I. PENDAHULUAN
Integritas adalah
modal utama seorang pemimpin, namun sekaligus modal yang paling jarang dimiliki
oleh pemimpin. Integritas ialah keadaan dimana sesuatu sama dan lengkap dalam
suatu kesatuan. Artinya : “Kata-kata saya sesuai dengan perbuatan saya,
kapanpun dan dimanapun saya berada”. Orang yang berintegritas ialah orang yang
punya prinsip, orang yang memiliki kepribadian yang teguh dan mempertahankannya
dengan konsisten. Integritas berbeda dengan image. Image adalah apa yang orang
pikir tentang siapa dirinya sendiri. Image adalah persepsi orang terhadap pribadi
orang lain.
Integritas adalah siapa pribadi seseorang sesungguhnya.
Alasan-alasan mengapa
integritas begitu penting :
(1)
Integritas
membina kepercayaan (trust) –
seseorang yang memiliki integritas dan mempertahankannya akan mendapat
kepercayaan yang besar dari orang lain.
(2)
Integritas
punya pengaruh yang sangat tinggi bagi para pengikut – pemimpin yang
berintegritas sangat dikagumi dan diteladani oleh pengikutnya.
(3)
Integritas
memiliki standar yang tinggi – pemimpin yang berintegritas harus hidup dengan
standar yang lebih tinggi daripada pengikutnya.
(4)
Integritas
menghasilkan reputasi yang kuat, bukan hanya citra – citra adalah apa yang
dipikirkan orang tentang kita, tetapi integritas adalah diri kita sesungguhnya.
(5)
Integritas
berarti menghayati sendiri sebelum memimpin orang lain – sebelum kita
mengajarkan atau mengajak orang lain untuk melakukan sesuatu kita harus
terlebih dulu hidup di dalamnya.
(6)
Integritas
adalah prestasi yang dicapai dengan susah payah – integritas adalah hasil dari
disiplin pribadi, kepercayaan batin, keputusan yang konsisten dan komitmen yang
kuat sepanjang hidup.
Integritas merupakan suatu kata
yang tidak asing lagi di dalam kehidupan orang-orang pada masa kini. Tetapi
banyak pemimpin yang jatuh didalam kepemimpinannya karena kurang memperhatikan
integritasnya sebagai
pemimpin. Integritas itu sudah dianggap tidak penting lagi dalam kehidupan
setiap orang. John Maxwell di dalam buku “Menjadi Orang Yang Berpengaruh”
mengatakan “Tampaknya banyak orang memandang integritas sebagai ide yang sudah
ketinggalan zaman, sesuatu yang boleh dibuang atau tidak lagi berlaku di dunia
yang berpacu cepat ini”.
Integritas
memang bukan suatu yang mudah untuk dimiliki seseorang. Dalam kamus bahasa
Indonesia mengartikan integritas itu sebagai suatu keutuhan, kejujuran,
penyatuan supaya menjadi suatu kebulatan atau menjadi utuh. Integritas memiliki
pengertian yang mendalam untuk setiap pemimpin. integritas yang tinggi menuntut
para pemimpin untuk bersifat terbuka dan jujur.
Jika integritas seorang pemimpin
tidak kuat, maka kala badai tekanan datang, runtuhlah kepemimpinan yang sudah
dibangun. Tetapi jika seorang pemimpin memiliki integritas, maka sekuat apa pun
badai tekanan datang, ia tetap menjadi seorang pemimpin yang dapat diandalkan. Seorang
pemimpin harus mempunyai kemampuan menangani kerumitan dari setiap permasalahan
yang ada berdasarkan integritas. Integritas terlihat katika ada tantangan yang
melanggar kode etik dan cara menyelesaikan kerumitan persoalan yang sedang
dihadapi. Melalui pengamatan dari penulis, integritas ini sangat penting
sehingga dalam paper ini penulis ingin memaparkan apa itu kepemimpinan, dan
bagaimana integritas kepemimpinan Kristen.
II. DEFINISI KEPEMIMPINAN
Pemimpin
ialah seorang yang mengetahui tujuannya dengan jelas (dan mempunyai keyakinan
pribadi tentang tujuan itu), serta mampu mempengaruhi, menggerakkan dan
mengarahkan orang-orang lain untuk mencapai tujuan tersebut secara efektif.[1]
George Barna dalam bukunya Leaders on
Leadership mengutip penjelasanWarren Bennis dan Burt Nanus bahwa,
“Kepemimpinan adalah melakukan segala sesuatu dengan benar.” Sedangkan J.
Oswald Sanders berpendapat bahwa, “Kepemimpinan adalah pengaruh.”Garry Wills
mengatakan, “kepemimpinan adalah mengarahkan orang lain menuju tujuan yang
diperjuangkan bersama oleh pemimpin dan pengikut-pengikutnya.”[2]
Stogdill mendefinisikan kepemimpinan
sebagai “proses mempengaruhi aktivitas suatu kelompok yang terorganisasi dalam
usahanya untuk mencapai penetapan tujuan dan pencapaian tujuan.[3]
Dalam
bukunya yang berjudul “Kepemimpinan Kristen yang Berhasil,” Charles R.
Swindoll mengemukakan bahwa: “Kepemimpinan yang sejati ditandai dengan adanya
kerajinan dan ketekunan ditengah-tengah tugas yang di percayakan kepadanya.”[4] Poctafianus
mengatakan bahwa: “Pemimpin Kristen yang
baik adalah pemimpin yang dapat memperkaya kepribadian orang yang dipimpinnya.”[5] Tuhan telah
menyediakan bagi kita pemimpin-pemimpin tahun demi tahun untuk berusaha
membimbing umat-Nya maju secara rohani. Joyce Meyer mengatakan dalam bukunya
yang berjudul Pemimpin yang Sedang
Dibentuk bahwa: “Kunci kebahagiaan dan kepuasan bukan dengan mengubah
situasi dan kondisi kita, tetapi dengan mempercayakan Allah untuk mengerjakan
rencana-Nya yang baik dalam hidup kita sampai kita melihat hasilnya.”[6] Kepemimpinan
secara rohani adalah kepemimpinan yang bertumbuh dalam urapan Roh Kudus
(menangani kehidupan orang Kristen secara rohani). Pada dasarnya kita
dilahirkan untuk menjadi seorang pemimpin, baik memimpin orang-orang yang Allah
percayakan untuk dipimpin,juga menjadi seorang yang cakap memimpin diri
sendiri.
Banyak para pakar kepemimpinan sekuler memberikan definisi yang berbeda
tentang kepemimpinan, beberapa diantaranya adalah:[7]
1.
Kepemimpinan adalah perilaku individu yang mengarahkan
aktivitas kelompok untuk mencapai sasaran bersama.
2.
Kepemimpinan adalah pengaruh tambahan yang melebihi dan
berada di atas kebutuhan mekanis dalam mengarahkan organisasi secara rutin.
3.
Kepemimpinan adalah proses memengaruhi aktivitas kelompok
yang terorganisir untuk mencapai sasaran.
4.
Kepemimpinan adalah proses memberi tujuan ke usaha
kolektif yang menyebabkan adanya usaha yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan.
5.
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk membuat orang
memahami manfaat bekerja sama dengan orang lain sehingga dimengerti dan mau
melakukan.
6.
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk memengaruhi individu,
memotivasi, membuat orang lain mampu memberi kontribusinya demi efektivitas dan
keberhasilan organisasi.
7.
Kepemimpinan merupakan proses timbal-balik antara yang
memimpin dengan yang dipimpin.
Melalui definisi di atas dapat dilihat bahwa kepemimpinan dilihat dari
sekuler merupakan hanya sebatas pencapaian visi, misi, sukses, keuntungan dan
target. Sedangkan pemimpin Kristen memberikan definisi tentang kepemimpinan itu
lebih pada transformasi kehidupan orang-orang yang dipimpin ke arah keserupaan
dengan gambar Khaliknya di mana manusia dibawa untuk mengerjakan visi dan misi
Tuhan bagi dunia ini apapun bidang kehidupannya dan pekerjaannya. [8]
Prinsip-Prinsip Kepemimpinan Kristen
Seorang
pemimpin seharusnya menjalani kehidupan yang patut di contoh, baik bagi
orang Kristen maupun non-Kristen. Seorang pemimpin harus bersih
dalam hal moral, menjaga kebenaran menurut standar Allah. Seorang pemimpin harus
hidup dengan penuh iman, menunjukkan harapan dan mewujudkan kasih sejati yang alkitabiah dalam setiap
hubungan. Seorang
pemimpin harus menjalani kehidupan yang tertib, sehingga injil menjadi menarik
bagi orang-orang yang belum percaya. Seorang pemimpin harus dapat
mengontrol dan menguasai dirinya dalam segala keadaan.
Kepemimpinan
adalah pengaruh. Setiap pemimpin pasti memiliki dua karakteristik ini: ia sedang menuju
suatu tempat dan ia mampu membujuk orang lain untuk pergi bersamanya. Pengaruh harus diukur untuk menentukan
kualitasnya. Apakah pemimpin tersebut memiliki pengikut karena posisinya, artinya pemimpin menggunakan kekuatan
dari jabatan yang di sandangnya, atau pemimpin banyak diikuti karana
keberadaannya. Artinya bahwa pemimpin melebihi organisasi itu dan
telah mengembangkan orang orang yang mengikutinya itu dengan sekala kelas
dunia.
Kualitas
dari seorang pemimpin diukur dari kualitas yang dimiliki para pengikutnya. Sebab
kualitas seorang pengikut mencerminkan kualitas pemimpinnya pula. Pada
dasarnya setiap hari setiap orang dapat menjumpai adanya praktek-praktek kepemimpinan
dimanapun setiap orang itu berada. Baik didalam organisasi
dimana setiap orang dapat menjadi bagian didalamnya,
di dalam pemerintahan suatu negara, bahkan dilingkungan
masyarakat dimana tinggal, praktek-praktek kepemimpinan
selalu menjadi bagian dari sebuah metode dimana pencapaian sebuah tujuan dapat
diraih didalamnya. Permasalahannya adalah bagaimana seorang pemimpin mampu
memberikan dampak atau pengaruh bagi kepemimpinannya. Melalui
pengaruh-pengaruh itu akan dapat dilihat kualitas serta keberhasilan yang di
capai dalam kepemimpinan tersebut.
Para pemimpin dalam beberapa organisasi tidak
mengenali pentingnya menciptakan suatu keadaan yang menghasilkan pengembangan
calon-calon pemimpin. Hanya pemimpinlah yang dapat mengendalikan lingkungan
organisasi mereka. Mereka dapat menjadi pemicu perubahan yang menciptakan suatu
keadaan yang mengasilkan pertumbuhan.
Ada 4
(empat) hal utama yang perlu dibangun sebagai jalan panjang persiapan pemimpin
Kristen untuk meneladani karakter dan integritas Kristus menjadi pemimpin yang
berintegritas, yaitu : [9]
(1)
Kristus
sebagai model - Ketuhanan Kristus, yaitu menjadikan Yesus sebagai Tuhan dalam
setiap keputusan kehidupan
(2)
Injil
sebagai dasar – keyakinan akan Injil sebagai dasar dari kehidupan menuntut
untuk memahami firman Tuhan sebagai dasar dalam setiap keputusan yang akan
diambil. Injil bukan hanya mengubah diri tetapi juga akan menjadi daya pengaruh
terhadap orang di sekitar.
(3)
Tubuh Kristus sebagai tujuan panggilan – akan
mengubah seluruh prioritas dan strategi hidup. Sasaran dan perencanaan
kepemimpinan tidak lagi berorientasi kepada diri sendiri saja tetapi kepada
amanat yang Tuhan percayakan.
(4)
Kehidupan
yang terus-menerus menyerupai Kristus – hidup dengan gaya hidup yang menyerupai
Kristus adalah pengejawantahan dari kepemimpinan yang berpusatkan Kristus.
Dari
beberapa karakteristik utama seorang pemimpin : karakter, kepedulian,
komunikasi, kompetensi, komitmen dan keberanian (character, caring,
communication, competence, commitment dan courage), karakter atau integritas
adalah yang paling utama. Integritas yang sejati haruslah beralaskan kehidupan
kerohanian yang sehat.
Peran pemimpin sangat besar dalam
menentukan maju mundurnya suatu lembaga atau organisasi, baik sekuler maupun
rohani, baik besar maupun kecil, bahkan bangsa dan negara.[10]
1. Kepemimpinan
adalah kemampuan dan kehendak untuk mengerahka orang laki-Iaki dan perempuan
untuk 'satu tujuan bersama, dan watak yang menimbulkan kepercayaan (Lord
Montgomery)
2. Seorang
pemimpin adalah Qrang yang mengenal jalan, yang dapat terus maju dan yang dapat
menarik orang lain mengikuti dia (Dr.John R.Mott)
3. Seorang
pemimpin adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk buat orang lain suka
melakukan sesuatu yang tadinya mereka tidak suka melakukan ( PresidenTruman)
Tujuan Kepemimpinan
1. Membawa
umatnya ke tempat yang dikehendaki Allah.
2. Menikmati
Damai Sejahtera Allah dalam organisasi/lembaga yang dipimpinnya.
3. Membawa
umatnya kepada visi, misi, sasaran dan tujuan organisasi.
Tiga Gaya Kepemimpinan
Agar dapat menjalankan tugasnya, setiap
pemimpin diberi wewenang atau kekuasaan. Dengan wewenang itu ia membimbing,
mengarahkan menggerakkan mereka yang dipimpinnya menuju ke tujuan dan cita-
cita bersama. Cara mempergunakan wewenang dapat berbeda satu dengan yang lain
pemimpin - dan perbedaan ini menciptakan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda
pula, yaitu gaya otokratis, gaya liberal dan gaya demokraktis .
1. Gaya
kepemimpinan otokratis :
Pemimpin ini, dalam usahanya membawa
mereka yang dipimpinnya menuju ke tujuan dan cita-cita bersama, ia memegang
kekuasaan secara mutlak. Ia bersikap sebagai penguasa dan yang dipimpin sebagai
yang dikuasai. Gaya kepemimpinannya. acapkali dikatakan juga sebagai gaya
pemimpin diktator. Gaya kepemimpinan ini hanya baik untuk situasi-situasi di
mana keadaan betul-betul kritis atau untuk situasi yang kacau demi pulihnya ata
kehidupan yang aman.
Biasanya gaya otokratis, ditandai dengan dua hal
Biasanya gaya otokratis, ditandai dengan dua hal
a. mengatakan
segala sesuatu yang harus dikerjakan oleh mereka yang dipimpinnya;
b. menjual
gagasan dan cara kerja kepada kelompok orang yang dipimpinnya.
2. Gaya
Kepemimpinan Liberal
Pemimpin disini tidak merumuskan masalah
serta cara pemecahannya. Dia membiarkan saja mereka yang dipimpinnya menemukan
sendiri masalah yang berhubungan dengan kegiatan bersama dan mencoba mencari
cara pemecahannya.
Gaya ini sangat bertolak belakang dengan
gaya yang sebelumnya, otokratis. Dalam gaya Liberal in;, tugas pemimpin sekedar
menjaga agar mereka yang dipimpinnya berbuat sesuatu - terserah mereka pa yang
mau dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.
Gaya ini hanya baik untuk kelompok orang
yang betul-betul telah dewasa dan betul-betul insyaf akan tujuan dan cita-cita
bersama, sehingga mampu menghidupkan kegiatan bersama.
Gaya ini juga baik untuk kelompok orang yang berkumpul bukan untuk membicarakan hal-hal yang serius, melainkan untuk usan bersantai bersama, semacam malam keakraban, reuni atau session, yang tidak minta tanggung jawab besar.
Gaya ini juga baik untuk kelompok orang yang berkumpul bukan untuk membicarakan hal-hal yang serius, melainkan untuk usan bersantai bersama, semacam malam keakraban, reuni atau session, yang tidak minta tanggung jawab besar.
3. Gaya
Kepemimpinan Demokratis
Gaya ini menciptakan suasana demokratis.
Dalam gaya ini, pemimpin memperlakukan yang dipimpinnya sebagai sejajar. Batas
pemimpin dan bawahan menjadi kabur. Menyajikan masalah serta cara pemecahannya
kepada mereka yang dipimpinnya. Mengajak mereka yang dipimpinnya untuk
merumuskan masalah dan cara pemecahannya.
III. INTEGRITAS
KEPEMIMPINAN KRISTEN
Ada tiga ciri integritas yang sangat penting, yaitu
:[11]
a.
Ketulusan : Motivasi Yang Murni
b.
Konsistensi : Menjalani Kehidupan
Sebagai Suatu Keseluruan
c.
Keandalan : Mencerminkan Kesetiaan Allah
Hal-hal
lainnya yang menunjukkan ciri-ciri diatas terkait dengan integritas adalah :
-
Kekudusan
-
Kesalehan
-
Kesederhanaan
-
Apa adanya
-
Tulus ikhlas
-
Tidak licik
-
Bukan Penipu
-
Spontan
-
Jujur
-
Tidak Berpura-pura
-
Transparansi
-
Keterbukaan
-
Keterusterangan
-
Ketulusan hati
-
Konsisten dalam semua situasi dan
kondisi
-
Konsisten dalam berkomunikasi
-
Konsisten dalam mengatur semua urusan
-
Setia kepada Allah
-
Akuntabilitas kepada Allah
-
Akuntabilitas kepada orang lain
-
Akuntabilitas teradap diri sendiri
-
Melayani orang lain
-
Kasih yang berkorban
-
Kepedulian seperti orang tua kepada
anaknya
-
Tidak ada penipuan
-
Tidak ada penyimpangan
-
Merendahkan diri
-
Tidak meninggikan diri
-
Menggunakan otoritas
-
Membangun Komunitas
-
Menangani Kegagalan
-
Integritas Sebagai Cara idup
Kepemimpinan
rohani memiliki dua dimensi, yaitu “Perintah Allah” sebagai dimensi Illahi dan
“Tanggapan manusia atas pilihan dan perintah Allah” sebagai dimensi manusia.
Sebagai pemimpin Kristen yang baik, haruslah memerhatikan segi “dimensi
manusia” dengan menjaga “integritas” kehidupan, karena Allah selalu memilih
manusia dengan “integritas” yang baik.[12]
Arti kata
integritas adalah keadaan yang sempurna, di mana perkataan dan perbuatan menyatu
dalam diri seseorang. Seseorang yang memiliki integritas tidak akan
meniru orang lain, tidak berpura-pura, tidak ada yang disembunyikan,
dan tidak ada yang perlu ditakuti. Kehidupan seorang pemimpin
adalah seperti surat Kristus yang terbuka (2 Korintus 3:2).[13] Beberapa ciri
integritas seorang pemimpin Kristen: pertama, hidup sesuai dengan apa yang
diajarkan; kedua, melakukan sesuai dengan apa yang dikatakan;
ketiga, jujur dengan orang lain; keempat, memberikan yang terbaik bagi
kepentingan orang lain atau organisasi daripada diri sendiri; kelima, hidup
secara transparan. Integritas
sebagai karakter bukan dilahirkan, melainkan dikembangkan secara satu per satu
dalam kehidupan kita, melalui kehidupan yang mau belajar dan keberanian
untuk dibentuk oleh Roh Kudus. Itu sebabnya, seorang pemimpin
terkenal berani berkesimpulan, bahwa karakter yang baik akan jauh lebih
berharga dan dipuji manusia, dibandingkan dengan bakat atau karunia
yang terhebat sekalipun. Kegagalan sebagai pemimpin bukan terletak pada
strategi dan kemampuannya dalam memimpin, melainkan pada tidak
adanya integritas pada diri pemimpin.
Integritas merupakan ciri utama seorang
pemimpin, sebagaimana diungkapkan
oleh Dwight D. Eisien Hower, "Kualitas utama pemimpin adalah
integritas". Selain modal utama, integritas juga merupakan salah satu kunci
keberhasilan seorang pemimpin.[14]
Integritas
dapat disimpulkan sebagai keutuhan yang melibatkan seluruh aspek kehidupan yang
dinyatakan dalam kesatuan antara perkataan dan perbuatan, di mana apa katakan
oleh pemimpin itulah yang dilakukannya, sehingga ia dapat dipercaya, disegani
dan dihormati oleh orang-orang yang dipimpinya. Integritas bagi seorang
pemimpin merupakan alat yang sangat kuat untuk memimpin dan dapat meningkatkan
kredibilitasnya di mata orang-orang yang dipimpinnya. Ciri-ciri integritas yang
sangat penting menurut Jonatahan Lamb, yaitu: 1) Ketulusan: motivasi yang
murni, 2) Konsistensi: menjalani kehidupan sebagai suatu keseluruan, dan 3)
Keandalan: mencerminkan kesetiaan Allah.
Integritas
tidak dapat dilepaskan dari spiritualitas seorang pemimpin. Ketika seorang
pemimpin dekat dengan Tuhan, maka ia kecenderungannya memiliki integritas.
Tetapi jika seorang pemimpin jauh dari Tuhan, maka kecenderungan hatinya
dikuasai oleh kedagingan. Berkenaan dengan hal ini, Jerry Bridges menyatakan
bahwa supaya kita kuat melawan godaan dan pencobaan sebagai seorang gembala
(pemimpin), maka kita perlu minta Tuhan untuk membuat kita selalu dekat dengan
Dia, untuk memberi kita hati yang mudah dibentuk. Jika kehidupan pikiran kita
sudah mulai melenceng, atau jika kita mulai berdalih untuk membenarkan dosa,
kita ingin Tuhan menegur dan membuat kita dekat pada-Nya. Karena jika kita tidak
disiplin hidup dekat dengan Tuhan, maka hidup kita akan hancur seperti yang
dikatakan oleh Bridges “Jika kita menyepelekan hal-hal kecil, hal-hal besar
akan mengganyang kita—bahkan mungkin menghancurkan hidup kita yang sebenarnya
bisa menjadi kesaksian sekaligus merusak hubungan kita dengan Tuhan.” [15]
Kepemimpinan Kristen adalah
kepemimpinan yang terjadi atas panggilan dan pilihan Allah kepada setiap orang
untuk tampil sebagai pemimpin. Kita dapat baca dalam Kitab Raja-Raja. Pemimpin
Kristen terpanggil oleh Allah dengan Integritas Kepemimpinan yang Lengkap untuk
Memimpin. Allah berdaulat menetapkan dan memilih setiap pemimpin Kristen pada
pelayanan untuk memimpin. J.
Robert Clinton yang mengatakan bahwa, “Pemimpin Kristen ialah seseorang yang
dipanggil Allah sebagai pemimpin, yang ditandai dengan kapasitas memimpin,
tanggung jawab pemberian Allah untuk memimpin suatu kelompok umat Allah
(gereja), untuk mencapai tujuan-Nya bagi dan melalui kelompok ini”[16]
Maxwell menyatakan bahwa integritas
penting karena pertama, integritas
membina kepercayaan. Seorang pemimpin yang berintegritas akan mendapatkan
kepercayaan dari para pengikutnya. Kedua,
integritas punya nilai pengaruh tinggi. Bukan apa yang kita katakan berpengaruh
terhadap orang lain, tetapi apa yang kita lakukan lebih berpengaruh kepada
orang lain. Ketiga, integritas
memudahkan standar tinggi. Seorang pemimpin yang berintegritas dapat memikul
tanggung jawab lebih daripada para pengikutnya. Keempat, integritas menghasilkan reputasi yang kuat, bukan hanya
citra. Citra dapat membuat kita memanipulasi diri kita supaya kelihatan baik,
tetapi integritas menyatakan diri kita yang sesungguhnya. Kelima, integritas berarti menghayatinya sendiri sebelum memimpin
orang lain. Seorang pemimpin yang berintegritas lebih mementingkan proses
daripada hasil. Keenam, integritas
membantu seorang pemimpin dipercaya, bukan hanya pintar. Pemimpin yang berhasil
tidak harus memerlukan kecakapan dan kepintaran yang luar biasa tetapi
mengharuskan integritas di dalam hidupnya. Terakhir,
integritas adalah prestasi yang dicapai dengan susah payah. Integritas
mencerminkan disiplin diri, keyakinan batin, dan keputusan untuk jujur
sepenuhnya dalam segala situasi di dalam kehidupan kita. (Mengembangkan
Kepemimpinan.., 41-49).
Integritas bukanlah sesuatu yang
dapat dengan mudah dibangun. Integritas membutuhkan usaha sepanjang hidup.
Tidak bisa dikatakan bahwa
setiap orang memiliki
integritas dan dengan sekejap saja setiap pribadi menjadi orang yang berintegritas. Kuncinya memiliki integritas
adalah bagaimana seseorang memiliki hati yang jujur, tulus dan benar.
Integritas adalah ciri khas orang yang dipanggil Allah untuk menjadi
perpanjangan tangan Allah. Dalam
terjemahan bahasa Indonesia, kata Integrity
dalam Alkitab diterjemahkan sebagai Kejujuran. Artinya, menjaga diri
dan waspada dari segala kebohongan dan kemunafikan. Dalam hal ini, seorang
pemimpin harus menjaga dirinya sendiri dalam arti seorang pemimpin tidak mata
duitan; hidup dalam pengorbanan (Kis. 20:33). Ia seorang yang selalu
giat dan tekun dalam melaksanakan pelayanannya (Kis. 20:26). Kita tidak dapat
mengukur kerohanian orang lain, tetapi dapat mengukur kerohanian dirinya
sendiri. Poctafianus dalam bukunya Manajemen
dan Kepemimpinan
Menurut Wahyu Allah
mengatakan: “Seorang
pemimpin rohani harus menyadari keadaan rohaninya sendiri.”[17]
Dengan demikian setiaap
orang
dapat menolong orang lain dan dapat berbicara kepada orang lain dengan tidak
berlebihan dan tidak merendahkan diri. Yang dimaksudkan adalah adanya kehidupan
yang terbuka dengan orang lain. Terbuka bukan berarti kompromi. Sebab kompromi
akan mengakibatkan terjadinya kegagalan dalam mencapai tujuan. Dengan demikian
segala sesuatu dalam diri seorang pemimpin rohani diukur dari segi rohaninya
sendiri. Ketika seorang pemimpin rohani gagal dalam hal kerohanian, maka akan
lebih baik jika ia mengakui kegagalannya itu. “Pengakuan yang jujur menolong
orang lain mengerti bahwa seorang pemimpin bukanlah seorang Superman.”[18]
Poctafianus juga menceritakan
bagaimana dalam hidupnya sebagai seorang pelayan Tuhan pernah menyadari bahwa
dirinya secara tidak langsung telah mencuri kemuliaan Allah. Saat dimana hidup
pelayanannya tidak memiliki integritas yang benar dihadapan Allah. Kemudian
disuatu malam Allah berbicara didalam dirinya dan menyuruhnya untuk mengakuinya
dihadapan orang-orang Jerman dan Perancis pada suatu malam, bahwa ia telah
melakukan kesalahan dihadapan Allah. Ia mengatakan bahwa ketika setelah dirinya
mengakui kesalahan itu, Allah tidak membuat wibawanya hilang. Justru setelah
pengakuannya yang jujur itu ia dapat berkotbah dengan urapan Allah.[19]
Kejujuran adalah satu hal
terpenting yang benar-benar harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Akibat dari sikap
kejujuran ini adalah adanya sebuah kepercayaan yang ditaruh oleh para
pengikutnya sehingga kepemimpinan itu dapat terus berkembang dan menghasilkan
generasi kepemimpinan baru yang sehat. Seorang pemimpin rohani dihormati
karena wibawanya. Banyak orang Kristen menghormati seorang pemimpin rohaninya
karena ia menganggap hal itu adalah penting. Bahkan ada banyak gereja yang
sampai hari ini secara tidak langsung, sadar atau tidak disadari telah
mengkultuskan seorang pemimpin rohani melebihi Allah mereka sendiri.
Hal ini cukup beralasan, karena
hal demikian sudah menjadi hal yang lumrah. Akan tetapi perlu
disadari juga bahwa hal ini adalah sebuah fenomena yang sebenarnya tidak
alkitabiah. Kepemimpinan
seorang manusia tidaklah untuk hal demikian, sebab esensi dari kepemimpinanitu
sendiri adalah menjadikan orang-orang yang dipimpinnya menjadi serupa dengan
Kristus. Kemungkinan
atas dasar pengurapan Allah yang mengalir atas diri seorang pemimpin maka ada
banyak orang Kristen mengagungkan seorang pemimpin melebihi esensi dari
pengurapan itu sendiri. Sebab
pengurapan itu sendiri merupakan akibat dari integritas yang dimiliki seorang
pemimpin sehingga membuat wibawa seorang pemimpin muncul kepermukaan.
Integritas sangat memiliki peran
yang sangat penting bagi seorang pemimpin. Sebab dengan
integritas seorang pemimpin dihormati. Integritas akan membuat seorang pemimpin
tetap berada pada posisi yang sebenarnya, segala sesuatu yang dikerjakan oleh
seorang pemimpin yang di landasi integritas yang benar akan membuahkan hasil
yang optimal. Dalam buku yang di tulisnya, Poctafianus mengatakan bahwa:
“Kejujuran rohani menimbulkan kepemimpinan yang berwibawa didalam pengurapan
Allah.”[20] Oleh sebab itu perlu
di sadari bahwa integritas seorang pemimpin sangat perlu untuk terus
dikembangkan, sehingga kepemimpinan yang sedang dikembangkan itu dapat berjalan
dengan maksimal dan membawa tim yang di pimpinnya itu kepada sebuah tujuan yang
telah diciptakan didalam program kerja yang telah di tentukan.
Integritas (integrity) berasal
dari kataintegrare (Latin) yang berarti: to make whole atau kurang lebih
punya arti: membuatnya utuh atau menyatu. Menurut kamus besar Bahasa
Indonesia, Integritas diartikan sebagai keterpaduan, kebulatan,
keutuhan, jujur dan dapat dipercaya. Ini berarti bahwa orang yang memiliki
integritas adalah orang yang memiliki keutuhan yakni satunya kata dan tindakan,
jujur dan dapat dipercaya. Dapat dikatakan juga, sebagai nilai moral,
integritas adalah seseorang yang sama baik di dalam maupun diluarnya.
Tidak berbeda antara yang diucapkan dan yang dikerjakannya. Tidak ada
penyimpangan antara yang dikatakan dengan yang dilakukan. Hidup dan gaya
hidupnya adalah seperti sebuah buku yang terbuka yang dapat dibaca oleh semua
orang.[21]
Kepemimpinan adalah sebuah persoalan kompleks yang tidak dapat didefinisikan
dalam satu kalimat pendek. [22]
Bentuk kepemimpinan ini selalu berbeda dalam beragam situasi di mana setiap
orang memperlihatkan kualitas-kualitas kepemimpinan yang berbeda. Kepemimpinan
seseorang dipengaruhi dari banyak aspek baik dari aspek kepribadian individu,
juga dari aspek luar dari orang-orang yang pernah menjadi pemimpin.
Kepemimpinan itu mempengaruhi kontekstualisasi yang berfokus pada
tantangan-tantangan kepemimpinan yang muncul.
Kepemimpinan
membutuhkan banyak pengetahuan dan latihan
kedisiplinan.[23] Karakter
yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin adalah adanya sifat yang
berhubungan dengan intelegensia termasuk pengetahuan, ketegasan, dan kelancaran
berbicara.[24]Pengetahuan
dan kompetensi yang dibutuhkan untuk suatu pekerjaan tertentu merupakan suatu
faktor penting dalam keefektifan seorang pemimpin.Wawasan yang luas juga
menjadi faktor pendukung yang menonjol bagi seorang pemimpin. Kata wawasan
(pandangan) diterjemahkan dari kata Ibrani yang arti dan pengertian sebenarnya
adalah “menjadi hati-hati, bijaksana,” yaitu menjadi berhikmat dan
bijaksana serta memiliki pengaruh kedepan.[25]
Kepemimpinan berarti
cara memimpin, yang berasal dari kata dasar kata benda Pimpin yang berarti
tuntunan, bimbingan, hasil memimpin dan kata kerja Memimpin yang berati
mengepalai, mengetuai; memandu; memegang tangan seseorang untuk dibimbing dan
ditunjukkan jalan; melatih, mendidik, mengajar agar dapat mengerjakan sendiri.[26]
Integritas ini dibutuhkan oleh siapa
saja, tidak hanya pemimpin namun juga yang dipimpin. Integritas sebagai
pemimpin dapat membawa yang dipimpin menjadi lebih baik. Pemimpin yang memiliki
integritas hanya akan berpikir bahwa dirinya itu melayani siapa saja yang
dipimpinnya, bukan sebaliknya. Sedangkan seorang pengikut yang memiliki
integritas berpikir bahwa dirinya harus melayani pemimpin selama pemimpin itu
benar sesuai nilai prinsip dan moral. Dengan begitu akan terjadi pelayanan dua
arah dimana akan menunjang pembangunan yang berkelanjutan. Pemimpin yang
melayani pengikut bisa menjadi adil. Hal ini membuat pengikutnya senang dan
mengikuti apa yang diperintahkan karena mereka yakin bahwa pemimpin tersebut
memiliki integritas dan lebih banyak benar.[27]
Integritas
berhubungan dengan dedikasi atau pengerahan segala daya dan upaya untuk
mencapai satu tujuan. Integritas ini yang menjaga seseorang supaya tidak keluar
dari jalurnya dalam mencapai sesuatu. Seorang pemimpin yang berintegritas,
tidak akan mudah korupsi atau memperkaya diri dengan menyalahgunakan wewenang.
Seorang pengusaha yang berintegritas tidak akan menghalalkan segala cara supaya
usahanya lancar dan mendapatkan keuntungan tinggi. Singkatnya, orang yang
memiliki integritas tetap terjaga dari hal-hal yang mendistraksi dirinya dari
tujuan mulia
Yakob Tomatala menambahkan sesuatu mengenai sebuah straregi
dalam kepemimpinan, ia mengatakan bahwa: “Anda dapat menjadi pemimpin yang baik
apabila anda mengerjakannya, yang dimulai dari diri sendiri.”[28] Mungkin
kesalahan terbesar yang dilakukan orang ketika menentukan sebuah tujuan adalah
mengkomitmenkan diri pada sebuah kegiatan yang sulit dilakukan didalam hidup
dan gaya kerja yang ada sekarang. Rencana dan tindakan harus seirama dengan
gaya hidup seorang pemimpin. Rencana pembelajaran yang mengandung langkah-langkah
yang nyata dan praktis akan menghasilkan perbaikan yang sangat kuat.
Ciri-Ciri Pemimpin yang
Berintegritas[29]
1. Pemimpin yang
memiliki ketulusan
Pemimpin
yang tulus adalah pemimpin yang memiliki motivasi yang murni. Kemurnian dari
motivasi pemimpin dapat ditunjukan melalui transparansi hidup, kerelaan hati
dan keterusterangan. Larry Keefauver mengatakan, bahwa “Pemimpin
mempraktekkan apa yang pemimpin ucapkan, di balik pintu yang tertutup bersama
orang lain, di tempat-tempat yang jauh dan dengan mereka yang paling karib
dengan pemimpin. Pemimpin yang hidup transparan atau terbuka tidak
memiliki sesuatu yang perlu disembunyikan atau ditakuti. Hidup mereka
yang transparan bagai surat yang terbuka. Surat Paulus kepada jemaat Korintus,
mengatakan “Kamu adalah surat pujian kami yang ditulis dalam hati kami dan yang
dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang (2 Korintus 3:3).” Paulus
menegaskan bahwa kehidupan orang-orang percaya seharusnya dapat dilihat dan
dikenali oleh orang-orang lain sebagai pengikut Kristus, demikian juga pemimpin
dapat dikenali dengan baik oleh orang-orang yang dipimpinnya.
Pemimpin
yang berintegritas selalu memiliki kerelaan hati. Kerelaan hati yang diperlihatkan
oleh pemimpin dapat dilihat ketika ia memberikan yang terbaik kepada
organisasinya maupun orang-orang yang dipimpinnya. Pemberian yang terbaik dapat
berupa waktunya, perhatiannya, tenaganya dan pikirannya untuk memajukan
organisasi yang dipimpinnya tanpa menuntut imbalan yang harus ia terima. Pemimpin
yang tulus akan senantiasa hidup dalam kejujuran. Kejujuran menyatakan
satu kata satu perbuatan. Jonatahan Lamb mengatakan, “Pemimpin dengan
integritas adalah seorang yang mempunyai kepribadian utuh dalam kata dan
perbuatan. Sebagaimana perilakunya di depan umum, begitulah kenyataan
kehidupannya. Sebagai seorang pemimpin, ia selalu melakukan apa yang
dikatakannya dan mengatakan apa yang dilakukannya. Kejujuran dalam sikap adalah
bagian yang sangat penting dari kehidupan seorang pemimpin. Matius 5:37,
mengatakan “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak hendaklah kamu
katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.”
2. Pemimpin yang
memiliki konsistensi
Integritas
yang baik dalam diri pemimpin diwakili oleh tingkah laku yang baik. Tingkah laku pemimpin dapat
diukur dari apa yang dipikirkan, dikatakan, dan dilakukan pada saat benar-benar
sendirian. John C. Maxwell mengatakan delapan puluh persen dari apa yang
dipelajari orang datang melalui stimulasi visual, sepuluh persen melalui
stimulasi pendengaran, dan satu persen melalui indera lainnya. Merupakan hal
yang masuk akal bahwa semakin banyak pengikut melihat dan mendengar pemimpinnya
konsisten dalam tindakan dan perkataan, akan semakin besar pula konsistensi dan
loyalitas mereka. Apa yang mereka dengar, mereka pahami. Apa yang
mereka liat, mereka percayai. Terlalu sering pemimpin berusaha memotivasi
pengikutnya dengan sarana yang cepat mati dan dangkal, yang diperlukan orang
bukanlah motto untuk dikatakan, melainkan teladan untuk dilihat.
Pemimpin
yang memiliki konsistensi dapat dinyatakan melalui komunikasi. Komunikasi yang dibangun
adalah komunikasi yang dilakukan secara dua arah, di mana pemimpin tidak
hanya memikirkan dan menghendaki keinginan dan kemauannya yang didengar
dan diterima oleh orang lain, tetapi ia juga harus bisa menerima keinginan dan
kemauan dari orang lain. Kamunikasi dua arah menghindarkan pemimpin dari rasa
superior dan dapat menjadi bahan evaluasi diri dalam mengembangkan kelebihan
dan meminimalisasikan kekurangan-kekurangan yang ada. Komunikasi bukanlah sebagai
sarana untuk memanipulisa orang lain untuk mendapatkan keuntungan diri sendiri,
tetapi komunikasi dapat dijadikan sebagai sarana oleh pemimpin untuk membangun,
menguatkan, dan membawa orang yang diajak berkomunikasi untuk menemukan keadaan
dirinya sehingga pada akhirnya mereka mau berkomitmen.
Pemimpin
yang memiliki konsitensi dapat dilihat dari tanggung jawab dalam mengatur semua
hal yang dipercayakan kepadanya. Pemimpin diperhadapkan kepada kegiatan-kegiatan rutin yang harus
dikerjakan, seperti: memimpin rapat, menata administrasi, menerima telpon,
menata organisasi, dan mengatasi berbagai konflik yang terjadi sehingga tidak
ada waktu lagi buat diri dan keluarga. Semua itu membutuhkan kerja keras
sebagai bentuk tanggung jawab pemimpin. Pemimpin harus sadar bahwa apa yang
dipercayakan kepadanya adalah kepercayaan yang harus dikerjakan dengan
sebaik-baiknya.
3. Pemimpin yang
pemiliki keandalan
Keandalan
seorang pemimpin mencerminkan kesetiaan Allah. Keandalan dapat ditemukan
lewat kekudusan, kesetiaan, dan pengetahuan akan firman Allah dari kehidupan
pemimpin. Kekudusan berbicara tentang kerakter Allah, di mana Allah itu
kudus dan Ia terpisah dari dosa. Pemimpin harus hidup dalam kekudusan
dengan demikian ia hidup dalam karakter Allah yang akan mendatangkan reputasi
yang baik. Reputasi yang baik membuat pemimpin dapat diandalkan, demikian
sebaliknya. Area yang sering kali menjadi tempat kejatuhan para pemimpin,
yaitu: kedudukan, harta, dan seks. Selain kekudusan, pemimpin yang
dapat diandalkan adalah pemimpin yang memiliki kesetiaan. Kesetiaan
yang dimaksud adalah pemimpin memiliki loyalitas dan komitmen kepada Tuhan,
organisasi, dan orang-orang yang dipimpin. Loyalitas dan komitmen pemimpin akan
teruji melalui setiap tantangan dan hambatan dalam kepemimpinannya.
Keandalan
yang terakhir dari pemimpin adalah pengetahuan akan firman Tuhan. Pemimpin harus memiliki
pengetahuan yang benar dan lengkap akan firman Tuhan. Bagi pemimpin
Kristen, Alkitab adalah sumber utama dalam pengambilan keputusan. Itu yang
terutama karena Roh Kudus, nasihat, dan hati nurani tidak bertentangan dengan
Alkitab. Pemimpin perlu mendisiplinkan diri dalam mempelajari firman
Tuhan. Kedisiplinan itu dapat dilakukan melalui renungan pada saat teduh
setiap pagi, studi Akitab, mengikuti seminar-seminar yang membahas tentang
penyelidikan Alkitab, membaca buku-buku rohani yang menambah pengetahuan akan
firman Tuhan. Usaha-usaha ini akan menjadikan pemimpin sebagai pemimpin
yang bijaksana dan penuh hikmat dalam mempimpin dan dalam pengambilan
keputusan.
Kekristenan
sesungguhnya dituntut lebih dalam hal ini. Apalagi seorang pemimpin Kristen
atau seorang hamba Tuhan dituntut untuk memiliki integritas karena dunia
mennuntut dan menilai kita dalam hal integritas. Itulah sebabnya kalau ada
seorang pemimpin Kristen atau seorang hamba Tuhan jatuh dan gagal dalam
integritas maka hal ini jelas akan menjadi sorotan. Tentunya bukan mereka yang disoroti tetapi kita
sebagai orang percaya juga dituntut hal yang sama baik oleh dunia dan terutama
oleh Tuhan. [30]
IV.
KESIMPULAN
Krisis
integritas dewasa ini menjadi masalah besar dalam dinamika kehidupan manusia.
Sangat sulit mencari orang yang saleh, benar, jujur, setia, tulus hati dan
bertanggung jawab. Demikian juga sangat sulit mencari orang yang benar-benar
punya komitmen terhadap nilai-nilai ideal-universal. Hal ini semakin
menjadi-jadi, jika orang yang hendak dicari adalah pemimpin yang punya
integritas dan komitmen. Ditengah
sulitnya mencari orang yang berintegritas sekaligus berkomitmen, bukan berarti
dua hal tersebut tidak dibutuhkan lagi. Justru muncul semacam paradoks, semakin
sulit untuk dicari namun integritas dan komitmen semakin
dibutuhkan.
Kepemimpinan merupakan masalah yang mempunyai banyak segi di mana hal ini
dapat dipandangan dari berbagai sudut pandang, baik dari segi cara
pangangkatan, keresmian kedudukannya, kemmapuannya, dan gaya pelaksanaan kepemimpinannya.[31]
Dalam kehidupan ini, ada beberapa kepemimpinan yang dipegang oleh seseorang,
ada yang dengan kebetulan karena kepemimpinan diturunkan seperti zaman
kepemimpinan para raja. Ada juga karena memiliki pangkat yang tinggi sehingga
dipercayakan untuk menduduki satu pesisi pemimpin, serta ada juga ada beberapa
kepemimpinan lain.
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan
dan lebih merupakan hasil dari proses perubahan karakter atau tranformasi
internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar,
melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang.
Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian
dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika
setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya,
dan ketika keberadaannya mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat
itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar
gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan
berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal
(leadership from the inside out ).[32]
[1]Poctavianus,
Manajemen dan Kepemimpinan Menurut Wahyu
Allah, (Malang: Gandum Mas, 1994),
55.
[5]Poctavianus,
Manajemen dan Kepemimpinan, 64.
[6]Joyce
Meyer, Pemimpin Yang Sedang Dibentuk,
(Jakarta: Immanuel, 2007), 128.
[9]
Jonathan Lamb, Integritas.Perkantas.2008.Hlm.31-32
[11] Jonatahan Lamb, Integritas.(Jakarta :
Perkantas – Divisi Literatur),2008.hlm.37-45.
[12]
Bambang Yudho, How to Become A Christian Leader, (Yayasan Andi),2006,hlm.19.
[13]http://www.danielronda.com/index.php/kepemimpinan/56-mengembangkan-karakter-pemimpin-kristen.html
[14]http://www.danielronda.com/index.php/kepemimpinan/56-mengembangkan-karakter-pemimpin-kristen.html
[17]Poctavianus,
Manajemen Dan Kepemimpinan, 75.
[22]
Eddie Gibbs, Kepemimpinan
Gereja Masa Mendatang: Membentuk Dan Memperbarui Kepemimpinan Yang Mampu
Bertahan Dalam Zaman Yang Berubag, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012) 16.
[23]Russell
C. Swansburg dan Laurel C. Swanburg, Pembangunan Staf Keperawatan (Jakarta: Gramedia), 316.
[26]
Ernie Tisnawati Sule & Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen (Jakarta :
Prenada Media, 2005), 255.
[27]
http//ridwanaz.com/umum/pengembangan-diri/pengertian-integritas-dan
korelasinya dengan pemimpin
[28]Yakob
Tomatala, Pemimpin yang Handal (Jakarta:
Institut Filsafat Teologi dan Kepemimpinan Jaffray), 31.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar