinan ini hanya baik untuk situasi-situasi di mana keadaan betul-betul kritis atau untuk situasi yang kacau demi pulihnya ata kehidupan yang aman.
Biasanya gaya otokratis, ditandai dengan dua hal
a.       mengatakan segala sesuatu yang harus dikerjakan oleh mereka yang dipimpinnya;
b.      menjual gagasan dan cara kerja kepada kelompok orang yang dipimpinnya.

2.      Gaya Kepemimpinan Liberal
Pemimpin disini tidak merumuskan masalah serta cara pemecahannya. Dia membiarkan saja mereka yang dipimpinnya menemukan sendiri masalah yang berhubungan dengan kegiatan bersama dan mencoba mencari cara pemecahannya.
Gaya ini sangat bertolak belakang dengan gaya yang sebelumnya, otokratis. Dalam gaya Liberal in;, tugas pemimpin sekedar menjaga agar mereka yang dipimpinnya berbuat sesuatu - terserah mereka pa yang mau dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.
Gaya ini hanya baik untuk kelompok orang yang betul-betul telah dewasa dan betul-betul insyaf akan tujuan dan cita-cita bersama, sehingga mampu menghidupkan kegiatan bersama.
Gaya ini juga baik untuk kelompok orang yang berkumpul bukan untuk membicarakan hal-hal yang serius, melainkan untuk usan bersantai bersama, semacam malam keakraban, reuni atau session, yang tidak minta tanggung jawab besar.

3.      Gaya Kepemimpinan Demokratis
Gaya ini menciptakan suasana demokratis. Dalam gaya ini, pemimpin memperlakukan yang dipimpinnya sebagai sejajar. Batas pemimpin dan bawahan menjadi kabur. Menyajikan masalah serta cara pemecahannya kepada mereka yang dipimpinnya. Mengajak mereka yang dipimpinnya untuk merumuskan masalah dan cara pemecahannya.


III.  INTEGRITAS KEPEMIMPINAN KRISTEN

Ada tiga ciri integritas yang sangat penting, yaitu :[11]
a.         Ketulusan : Motivasi Yang Murni
b.        Konsistensi : Menjalani Kehidupan Sebagai Suatu Keseluruan
c.         Keandalan : Mencerminkan Kesetiaan Allah
Hal-hal lainnya yang menunjukkan ciri-ciri diatas terkait dengan integritas adalah :
-       Kekudusan
-       Kesalehan
-       Kesederhanaan
-       Apa adanya
-       Tulus ikhlas
-       Tidak licik
-       Bukan Penipu
-       Spontan
-       Jujur
-       Tidak Berpura-pura
-       Transparansi
-       Keterbukaan
-       Keterusterangan
-       Ketulusan hati
-       Konsisten dalam semua situasi dan kondisi
-       Konsisten dalam berkomunikasi
-       Konsisten dalam mengatur semua urusan
-       Setia kepada Allah
-       Akuntabilitas kepada Allah
-       Akuntabilitas kepada orang lain
-       Akuntabilitas teradap diri sendiri
-       Melayani orang lain
-       Kasih yang berkorban
-       Kepedulian seperti orang tua kepada anaknya
-       Tidak ada penipuan
-       Tidak ada penyimpangan
-       Merendahkan diri
-       Tidak meninggikan diri
-       Menggunakan otoritas
-       Membangun Komunitas
-       Menangani Kegagalan
-       Integritas Sebagai Cara idup
             
Kepemimpinan rohani memiliki dua dimensi, yaitu “Perintah Allah” sebagai dimensi Illahi dan “Tanggapan manusia atas pilihan dan perintah Allah” sebagai dimensi manusia. Sebagai pemimpin Kristen yang baik, haruslah memerhatikan segi “dimensi manusia” dengan menjaga “integritas” kehidupan, karena Allah selalu memilih manusia dengan “integritas” yang baik.[12]
Arti kata integritas adalah keadaan yang sempurna, di mana perkataan dan perbuatan menyatu dalam diri seseorang. Seseorang yang memiliki integritas tidak akan meniru orang lain, tidak berpura-pura, tidak ada yang disembunyikan, dan tidak ada yang perlu ditakuti. Kehidupan seorang pemimpin adalah seperti surat Kristus yang terbuka (2 Korintus 3:2).[13] Beberapa ciri integritas seorang pemimpin Kristen: pertama, hidup sesuai dengan apa yang diajarkan; kedua, melakukan sesuai dengan apa yang dikatakan; ketiga, jujur dengan orang lain; keempat, memberikan yang terbaik bagi kepentingan orang lain atau organisasi daripada diri sendiri; kelima, hidup secara transparan. Integritas sebagai karakter bukan dilahirkan, melainkan dikembangkan secara satu per satu dalam kehidupan kita, melalui kehidupan yang mau belajar dan keberanian untuk dibentuk oleh Roh Kudus. Itu sebabnya, seorang pemimpin terkenal berani berkesimpulan, bahwa karakter yang baik akan jauh lebih berharga dan dipuji manusia, dibandingkan dengan bakat atau karunia yang terhebat sekalipun. Kegagalan sebagai pemimpin bukan terletak pada strategi dan kemampuannya dalam memimpin, melainkan pada tidak adanya integritas pada diri pemimpin.
Integritas merupakan ciri utama seorang pemimpin, sebagaimana diungkapkan oleh Dwight D. Eisien Hower, "Kualitas utama pemimpin adalah integritas". Selain modal utama, integritas juga merupakan salah satu kunci keberhasilan seorang pemimpin.[14]
Integritas dapat disimpulkan sebagai keutuhan yang melibatkan seluruh aspek kehidupan yang dinyatakan dalam kesatuan antara perkataan dan perbuatan, di mana apa katakan oleh pemimpin itulah yang dilakukannya, sehingga ia dapat dipercaya, disegani dan dihormati oleh orang-orang yang dipimpinya. Integritas bagi seorang pemimpin merupakan alat yang sangat kuat untuk memimpin dan dapat meningkatkan kredibilitasnya di mata orang-orang yang dipimpinnya. Ciri-ciri integritas yang sangat penting menurut Jonatahan Lamb, yaitu: 1) Ketulusan: motivasi yang murni, 2) Konsistensi: menjalani kehidupan sebagai suatu keseluruan, dan 3) Keandalan: mencerminkan kesetiaan Allah.
Integritas tidak dapat dilepaskan dari spiritualitas seorang pemimpin. Ketika seorang pemimpin dekat dengan Tuhan, maka ia kecenderungannya memiliki integritas. Tetapi jika seorang pemimpin jauh dari Tuhan, maka kecenderungan hatinya dikuasai oleh kedagingan. Berkenaan dengan hal ini, Jerry Bridges menyatakan bahwa supaya kita kuat melawan godaan dan pencobaan sebagai seorang gembala (pemimpin), maka kita perlu minta Tuhan untuk membuat kita selalu dekat dengan Dia, untuk memberi kita hati yang mudah dibentuk. Jika kehidupan pikiran kita sudah mulai melenceng, atau jika kita mulai berdalih untuk membenarkan dosa, kita ingin Tuhan menegur dan membuat kita dekat pada-Nya. Karena jika kita tidak disiplin hidup dekat dengan Tuhan, maka hidup kita akan hancur seperti yang dikatakan oleh Bridges “Jika kita menyepelekan hal-hal kecil, hal-hal besar akan mengganyang kita—bahkan mungkin menghancurkan hidup kita yang sebenarnya bisa menjadi kesaksian sekaligus merusak hubungan kita dengan Tuhan.” [15]
Kepemimpinan Kristen adalah kepemimpinan yang terjadi atas panggilan dan pilihan Allah kepada setiap orang untuk tampil sebagai pemimpin. Kita dapat baca dalam Kitab Raja-Raja. Pemimpin Kristen terpanggil oleh Allah dengan Integritas Kepemimpinan yang Lengkap untuk Memimpin. Allah berdaulat menetapkan dan memilih setiap pemimpin Kristen pada pelayanan untuk memimpin. J. Robert Clinton yang mengatakan bahwa, “Pemimpin Kristen ialah seseorang yang dipanggil Allah sebagai pemimpin, yang ditandai dengan kapasitas memimpin, tanggung jawab pemberian Allah untuk memimpin suatu kelompok umat Allah (gereja), untuk mencapai tujuan-Nya bagi dan melalui kelompok ini”[16]
Maxwell menyatakan bahwa integritas penting karena pertama, integritas membina kepercayaan. Seorang pemimpin yang berintegritas akan mendapatkan kepercayaan dari para pengikutnya. Kedua, integritas punya nilai pengaruh tinggi. Bukan apa yang kita katakan berpengaruh terhadap orang lain, tetapi apa yang kita lakukan lebih berpengaruh kepada orang lain. Ketiga, integritas memudahkan standar tinggi. Seorang pemimpin yang berintegritas dapat memikul tanggung jawab lebih daripada para pengikutnya. Keempat, integritas menghasilkan reputasi yang kuat, bukan hanya citra. Citra dapat membuat kita memanipulasi diri kita supaya kelihatan baik, tetapi integritas menyatakan diri kita yang sesungguhnya. Kelima, integritas berarti menghayatinya sendiri sebelum memimpin orang lain. Seorang pemimpin yang berintegritas lebih mementingkan proses daripada hasil. Keenam, integritas membantu seorang pemimpin dipercaya, bukan hanya pintar. Pemimpin yang berhasil tidak harus memerlukan kecakapan dan kepintaran yang luar biasa tetapi mengharuskan integritas di dalam hidupnya. Terakhir, integritas adalah prestasi yang dicapai dengan susah payah. Integritas mencerminkan disiplin diri, keyakinan batin, dan keputusan untuk jujur sepenuhnya dalam segala situasi di dalam kehidupan kita. (Mengembangkan Kepemimpinan.., 41-49).
Integritas bukanlah sesuatu yang dapat dengan mudah dibangun. Integritas membutuhkan usaha sepanjang hidup. Tidak bisa dikatakan bahwa setiap orang memiliki integritas dan dengan sekejap saja setiap pribadi menjadi orang yang berintegritas. Kuncinya memiliki integritas adalah bagaimana seseorang memiliki hati yang jujur, tulus dan benar. Integritas adalah ciri khas orang yang dipanggil Allah untuk menjadi perpanjangan tangan Allah. Dalam terjemahan bahasa Indonesia, kata Integrity dalam Alkitab diterjemahkan sebagai Kejujuran. Artinya, menjaga diri dan waspada dari segala kebohongan dan kemunafikan. Dalam hal ini, seorang pemimpin harus menjaga dirinya sendiri dalam arti seorang pemimpin tidak mata duitan; hidup dalam pengorbanan (Kis. 20:33). Ia seorang yang selalu giat dan tekun dalam melaksanakan pelayanannya (Kis. 20:26). Kita tidak dapat mengukur kerohanian orang lain, tetapi dapat mengukur kerohanian dirinya sendiri. Poctafianus dalam bukunya Manajemen dan Kepemimpinan Menurut Wahyu Allah mengatakan: “Seorang pemimpin rohani harus menyadari keadaan rohaninya sendiri.”[17]
Dengan demikian setiaap orang dapat menolong orang lain dan dapat berbicara kepada orang lain dengan tidak berlebihan dan tidak merendahkan diri. Yang dimaksudkan adalah adanya kehidupan yang terbuka dengan orang lain. Terbuka bukan berarti kompromi. Sebab kompromi akan mengakibatkan terjadinya kegagalan dalam mencapai tujuan. Dengan demikian segala sesuatu dalam diri seorang pemimpin rohani diukur dari segi rohaninya sendiri. Ketika seorang pemimpin rohani gagal dalam hal kerohanian, maka akan lebih baik jika ia mengakui kegagalannya itu. “Pengakuan yang jujur menolong orang lain mengerti bahwa seorang pemimpin bukanlah seorang Superman.”[18]
Poctafianus juga menceritakan bagaimana dalam hidupnya sebagai seorang pelayan Tuhan pernah menyadari bahwa dirinya secara tidak langsung telah mencuri kemuliaan Allah. Saat dimana hidup pelayanannya tidak memiliki integritas yang benar dihadapan Allah. Kemudian disuatu malam Allah berbicara didalam dirinya dan menyuruhnya untuk mengakuinya dihadapan orang-orang Jerman dan Perancis pada suatu malam, bahwa ia telah melakukan kesalahan dihadapan Allah. Ia mengatakan bahwa ketika setelah dirinya mengakui kesalahan itu, Allah tidak membuat wibawanya hilang. Justru setelah pengakuannya yang jujur itu ia dapat berkotbah dengan urapan Allah.[19]
Kejujuran adalah satu hal terpenting yang benar-benar harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Akibat dari sikap kejujuran ini adalah adanya sebuah kepercayaan yang ditaruh oleh para pengikutnya sehingga kepemimpinan itu dapat terus berkembang dan menghasilkan generasi kepemimpinan baru yang sehat. Seorang pemimpin rohani dihormati karena wibawanya. Banyak orang Kristen menghormati seorang pemimpin rohaninya karena ia menganggap hal itu adalah penting. Bahkan ada banyak gereja yang sampai hari ini secara tidak langsung, sadar atau tidak disadari telah mengkultuskan seorang pemimpin rohani melebihi Allah mereka sendiri.
Hal ini cukup beralasan, karena hal demikian sudah menjadi hal yang lumrah. Akan tetapi perlu disadari juga bahwa hal ini adalah sebuah fenomena yang sebenarnya tidak alkitabiah. Kepemimpinan seorang manusia tidaklah untuk hal demikian, sebab esensi dari kepemimpinanitu sendiri adalah menjadikan orang-orang yang dipimpinnya menjadi serupa dengan Kristus. Kemungkinan atas dasar pengurapan Allah yang mengalir atas diri seorang pemimpin maka ada banyak orang Kristen mengagungkan seorang pemimpin melebihi esensi dari pengurapan itu sendiri. Sebab pengurapan itu sendiri merupakan akibat dari integritas yang dimiliki seorang pemimpin sehingga membuat wibawa seorang pemimpin muncul kepermukaan.
Integritas sangat memiliki peran yang sangat penting bagi seorang pemimpin. Sebab dengan integritas seorang pemimpin dihormati. Integritas akan membuat seorang pemimpin tetap berada pada posisi yang sebenarnya, segala sesuatu yang dikerjakan oleh seorang pemimpin yang di landasi integritas yang benar akan membuahkan hasil yang optimal. Dalam buku yang di tulisnya, Poctafianus mengatakan bahwa: “Kejujuran rohani menimbulkan kepemimpinan yang berwibawa didalam pengurapan Allah.”[20] Oleh sebab itu perlu di sadari bahwa integritas seorang pemimpin sangat perlu untuk terus dikembangkan, sehingga kepemimpinan yang sedang dikembangkan itu dapat berjalan dengan maksimal dan membawa tim yang di pimpinnya itu kepada sebuah tujuan yang telah diciptakan didalam program kerja yang telah di tentukan.
Integritas (integrity) berasal dari kataintegrare (Latin) yang berarti: to make whole atau kurang lebih punya arti: membuatnya utuh atau menyatu. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, Integritas diartikan sebagai keterpaduan, kebulatan, keutuhan, jujur dan dapat dipercaya. Ini berarti bahwa orang yang memiliki integritas adalah orang yang memiliki keutuhan yakni satunya kata dan tindakan, jujur dan dapat dipercaya. Dapat dikatakan juga, sebagai nilai moral, integritas adalah seseorang yang sama baik di dalam maupun diluarnya. Tidak berbeda antara yang diucapkan dan yang dikerjakannya. Tidak ada penyimpangan antara yang dikatakan dengan yang dilakukan. Hidup dan gaya hidupnya adalah seperti sebuah buku yang terbuka yang dapat dibaca oleh semua orang.[21]
Kepemimpinan adalah sebuah persoalan kompleks yang tidak dapat didefinisikan dalam satu kalimat pendek. [22] Bentuk kepemimpinan ini selalu berbeda dalam beragam situasi di mana setiap orang memperlihatkan kualitas-kualitas kepemimpinan yang berbeda. Kepemimpinan seseorang dipengaruhi dari banyak aspek baik dari aspek kepribadian individu, juga dari aspek luar dari orang-orang yang pernah menjadi pemimpin. Kepemimpinan itu mempengaruhi kontekstualisasi yang berfokus pada tantangan-tantangan kepemimpinan yang muncul.
Kepemimpinan membutuhkan banyak pengetahuan dan latihan  kedisiplinan.[23] Karakter yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin adalah adanya sifat yang berhubungan dengan intelegensia termasuk pengetahuan, ketegasan, dan kelancaran berbicara.[24]Pengetahuan dan kompetensi yang dibutuhkan untuk suatu pekerjaan tertentu merupakan suatu faktor penting dalam keefektifan seorang pemimpin.Wawasan yang luas juga menjadi faktor pendukung yang menonjol bagi seorang pemimpin. Kata wawasan (pandangan) diterjemahkan dari kata Ibrani yang arti dan pengertian sebenarnya adalah “menjadi hati-hati, bijaksana,” yaitu menjadi berhikmat dan bijaksana serta memiliki pengaruh kedepan.[25]
Kepemimpinan berarti cara memimpin, yang berasal dari kata dasar kata benda Pimpin yang berarti tuntunan, bimbingan, hasil memimpin dan kata kerja Memimpin yang berati mengepalai, mengetuai; memandu; memegang tangan seseorang untuk dibimbing dan ditunjukkan jalan; melatih, mendidik, mengajar agar dapat mengerjakan sendiri.[26]
Integritas ini dibutuhkan oleh siapa saja, tidak hanya pemimpin namun juga yang dipimpin. Integritas sebagai pemimpin dapat membawa yang dipimpin menjadi lebih baik. Pemimpin yang memiliki integritas hanya akan berpikir bahwa dirinya itu melayani siapa saja yang dipimpinnya, bukan sebaliknya. Sedangkan seorang pengikut yang memiliki integritas berpikir bahwa dirinya harus melayani pemimpin selama pemimpin itu benar sesuai nilai prinsip dan moral. Dengan begitu akan terjadi pelayanan dua arah dimana akan menunjang pembangunan yang berkelanjutan. Pemimpin yang melayani pengikut bisa menjadi adil. Hal ini membuat pengikutnya senang dan mengikuti apa yang diperintahkan karena mereka yakin bahwa pemimpin tersebut memiliki integritas dan lebih banyak benar.[27]
Integritas berhubungan dengan dedikasi atau pengerahan segala daya dan upaya untuk mencapai satu tujuan. Integritas ini yang menjaga seseorang supaya tidak keluar dari jalurnya dalam mencapai sesuatu. Seorang pemimpin yang berintegritas, tidak akan mudah korupsi atau memperkaya diri dengan menyalahgunakan wewenang. Seorang pengusaha yang berintegritas tidak akan menghalalkan segala cara supaya usahanya lancar dan mendapatkan keuntungan tinggi. Singkatnya, orang yang memiliki integritas tetap terjaga dari hal-hal yang mendistraksi dirinya dari tujuan mulia
Yakob Tomatala menambahkan sesuatu mengenai sebuah straregi dalam kepemimpinan, ia mengatakan bahwa: “Anda dapat menjadi pemimpin yang baik apabila anda mengerjakannya, yang dimulai dari diri sendiri.”[28] Mungkin kesalahan terbesar yang dilakukan orang ketika menentukan sebuah tujuan adalah mengkomitmenkan diri pada sebuah kegiatan yang sulit dilakukan didalam hidup dan gaya kerja yang ada sekarang. Rencana dan tindakan harus seirama dengan gaya hidup seorang pemimpin. Rencana pembelajaran yang mengandung langkah-langkah yang nyata dan praktis akan menghasilkan perbaikan yang sangat kuat.

Ciri-Ciri Pemimpin yang Berintegritas[29]
1.   Pemimpin yang memiliki ketulusan
Pemimpin yang tulus adalah pemimpin yang memiliki motivasi yang murni. Kemurnian dari motivasi pemimpin dapat ditunjukan melalui transparansi hidup, kerelaan hati dan keterusterangan.  Larry Keefauver mengatakan, bahwa “Pemimpin mempraktekkan apa yang pemimpin ucapkan, di balik pintu yang tertutup bersama orang lain, di tempat-tempat yang jauh dan dengan mereka yang paling karib dengan pemimpin. Pemimpin yang hidup transparan atau terbuka tidak memiliki sesuatu yang perlu disembunyikan atau ditakuti. Hidup mereka yang transparan bagai surat yang terbuka. Surat Paulus kepada jemaat Korintus, mengatakan “Kamu adalah surat pujian kami yang ditulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang (2 Korintus 3:3).” Paulus menegaskan bahwa kehidupan orang-orang percaya seharusnya dapat dilihat dan dikenali oleh orang-orang lain sebagai pengikut Kristus, demikian juga pemimpin dapat dikenali dengan baik oleh orang-orang yang dipimpinnya. 
Pemimpin yang berintegritas selalu memiliki kerelaan hati. Kerelaan hati yang diperlihatkan oleh pemimpin dapat dilihat ketika ia memberikan yang terbaik kepada organisasinya maupun orang-orang yang dipimpinnya. Pemberian yang terbaik dapat berupa waktunya, perhatiannya, tenaganya dan pikirannya untuk memajukan organisasi yang dipimpinnya tanpa menuntut imbalan yang harus ia terima. Pemimpin yang tulus akan senantiasa hidup dalam kejujuran. Kejujuran menyatakan satu kata satu perbuatan. Jonatahan Lamb mengatakan, “Pemimpin dengan integritas adalah seorang yang mempunyai kepribadian utuh dalam kata dan perbuatan.  Sebagaimana perilakunya di depan umum, begitulah kenyataan kehidupannya.  Sebagai seorang pemimpin, ia selalu melakukan apa yang dikatakannya dan mengatakan apa yang dilakukannya. Kejujuran dalam sikap adalah bagian yang sangat penting dari kehidupan seorang pemimpin. Matius 5:37, mengatakan “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” 

2.   Pemimpin yang memiliki konsistensi
Integritas yang baik dalam diri pemimpin diwakili oleh tingkah laku yang baik.  Tingkah laku pemimpin dapat diukur dari apa yang dipikirkan, dikatakan, dan dilakukan pada saat benar-benar sendirian.  John C. Maxwell mengatakan delapan puluh persen dari apa yang dipelajari orang datang melalui stimulasi visual, sepuluh persen melalui stimulasi pendengaran, dan satu persen melalui indera lainnya. Merupakan hal yang masuk akal bahwa semakin banyak pengikut melihat dan mendengar pemimpinnya konsisten dalam tindakan dan perkataan, akan semakin besar pula konsistensi dan loyalitas mereka.  Apa yang mereka dengar, mereka pahami.  Apa yang mereka liat, mereka percayai. Terlalu sering pemimpin berusaha memotivasi pengikutnya dengan sarana yang cepat mati dan dangkal, yang diperlukan orang bukanlah motto untuk dikatakan, melainkan teladan untuk dilihat.
Pemimpin yang memiliki konsistensi dapat dinyatakan melalui komunikasi. Komunikasi yang dibangun adalah komunikasi yang dilakukan secara dua arah, di mana pemimpin tidak hanya  memikirkan dan menghendaki keinginan dan kemauannya yang didengar dan diterima oleh orang lain, tetapi ia juga harus bisa menerima keinginan dan kemauan dari orang lain. Kamunikasi dua arah menghindarkan pemimpin dari rasa superior dan dapat menjadi bahan evaluasi diri dalam mengembangkan kelebihan dan meminimalisasikan kekurangan-kekurangan yang ada. Komunikasi bukanlah sebagai sarana untuk memanipulisa orang lain untuk mendapatkan keuntungan diri sendiri, tetapi komunikasi dapat dijadikan sebagai sarana oleh pemimpin untuk membangun, menguatkan, dan membawa orang yang diajak berkomunikasi untuk menemukan keadaan dirinya sehingga pada akhirnya mereka mau berkomitmen.
Pemimpin yang memiliki konsitensi dapat dilihat dari tanggung jawab dalam mengatur semua hal yang dipercayakan kepadanya. Pemimpin diperhadapkan kepada kegiatan-kegiatan rutin yang harus dikerjakan, seperti: memimpin rapat, menata administrasi, menerima telpon, menata organisasi, dan mengatasi berbagai konflik yang terjadi sehingga tidak ada waktu lagi buat diri dan keluarga.  Semua itu membutuhkan kerja keras sebagai bentuk tanggung jawab pemimpin. Pemimpin harus sadar bahwa apa yang dipercayakan kepadanya adalah kepercayaan yang harus dikerjakan dengan sebaik-baiknya. 

3.   Pemimpin yang pemiliki keandalan
Keandalan seorang pemimpin mencerminkan kesetiaan Allah.  Keandalan dapat ditemukan lewat kekudusan, kesetiaan, dan pengetahuan akan firman Allah dari kehidupan pemimpin.  Kekudusan berbicara tentang kerakter Allah, di mana Allah itu kudus dan Ia terpisah dari dosa.  Pemimpin harus hidup dalam kekudusan dengan demikian ia hidup dalam karakter Allah yang akan mendatangkan reputasi yang baik. Reputasi yang baik membuat pemimpin dapat diandalkan, demikian sebaliknya. Area yang sering kali menjadi tempat kejatuhan para pemimpin, yaitu: kedudukan, harta, dan seks. Selain kekudusan, pemimpin yang dapat diandalkan adalah pemimpin yang memiliki kesetiaan. Kesetiaan yang dimaksud adalah pemimpin memiliki loyalitas dan komitmen kepada Tuhan, organisasi, dan orang-orang yang dipimpin. Loyalitas dan komitmen pemimpin akan teruji melalui setiap tantangan dan hambatan dalam kepemimpinannya. 
Keandalan yang terakhir dari pemimpin adalah pengetahuan akan firman Tuhan. Pemimpin harus memiliki pengetahuan yang benar dan lengkap akan firman Tuhan.  Bagi pemimpin Kristen, Alkitab adalah sumber utama dalam pengambilan keputusan. Itu yang terutama karena Roh Kudus, nasihat, dan hati nurani tidak bertentangan dengan Alkitab. Pemimpin perlu mendisiplinkan diri dalam mempelajari firman Tuhan.  Kedisiplinan itu dapat dilakukan melalui renungan pada saat teduh setiap pagi, studi Akitab, mengikuti seminar-seminar yang membahas tentang penyelidikan Alkitab, membaca buku-buku rohani yang menambah pengetahuan akan firman Tuhan.  Usaha-usaha ini akan menjadikan pemimpin sebagai pemimpin yang bijaksana dan penuh hikmat dalam mempimpin dan dalam pengambilan keputusan. 
Kekristenan sesungguhnya dituntut lebih dalam hal ini. Apalagi seorang pemimpin Kristen atau seorang hamba Tuhan dituntut untuk memiliki integritas karena dunia mennuntut dan menilai kita dalam hal integritas. Itulah sebabnya kalau ada seorang pemimpin Kristen atau seorang hamba Tuhan jatuh dan gagal dalam integritas maka hal ini jelas akan menjadi sorotan. Tentunya bukan mereka yang disoroti tetapi kita sebagai orang percaya juga dituntut hal yang sama baik oleh dunia dan terutama oleh Tuhan. [30]

IV. KESIMPULAN

Krisis integritas dewasa ini menjadi masalah besar dalam dinamika kehidupan manusia. Sangat sulit mencari orang yang saleh, benar, jujur, setia, tulus hati dan bertanggung jawab. Demikian juga sangat sulit mencari orang yang benar-benar punya komitmen terhadap nilai-nilai ideal-universal. Hal ini semakin menjadi-jadi, jika orang yang hendak dicari adalah pemimpin yang punya integritas dan komitmen. Ditengah sulitnya mencari orang yang berintegritas sekaligus berkomitmen, bukan berarti dua hal tersebut tidak dibutuhkan lagi. Justru muncul semacam paradoks, semakin sulit untuk dicari namun integritas dan komitmen semakin dibutuhkan.  
Kepemimpinan merupakan masalah yang mempunyai banyak segi di mana hal ini dapat dipandangan dari berbagai sudut pandang, baik dari segi cara pangangkatan, keresmian kedudukannya, kemmapuannya, dan gaya pelaksanaan kepemimpinannya.[31] Dalam kehidupan ini, ada beberapa kepemimpinan yang dipegang oleh seseorang, ada yang dengan kebetulan karena kepemimpinan diturunkan seperti zaman kepemimpinan para raja. Ada juga karena memiliki pangkat yang tinggi sehingga dipercayakan untuk menduduki satu pesisi pemimpin, serta ada juga ada beberapa kepemimpinan lain. 
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses perubahan karakter atau tranformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the inside out ).[32]






[1]Poctavianus, Manajemen dan Kepemimpinan Menurut Wahyu Allah,  (Malang: Gandum Mas, 1994), 55.
[2]George Barna, Leader on Leadership, (Malang: Gandum Mas, 2002), 22-23.
[3]Russell C. Swansburg, Laurel C. Swanburg, Pembangunan Staf Keperawatan (Jakarta: Gramedia), 317.
[4]Charles R. Swindoll, Kepemimpinan Kristen Yang berhasil, (Surabaya: Yakin),  42
[5]Poctavianus, Manajemen dan Kepemimpinan, 64.
[6]Joyce Meyer, Pemimpin Yang Sedang Dibentuk, (Jakarta: Immanuel, 2007), 128.
[7] Yosafat Bangun, Integritas Pemimpin Pastoral (Yogyakarta: Andi, 2010)128.
[8] Ibid, 130
[9] Jonathan Lamb, Integritas.Perkantas.2008.Hlm.31-32
[11]  Jonatahan Lamb, Integritas.(Jakarta : Perkantas – Divisi Literatur),2008.hlm.37-45.
[12] Bambang Yudho, How to Become A Christian Leader, (Yayasan Andi),2006,hlm.19.
[13]http://www.danielronda.com/index.php/kepemimpinan/56-mengembangkan-karakter-pemimpin-kristen.html
[14]http://www.danielronda.com/index.php/kepemimpinan/56-mengembangkan-karakter-pemimpin-kristen.html
[17]Poctavianus, Manajemen Dan Kepemimpinan, 75.
[18]Ibid., 76.
[19]Ibid., 77.
[20]Ibid., 77.
[22] Eddie Gibbs, Kepemimpinan Gereja Masa Mendatang: Membentuk Dan Memperbarui Kepemimpinan Yang Mampu Bertahan Dalam Zaman Yang Berubag, (Jakarta: BPK Gunung  Mulia, 2012) 16.
[23]Russell C. Swansburg dan Laurel C. Swanburg, Pembangunan Staf Keperawatan (Jakarta: Gramedia), 316.
[24]Ibid., 317.
[25]Charles R. Swindoll, Kepemimpinan Kristen Yang berhasil (Surabaya: Yakin),190.
[26] Ernie Tisnawati Sule & Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen (Jakarta : Prenada Media, 2005), 255.
[27] http//ridwanaz.com/umum/pengembangan-diri/pengertian-integritas-dan korelasinya dengan pemimpin
[28]Yakob Tomatala, Pemimpin yang Handal (Jakarta: Institut Filsafat Teologi dan Kepemimpinan Jaffray), 31.
[31] A.M. Mangunhardjana, Kepemimpinan, (Yogyakarta: Kanisius, 1976) 13.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar