METODE PENGETAHUAN
Buku ini lanjutan dari jilid I dimana buku ini membahas metode
pengetahuan yang menerangkan bagaimana mendapatkan pengetahuan, bagaimana
penggunaan Alkitab sehingga benar-benar dipahami dan bagaimana menggunakan faktor-faktor di luar
Alkitab dan alat-alat yang dapat mempengaruhi pengetahuan.
6. PERSPEKTIF
NORMATIF-PENGGUNAAN KITAB SUCI
Para ahli
hermeneutika secara umum memiliki keahlian linguistik atau keahlian dalam studi
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru atau Filsafat Heiddegger tyang tak satu pun
di antaranya adalah bidang spesialisasi karena saya merasa enggan untuk
memasuki diskusi hermeneutika yang harus mendiskusikan beberapa masalah yang
belum secara meluas tercakup dalam literatur hermeneutika yang memiliki relasi
penting dengan penggunaan kitab secara teologis.
A. Antiabstraksionisme
Penggunaan
kitab dalam teologi tentu saja memasuki bidang hermeneutika Alkitab. beberapa
masalah yang belum secara meluas tercakup dalam literatur hermeneutika yang
memiliki penggunaan kitab suci untuk menghubungkan yang akan dibaca, yaitu:
1. Ayat-ayat sebelum dan sesudahnya,
2. Membahas yang lebih luas dari
kitab dimana ayat-ayat ditemukan,
3. posisi ayat dalam kumpulan
penulisan pengaranmg tertentu,
4. Kaitan antara sebuah bacaan
debngan bacaan lain yang memiliki kosakata atau keprihatinan serupa,
5. fungsi ayat dalam keseluruhan
konteks perjan jian baru atau bahkan seluruh Alkitab,
6. Teks Perjanjian Lama
penggenapannya dalam Perjanjian Baru,
7. Konteks luar Alkitab dari ayatnya,
8. Realitasnya yang menggambarkan
dalam kitab suci dengan Allah sendiri,
9. kaitan teks degan doktrin.
Abstraksionisme menekankan
pentingnya melihat masalah dalam konteks atau dalam hubungan dengan kutipan
firman Allah sendiri. Suatu konteks yang terdapat adalah melihatnya secara
konkret yang jika kita tidak melihatnya dengan cara ini maka kita dapat
melihatnya dengan abstrak, sehingga abstrak dan konkret dapat digunakan denga
mutlak. Karena itu, abstraksi merupakan jalan utama menuju pengetahuan bahkan
pengetahuan akan realitas yang konkret.
Penggunaan bahasa yang paling
dapat dipertahankan dalam abstraksionia adalah memperdalam perhatian teologi
tradisional untuk penafsiran kontekstual.dalam pengertian sempit bahwa kita
harus membiarkan Alkitab berdasarkan bagian-bagiannya. Dalam pengertian luas
menunjukkan masalah sebagai ahli teologi untuk memiliki teologi yang konkret
atau sistematika dimana setiap doktrin dipahami secara konsisten dengan doktrin
lainnya. Tingkatan abstraksionisme yang sederhana, juelas dan logis memiliki
banyak konteks yang relevan dengan eksegesisnya di dalam maupun di luar kitab
suci.
Tugas teologi bukanlah menyusun
kembali kitab suci menjadi urutan yang sangat sempurna untuk semua peristiwa
melainkan menerapkan kitab suci dan mengatur penyajiannya untuk memenuhi
kebutuhan para pendengar. Teologi bebas menggunakan berbagai eksegesis asalkan
hal tersebut tidak menyimpang dari pengajaran kitab suci selama prosesnya.
Masalah abstarksi sebagai sebuah
metode umum dari pengetahuan para filsuf dan para teolog untuk menggantikan
keabstrakan dengan kekonkretan sebagai tujuan umu dari pengetahuan. Abstraksi
menuju pada kehampaan dan hilangnya kekhususan. Kekonkretan sebagai tujuan umum
dari pengetahuan yang sama problematikanya dengan abstraksi, namusn tidak ada
satu istilah yang seratus persen abstrak dan konkret, dan tidak ada pengetahuan
manusia yang dapat menjelaskan secara sempurna semua ciri khusus objeknya. Jadi
pemikiran antiabstraksionis cenderung untuk mencari pengetahuan bukan dengan menggunakan
metode yang pasti, melainkan melalui lompatan iman, pengalaman mistik dan
sebagainya.
Bahasa antiabstraksionis tidak
terlalu jelas sehingga tidak bermanfaat untuk mengungkapkan tujuan atau pokok
masalah tidak valid. Keabstrakan adalah sebuah istilah konsep diskusi atau
metode yang tidak mungkin merupakan alas an yang cukup baik untuk menerima
ataupun menolanya. Tetapi Allah memanggil kita untuk berjalan denga iman
sehingga kita mengerti dan mengetahui apa yang diharapkannya. Pengetahuan yang
benar-benar abstrak atau konkret tidak perlu kita ketahui. Allah memberikan
perhentian kognitif kepada kita tetapi seringkali menahan kenyamanan kognitif
itu secara total.
B. Perspektivalisme
Dalam pembahasan itu kita melihat
bahwa hukum, objek, subjek sebagai pengetahuan manusia berkaitan secara
perspektif. Pendekatan perspektival terhadap pengetahuan yang bermanfaat dalam
membantu kita untuk memahami ciri-ciri ilahi, oknum trinitas,aspek-aspek
kepribadian manusia, perintah dari Decalogue,susnan dari keputusan ilahi,
jabatan Kristus, dan barangkali juga masalah lainnya. Firman Allah cenderung
umtuk menyajikan relasi secara persvektival karena firman Allah mencerminkan
mencerminkan nature Allah sendiri dimana Allah adalah satu Allah dalam tiga
pribadi yang merupakan banyak atribut dalam satu keallahan-satu yang kekal dan
banyak. Tidak satupun dari oknum ini
mendahului yang lainnya, semuanya sama-sama bersifat kekal, final, mutlak,
penuh keagungan. Tidak satu pun dari atribut mendahului yang lainnya
masing-masing bersifat ilahi, tidak terpisahkan, dan perlu untuk keilahian
Allah,
Pokok utama dari argumentasi
perspektivisme yang mempertahankan otoritas mutlak dari kitab suci secara
keseluruhan terhadap semua kepura-puraan teolog. Teologi merupakan karya
manusia yang bias salah walaupun memiliki kepastian,
- Eksegesis Konstektual
Pada bagian sebelumnya perhatian
tradisional terhadap eksegesis konstektual dan secara khusus keprihatinan untuk
menghubungkan semua kitab suci dedngan Kristus dan karya penebusan-Nya. Beberapa
bahaya dalam membicarakan konteks antara
lain:
- Eksegesis Kalimat
Pertama-tama
eksegesis kontekstual berarti kata-kata harus ditafsirkan dalam konteks kalimat
dimana kata-kata tersebut menjadi bagiannya. Para teolog telah meninggalkan
konsep wahyu proposisi yang membutuhkan beberapa sumber kebenaran teologis
dalam Alkitab selain proposisi Alkitab. Untuk mengem,bangkan teologi di luar
mereka dapat menemukan kebenaran teologis dalam istilah teologi biblika dan
konsep yang menggarfis bawahi dan bukan kalimat dalam Alkitab.
- Konteks Ganda
Eksegesis kontekstual mempunyai banyak tingkatan dan banyak relasi
penting antara unit bahasa serta relasi antara unit bahasa dan realitas ektra
linguistik yang harus dibahas.
- Teks Acuan
Teks acuan adalah referensi kitab
suci yang dimaksudkan untuk menunjukkan dasar dari pernyataan teologis
tertentu. Teks acuan kadang-kadang disqalahgunakan dalam arti konstektualnya
diselewengkan dalam usaha untuk menggunakan dan mendukung pengajaran yang
sebenarnya tidak mereka dukung.
- Eksamplarisme
Penggunaan tokoh dalam Alkitab
sebagai teladan untuk kehidupan kita, tidak semua yang dilakukan seorang tokoh
Alkitab normative untuk kita. Yang menjadi masalah mendasar adalah mengambil
tokoh dalam kitab suci yang membenarkan tindakan untuk menggunakan contoh dalam
khotbah.
- Kekayaan Pengertian Kitab Suci
Sebuah teks membentuk teks logis
yang tidak terbatas. Dengan demikian kitab suci kadang menggunakan kitab suci
dengan cara yang mengherankan.
- Teks Dan Telos
Tujuan bersesuaian dengan arti
dari penggunaanya secara logis. Dengan demikian pada khotbah dimana kita
berusaha untuk menjelaskan arti sebenarnya dari teks, tujuan yang mula-mula
harus memainkan peranan utama.
- Penggunaan Kitab Suci
Kekayaan arti
kitab suci dan tujuannya mengarahkan kita untuk mempertimbangkan keanekaragaman
isi dsan tujuan kitab suci yang mendorong timbulnya keanekaragaman yang
bersesuaian dengan teologi.
- Keanekaragaman Bahasa
Alkitab
Orang Kristen ortodoks cenderung
untuk mengatakan bahwa kitab suci memiliki otoritas dalam konteks
proposionalnya yang disampaikan dalam doktrinnya, karena kitab suci merupakan
wahana wahyu yang proposional tetapi wahana wahyu dari banyak jenis lainnya.
- Bentuk-Bentuk Literatur
Keanekaragamn
literatur kitab suci memiliki ciri-ciri perpektival. Kitab suci berisi narasi,
hukum, sajak, hikmat, nubuat, wahyu, perjanjian, perumpamaan,surat rasul-rasul,
dan berbagai kategori lain yang lebih khusus. Karena bentuk literatur ini
memberikan kemungkinan modedl-modedl teologi kepada kita. Tidak ada alas an
teologi yang tidak boleh mengambil bentuk sajak, sebab sxajak merupakan sarana
penerapan yang efektif dan bahkan didapatkan dalam kitab suci.
- Sikap Berbicara
Sikap berbicara merupakan sebuah bentuk
otoritas Alkitab. Sikap berbicara dapat dilihat dalam relasi perspektif atau
terhadap yang lain dimana seluruh kitab menyatakan, meragukan, memuji,
menjanjikan dan mengungkapkan sikap Allah dan sedbagainya.
- Gambar, Jendela Dan Cermin
Kitab suci merupakan objek dari
analisis literatur yang menganalisa karakteristik sebuah lukisan metafora kitab
suci sebagai gambar. Kitab dilihat sebagai sarana untuk menunjukkan tindakan
Allah yang berfkuasa kapada kita sepanjang sejarah demi keselamatan kita. Kitab
suci juga sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan sendiri, menjawab pertanyaan
topik yang menjadi perhatian kita.
- Bidang Aplikasi
Ada beranekaragam kehidupan
manusia dimana kitab suci dapat diterapkan pada bisnis, politik, musik, seni,
ekonomi, dan ilmu pengetahuan, dan juga kfotbah, ibadah, penginjilan dan
sebagainya. Kitab suci berhak untuk menentukan keputusan akhir yang tidak
mengesampingkan melainkan memerlukan penggunaan kata teologi di luar kitab suci
dan dalam bidang pemikiran lainnya.
- Program Teologi Tradisional
Bentuk teologi tdadisional adalah
eksegesis, Alkitab, sistematika, praktis. Bentuknya digambarkan sebagai
pembagian atau aliran teologi yang cenderung memisahkan disiplin ilmu satu
dengan yang lain.
- Teologis Eksegesi
Dalam teologi eksegesis, fokusnya
adalah bacaan khusus kitab suci. Teologi eksegesisi membahas berbagai teks yang
beraneka ragam panjangnya: satu ayat, satu kitab, satu perjanjian, seluruh
Alkitab.
- Teologi Biblika
Teologi biblika mempelajari
sejarah relasi Allah dengsan makhluk ciptaan-Nya sebelum penebusan dan penyempurnaan.
Teologi biblika menunjukkan kepada kita secara mengherankan bagaimana berbagai
aspek kitab suci menyatu menjadi keseluruhan yang tunggal dan berkaitan secara
logis. Dengan demikian teologi mengarahkan kita untuk melihat perjanjian lama
bukan hanya sebagai hukum dan penggunaan hakiman tetapi dengan injil. Teologi
biblika untuk khotbah harus diseimbangkan dengan penelitian serupa yang dibuat
mengenai teologi eksegesis dfan teologi sistematis.
- Teologi Sistematika
Teologi sistematis berusaha untuk
menerapkan kitab suci sebagai keseluruhan. Jika teologi eksegesis memusatkan
perhatian pada bacaan-bacaan khusus dan teologi biblika memusatkan perhatian
pada ciri-ciri historis dari kitab suci, maka teologi sistematik berusaha untuk
mengemukakan semua aspek kitab suci bersamaan atau melakukan sintesa
terhadapnya. Teologi adalah aplikasi, teologi sistematis tergantung pada
teologi eksegesis dan teologi biblikal. Dengan demikian ketiga bentuk teologi
yaitu teologi eksegesis, teologi Alkitab, dan teologi sistematis saling
bergantungan dan berkaitan serta ketiganya saling mencakup, bentuk-bentuknya
merupakan persxpektif pada teologi dan bukan disiplin ilmu berdiri sendiri.
Teologi sistematika merupakan disiplin ilmu yang terbuka luas.
- Teologi Praktikal
Teologi
praktikal sebagai ilmu mengkomunikasikan firman Allah dan apa yang diajarkan
oleh seluruh kitab mengenai bagimana cara yang paling baik bagi kita untuk
mengkomunikasikan firman Allah.
7. PERSPEKTIF SITUASIONAL-BAHASA SEBAGAI ALAT TEOLOGI
Pada bagian ini memusatkan perhatian
ketidakjelasan dalam bahasa teologi dengan relasi khusus pada istilah-istilah
teknis, perbedaan analogis dan analogi.
A. Ketidak Jelasan Dalam Bahasa
Allah
mengetahui dan dapat mengungkapkan secara tepat semua fakta dalam alam semesta.
Ini berarti kita menyangkal kemampuan bahasa manusia untuk menyatakan
kebenaran. Ketidakjelasan dalam bahasa dan pemahaman kita akan bahasa itu
berasal dari beberapa sumber yaitu:
1) Memilah-milah dengan cara yang
berbeda,
2) Jenis-jenis natural walaupun
kita defenisikan jenis natural, definisi ini tidak mutlak, kemiripan keluarga,
tidak ada jalan untuk memnuat sebuah figur sepanjang waktu dan dalam semua
kasus, dengan demikian sulit untuk mendefenisikan kata permainan secara tepat
menyatakan intinya atau mengatakan apa arti sesungguhnya dari permainan itu.
3) Arti dan penggunaan kita
mengeerti sebuah kata tetapi tidak dapat mengatakan arti kata itu. Sebuah
penggunaan sulit untuk diuraikan dalam kata-kata dan seandainya hal ini dapat
dilakukan, maka kata-kata yang digunakan untuk menguraikan itu pun harus
dipelajari melalui penggunaanya. Dan ini merupakan alasan lain dari ketidakjelasan bahasa, sulit untuk
mengatakan arti sebuah istilah karena arti pada dasarnya merupakan hasil dari
penggunaan dan bukan sebuah definisi.
4) Perubahan bahasa, alas an
ketidakjelasan alainnya adalah karena bahasa terus berubah,
5) Abstraksi, istilah abstraksi
tidak jelas karena alasan lain, bahasa tersebut tidak mungkin dikenal oleh umat
manusia, dengan demikian dalam pengertian yang mendalam bahasa tidak jelas,
6) Ketidak jelasan yang disengaja.
- Ketidak Jelasan Dalam Kitab Suci
Kitab suci juga tidak jelas dalam
hal tertentu Allah mengizinkan ketidak jelasan di dalam firman-Nya, tetapi
tujuan Allah dalam kitab suci adalah untuk berkomunikasi bukan untuk
mengungkapkan kebenaran dalam bentuk yang setepat-tepatnya,
- Istilah Teknis
Para teolog secara tradisional
telah berusaha untuk mengurangi ketidakjelasan dengan menggunakan istilah
teknis Alkitab secara tidak jelas mengajarkan bahwa Allah merupakan substansi
dan memiliki tiga pribadi tetapiu Allah dengan jelas mengajarkan bahwa Allah
merupakan satu oknum. Namun, ketika kita menggunakannya kita tidak berhak
mengatakan bahwa kita telah menemukan arti yang sesungguhnya sebagaimana yang
diungkapkan oleh kitab suci.
- Metafora, Analogi, Model
Sebuah sumber
ketidakjelasan dalam kitab suci dan teologi adalah seringnya digunakan bahasa
figuratif maupun bahwa bahasa semacam itu merupakan cara yang bermanfaat ubtuk
menyampaikan kebenaran karena sangat tepat jika teologi juga menggunakannya.
Penggunaan metafora dapat dibatasi dan dinyatakan dengan jelas dalam konteks,
dan metafora juga sangat bermanfaat tetapi tidak terlalu perlu, karena metafora
bisa menyesatkan konteks lainnya0dan metafora dapat dijelaskan dalam bahasa
yang lebih literal.
Tidak semua
bahasa manusia mengenai Allah bersifat figuratif, kita tidak dapat berbicara
tentang Allah secara literal. Walaupun demikian analogi antara makhluk dan
Allah masuk ke dalam bahasa kita. Tetapi kita harus berhati-hati untuk tidak
terlalu menekankan anologi atau menyangkal kelogisannya sama sekali. Beberapa
metafora telah sering menyesatkan para teolog dan hal ini harus diungkapkan
tentang analogi Allah dan keberadaannya.
- Kata Negatif Dalam Teologi
Pesan yang mendasar dari kitab
suci seringkali juga berbicara negatif mengkontraskan derngan kesalahan dan
dosa yang membicarakan penghukuman Allahj terhadap ketidak percayaan dan
memperingatkan orang beriman terhadap pengajaran yang palsu, sehingga menyebabkan
ketidakjelasan dalam teologi.
- Kontras, Variasi, Distribusi
Kontras mengidentifikasikan makna
dari sebuah istilah melalui perbedaannya dengan istilah-istilah lainnya,
variasi menunjukkan perubahan yang mungkin terjadi pada sebuah ungkapan padahal
uangkapan tersebut sesungguhnya tetap sama, distribusi mengidentifikasikan
konteks dimana ungkapan tersebut secara khusus berfungsi.
- Kekaburan Sistematik Dalam Pandangan Nonortodoksi
Sumber ketidakjelasan adalah
mengkontraskan pandangan Kristen dan nonkristen mengenai transendensi dan
imanuensi, irasionalisme dengan pandangan.
- Label-Label
Pemerintah label itu penting untuk
belajar. Pendidikan merupakan proses mempelajari pemberian label terhadap
benda-benda. Jika tidak diizinkan untuk menggunakan label-label kita hanya
dapat berbicara sedikit saja.
- Moral-Moral Dalam Ketidak Jelasan
Ketidakjelasan dalam teologi tidak
dapat dihindari sepenuhnya, tetapi demi komunikasi yang lebih baik kita perlu
mengurangi makna kata ganda atau setidaknya menjelaskan kepada para pendengar
kita dimana ketidakjelasan tersebut terjadi dalam kesalahpahaman yang timbul
karena melakukan penilaian atas dasar yang sesungguhnya dikatakan Alkitab.
Misalnya istilah kehendak bebas perbedaan kualitatif.
- Bahasa Dan Realitas
Apa yang nyata adalah apa yang
dapat dikatakan dan apa yang dapat dinyatakan itu nyata. Studi bahasa dalam
mengungkapkan apa yang dapat dibicarakan, dengan demikian studi bahasa
mengungkapkan natur yang mendasar dari dunia.
- Bahasa Dan Kemanusiaan
Bahasa adalah sebuah unsur yang
sangat penting dari gambar Allah yang menurut itulah kita diciptakan. Bahasa
menyatakan kemiripan manusia dengan Allah dan bahasa yang membedakan kita dari
binatang dbahasa itu sangat penting untuk kehidupan manusia sebagai alat
komunikasi.
8. PERSFEKTIF SITUASIONAL-LOGIKA SEBAGAI ALAT TEOLOGI
Logika memiliki keterbatasan,
tetapi merupakan alat yang sangat berharga untuk teologi yang seharusnya kita
gunakan tanpa rasa malu. Sebagai alat, logika jelas tidak lebih berbahaya
dibandingkan dengan bahasa atau sejarah, dan tidak kalah pentingnya bagi
teologi dibandingkan dengan keduanya. Logika berada pada kedudukan yang hampir
sama denga linguistik dan sejarah dimana sebuah disiplin ilmu yang memberikan
informasi yang berguna bagi kita dalam aplikasi kitab suci.
A. Apakah Logika Itu?
Logika dapat
diartikan sebagai berikut:
1.
Ilmu tentang argumentasi, pada dasarnya logika yang menganalisa dan mengevaluasi aktivitas
manusia yang dikenal sebagai argumentasi.
2.
Alat hermeneutika, yaitu alat untuk membantu manusia dalam penafsiran Alkitab.
3.
Ilmu tentang komitmen, kita harus merasa bahwa jika kita menerima premis dari sebuah
argumentasi yang akan membuat kita juga menerima kesimpulan.
- Kepastian Dari Logika
Hukum logika tampaknya memiliki
kepastian yang khas, dan hukum logika serupa dengan hukum matematika. Yang
membuat logika pasti ialah gagasan batin dan konvensi.
- Justifikasi Alkitab Mengenai Penggunaan Alkitab Dalam Teologi
Sebuah system logika lengkap dapat
dikembangkan dari bentuk argumentasi normatif yang ditemukan dalam kitab susi,
hal inilah yang menunjukkan secara lebih jelas dasar logika adalah kitab suci.
- Keterbatasan Logika
Logika memiliki keterbatasan, oleh
sebab itu ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam keterbatasan tersebut,
yaitu: kemungkinan salah, artinya logika manusia bisa saja salah. Ketidaklengkapan,
yaitu system logika formal yang tidak lengkap dalam beberapa hal yang penting. Tidak
cukup bukti, yaitu kita tidak dapat mempelajari semua hal yang kita ketahui
melalui bukti logika. Hal-hal yang tampak berkontradiksi, yaitu banyak
hal yang tampaknya berkontradiksi jika dilihat lebih dekat. Keterbatasan
prinsip nonberkontradiksi, yaitu logika dapat menyelidiki konsistensi dan
implikasi hanya dalam sirtuasi yang relatif tidak berubah. Teknologi teknis,
yaitu teknis yang berbeda-beda
artinya dalam kehidupan sehari-hari. Hukum hanya dua pilihan,
yaitu logika bisa salah, logika bisa tergantung pada bidang ilmu dan alat-alat
lainnya, logika juga tidak lengkap, kadang-kadang menyimpang dari konsep yang
digunakan dan tidak selalu bersifat menentu.
- Urutan Yang Logis
Prioritas dan urutan biasanya
digunakan sehubungan dengan waktu, dalam pengertian literal biasanya yang kita
maksudkan adalah lebih dulu dalam hal waktu, tetapi urutan dan prioritasnya
dalam hal waktu digunakan secara metafora dan denga demikian memiliki semua
keterbatasan metafora. Ada beberapa hubungan yang lainnya yang dapat
digambarkan dengan urutan logis yaitu: jenis urutan yang berbeda, premis
sebagai dasar kesimpulan, kondisionalitas yang dapat diperlukan,
kondisionaslitas yang memadai, relasi sebagai keseluruhan, prioritas teologis,
kausalitas yang diantisipasi, kausalitas moral atau legal, prioritas
presuposisi, prioritas instrumental, dan prioritas pedagosis.
- Implikasi Mutual Di Antara Doktrin-Doktrin
Firman Allah merupakan suatu yang
menabjubkan, dan sementara kita memdbaca dalam iman, kita juga mulai melihat
dengan cara bagaimana bagian-bagiannya saling berhubungan dan menyaksikan
penulisan yang ilahi. Masing-masing doktrin mengungkapkan hubungan intim dengan
semua doktrin lainnya sehingga doktrin menjadi satu perspektif atas seluruh
berita Akitab.
G. Pencarian Bukti
Seringkali dalam argumentasi
teologi, yang penting untuk mencari bukti-bukti yaitu:
1.
Babtisan, perjanjian baru relatif
mengatakan apapun tentang masalah ini dimana kita dihadapkan dengan dua
pendekatan alternatif.
2.
Aborsi, memerlukan bukti-bukti kehidupan dan keberadaan sebelum menjadi
manusia.
- Beberapa Jenis Argumentasi
1. Deduksi, yaitu sebuah argumentasi
deduktif yang menyatakan bahwa premisnya mengandung kesimpulan, karena
premisnya benar maka pastilah keimpulannya benar.
2. Induksi, yaitu sebuah argumentasi
induktif yang tidak menyatakan bahwa premis membuat kesimpulan mungkin terjadi,
dan dimulai dengan fakta-fakta dan alas an tertentu yang menimbulkan
kemungkinan kesimpulan umum.
3. Reduction Adabsurdum, yaitu
pengurangan pandangan yang yang berlawanan secara besar-besaran yang
menunjukkan sebuah proses yang logis.
4. Dilema, yaitu reductio ganda yang
berusaha untuk menunjukkan bahwa pandangan yang bertentangna akan menimbulkan
salah satu dari dua konsekuensi yang tidak diinginkan.
5. Afortiori, yaitu argumrntasi dari
yang yang kecil ke yang besar, contohnya bahwa jika hukum perjanjian lama
bersifat mengikat dan pelanggaran terhadapnya akan dihukum, maka secara tidak
langsung pemberontakan terhadap kovenan baru pasat akan dihukum, tetapi tidak
semua a portiori itu logis.
6. Argumentasi yang lemah adalah
argumentasi yang kurang berbobot, tetapi memiliki sedikit nilai penegasan,
karena itu relatif tidak meyakinkan bagi orang-orang yang menolak kesimpulan
tersebut.
- Kesalahan-Kesalahan
1. kesimpulan yang tidak relevan,
yaitu manusia harus mengacu pada penggunaan argumentasi untuk mendapatkan satu
kesimpulan secara tidak relevan menjadi relevan.
2. Kekuatan ancaman, yaitu merupakan
bentuk khusus untuk kesalahan yang tidak adanya relevansi dan argumentasi yang
didasarkan pada ancaman bukanlah argumentasi yang kuat.
3. Argumentasi komperatif ad hominem,
yaitu yang ditunjukkan pada seseorang yang bukan pada sesbuah kesimpulan.
4. Bentuk argumentasi kesimpulan yang
tidak relevan, merupakan bentuk ad hominem yang yang disebut komperatif dan
disebut juga melecahkan.
5. Argumentasi ad hominem dalam
kondisi positif, yaitu yang mendesak para pendengar untuk memperzcayai sebuah
proposisi dalil yang berdasarkan situasi yang khusus.
6. Argumentasi ad hominem dalam
kondisi negatif, yaituf mengatakan bahawa pandangan seseorang itu salah karena
keadaannya yang khusus.
7. Argumentasi berdasarkan
ketidaktahuan, yaitu sesuatu yang benar karena buktinya yang benar. Atau
sebaliknya, sesuatu itu salah karena buktinya salah. Pengandalan pada belasa
kasihan disebut ad micoricordiam yaitu kemurahan hati Kristen yang dijadikan
alas an bersikap longgar dalam disiplin gereja.
8. Pengandalan dalam emosi yaitu yang
dikenal sebagai ad populum pada emosi yang bukanhanya mencakup belas kasihan
saja melainkan berbagai macam emosi lainnya dimana jika seseorang memiliki
gagasan baru ia menggunakan kata-kata positif dengan emosi untuk menggambarkannya.
9. Pengandalan otoritas yang
merupakan satu kesalahandalam pengertian bahwa hal itu tidak selalu
menghasilkan kesimpulan yang diperdebatkan.
10. Penyebab yang salah, meliba tkan
konsep kualitas.
11. Kesalahan genetik mengasumsikan
kemiripan antar sebuah keadaan saat ini dengan keadaan sebelumnya.
12. Kerancuan pengertian kausalitas
memiliki beberapa arti yang berbeda, yaitu efisien, final, formal, dan material
13. Kerancuan antara kausalitas
tunggal dan kausalitas yang olebih dari satu (plural)
14. Pertanyaan yang kompleks merupakan
pembahasan tentang kesalahan-kesalahan yang berhubungan dengan pertanyaan yang
kompleks.
15. Kalimat rancu, merupakan sebuah
implikasi yang benar yang harus kita gunakan istilah yang relevan dengan
pengertian yang sama sepanjang argumentasi.
16. Amphiboli adalah kekaburan erti
yang timbul dari data bahasa.
17. Aksen adlah ketidakjelasan dalam penekanan
kata yang teregantung pada penekanan suara kita.
18. Komposisi adalah apa yang benar
untuk sebagian yang dinyatakan benar bagi keseluruhan yang benar untuk satu
individu yang dinyatakan benar oleh sekelompok individu lainnya.
19. Divisi adalah apa yang benar untuk
keseluruhan juga benar untuk bagian-bagiannya.
20. Menyangkal kalimant pendahulu.
21. Menegaskan konsekuensi yaitu
argumentasi yang memiliki bentuk jika p maka q. Allah memanggil kita untuk
berfikir sesuai dengan kebenaran yang mengemukakan sebuah argumentasi yang
meyakinkan.
9. PERSPEKTIF SITUASIONAL-SEJARAH ILMU
PENGETAHUAN DAN FILSAFAT SEBAGAI ALAT TEOLOGI
A. Sejarah
Kekristenan
merupakan agama yang berisi fakta sejarah, dan kekristenan difakuskan pada
peristiwa sejarah tentang inkarnasi Yesus Kristus, yaitu: kematian,
kebangkitan, kenaikan Yesus Kristus ke sorga, dan datangnya Roh Kudus pada
ahari pentakosta, karena itu kekristenan berkaitan dengan sejarah. Ada dua
sejarah kuno yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Sejarah Kuno Artkeolog, yaitu disiplin
ilmu penting yang membantu kita untuk memahami makna Alkitab dan bukti
rehabilitasnya.
2. Sejarah Gereja-Teologi Sejarah
Peranan
tradisi dan redo yaitu:
i.
Tradisi, mencakup pengajaran
dan aktivitas gereja sampai pada masa kini.
ii.
Kredo, menguraikan kepada orang
lain apa yang kita percayai.
iii.
Ortodoksi, sebuah kredo yang
sempurna harus memiliki otoritas yang sama dengan kitab suci. Tidak ada
criteria ortodoksi yang sama yang dapat digunakan untuk selamanya, dan criteria
yang selalu merupakan aplikasi dari kitab suci terhadap situasi yang seslalu
berubah.
iv.
Kemajuan dalam teologi, yaitu
teologi menjadi maju dengan menerapkan firman Tuhan setiap situasi yang
ditemukan.
v.
Subkrifsi.
vi.
Pengakuan dan teologi, semua
teologi menggambarkan pengakuan pribadi.
vii.
Sejarah gereja dan teologi
sejarah, yaitu para ahli sejarah berusaha menafsirkan, menganalisis, dan
mengevaluasi peristiwa dan fakta-fakta
pada gereja pada masa lalu dan semua fakta merupakan hal dari penafsiran.
viii.
Dogmatic adalah sinonim untuk
teologi sistematika.
B. Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan membantu kita
untuk menerapkan dan juga menafsirkan kitab suci, dimana manusia dapat belajar
banyak dari ilmu pengetahuan karena ilmu pengetahuan dapat membimbing kita
untuk mempertimbangkan kebenaran penafsiran tentang kitab suci, yang membantu
aplikasi dengan menggambarkan situasi dimana kitab diterapkan, dijalani, dan
dinyatakan melalui kata-kata.
- Filsafat
Pokok-pokok tentang filsafat
hampir parallel dengan pokok-pokok tentang ilmu pengetahuan, dimana filsafat
perlu mengalami reformasi dibandingkan dengan ilmu pengetahuan. Segala sesuatu
yang dikatakan oleh filsuf nonkristen itu belum tentu salah, dimana teolog yang
cerdas dan berjalan atas dasar Alkitab yang dapat mengambil manfaat dari
pandangan para filsuf nonkristen.
10.
PERSPEKTIF EKSISTENSIAL-KUALIFIKASI-KUALIFIKASI SEORANG TEOLOG
A. Personalisme Teologi
Orang-orang yang melihat anologi antara teologi dan ilmu pengetahuan
atau memandang teologi sebagai disiplin akademis tradisional.
- Hati
Pengetahuan tentang Allah adalah
p[engetahuan tentang hati. Kitab suci menggambarkan kitab suci hati sebagai
sumber pemikiran, kehendak, sikap dan kata-kata. Dengan demikian, rusaknya hati
berarti terlepas dan tidak memiliki pengetahuan akan hal-hal tentang Allah.
Sebuah implikasi dan fakta adalah bahwa pengetahuan orang percaya tentang Allah
tidak terpisahkan dari kesalehan karakternya.
- Karakter Teolog-Etika Teologi
Klasifikasi untuk para guru dalam
kitab suci yang terutama adalah kualitas karakter dan patut meneladani paulus
dan akhirnya Yesusu sendiri. Pengajaran kitab suci paling baik dilakukan
melalui perkataan dan perbuatan secara bersama-sama.
- Kemampuan Teologi-Keterampilan Teologi
Pengetahuan teologi merupakan
pengetahuan yang didapatkan oleh manusia yang untuk menimbulkan pertanyaan
mengenai hubungan antar persatuan dan keanekaragaman dalam kepribadian manusia.
Secara tradisional, para teolog dan para filsuf telah membedakan antara
berbagai pancaindera dalam pikiran manusia yaitu: akal, kehendak, emosi,
imajinasi, persepsi, kebiasaan dan keterampilan, serta intuisi.
11. METODE APOLOGETIKA
Apologetika merupakan cabang dari
teologi yang digunakan oleh apolos dan dibenarkan oleh kitab suci, maka dua
dikategorikan menjadi umum yaitu apologetika defensif, pembelaan iman Kristen
dan terhadap keberatan orang tidak percaya, dan apologetika ofensif yaitu
serangan orang Kristen terhadap pemikiran dan kehidupan.
A. Apologetika Defensif
Orang tidak percaya mengajukan
keberatan, kemudian orang memberi tanggapan. Tiga cara untuk menolong seorang
pencari kebenaran yaiu:
1.
Perpektif Normatif
Seorang apologetis perlu memiliki
pengertian yang baik tentang kitab suci dan dapat menggunakan secara tepat dan
kreatif. Banyak keberatan dari orang tidak percaya terhadap kekristenan
yang ada kaitannya dengan kitan suci.
Ketika sebuah keberatan diajukan orang Kristen dapat menanyakan apakah masalah
tersebut dibahas dalam kitab suci dan jika demikian bagaimana kita
membahasanya. Selalu penting untuk menjelaskan kepada orang tidak percaya apa
sumber otoritas kita tertinggi. Akhirnya, ketika orang mengajukan keberatan
terhadap kekristenan kita tidak harus selalu memiliki jawaban atas keberatan
tersebut.
2.
Perspektif Situasional
Orang tidak percaya tidak memiliki
hak untuk menentukan bukti karena ia telah memiliki sebuah bukti yang
diperlukan melalui pernyataan Allah yang jelas lewat alam, kitab suci dari
diri-Nya sendiri.
3.Perspektif Eksistensial
Tidak semua argumentasi logis
dapat meyakinkan individu atau kelompok tertentu, maka kita lebih baik
menghadapi dengan penuh kasih berusaha untuk mema\hami kebutuhan secara khusus
dan menggambarkan argumentasi yang kita arahkan untuk memenuhi kebutuhan dan
ada saatnya membawa kita untuk memperoleh karya Roh Kudus. Karakter dan
apologis, apologetika harus dijiwai oleh rasa ketuhanan dan kelemahlembutan dan
rasa hormat.
- Apologetika Ofensif
Sertangan Kristen terhadap
pemikiran dan kehidupan orang tidak percaya. Orang Kristen diperintahkan untuk
berbalik menyerang musuh-musuh Allah. Sesungguhnya peranan ini dilakukan oleh
Tuhan sendiri sebagi jaksa penuntut umum dalam pengajuan perkara perjanjian
Allah melawan umat-Nya yang tidak setia dan dilakukannya ketika Dia kembali lagi
nantinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar