Kamis, 18 Oktober 2012

Doktri Pengetahuan Tentang Allah 2



METODE PENGETAHUAN

Buku ini lanjutan dari jilid I dimana buku ini membahas metode pengetahuan yang menerangkan bagaimana mendapatkan pengetahuan, bagaimana penggunaan Alkitab sehingga benar-benar dipahami dan  bagaimana menggunakan faktor-faktor di luar Alkitab dan alat-alat yang dapat mempengaruhi pengetahuan.

6. PERSPEKTIF NORMATIF-PENGGUNAAN KITAB SUCI

Para ahli hermeneutika secara umum memiliki keahlian linguistik atau keahlian dalam studi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru atau Filsafat Heiddegger tyang tak satu pun di antaranya adalah bidang spesialisasi karena saya merasa enggan untuk memasuki diskusi hermeneutika yang harus mendiskusikan beberapa masalah yang belum secara meluas tercakup dalam literatur hermeneutika yang memiliki relasi penting dengan penggunaan kitab secara teologis.

A.    Antiabstraksionisme


Penggunaan kitab dalam teologi tentu saja memasuki bidang hermeneutika Alkitab. beberapa masalah yang belum secara meluas tercakup dalam literatur hermeneutika yang memiliki penggunaan kitab suci untuk menghubungkan yang akan dibaca, yaitu:
1.      Ayat-ayat sebelum dan sesudahnya,
2.      Membahas yang lebih luas dari kitab dimana ayat-ayat ditemukan,
3.      posisi ayat dalam kumpulan penulisan pengaranmg tertentu,
4.      Kaitan antara sebuah bacaan debngan bacaan lain yang memiliki kosakata atau keprihatinan serupa,
5.      fungsi ayat dalam keseluruhan konteks perjan jian baru atau bahkan seluruh Alkitab,
6.      Teks Perjanjian Lama penggenapannya dalam Perjanjian Baru,
7.      Konteks luar Alkitab dari ayatnya,
8.      Realitasnya yang menggambarkan dalam kitab suci dengan Allah sendiri,
9.      kaitan teks degan doktrin.
Abstraksionisme menekankan pentingnya melihat masalah dalam konteks atau dalam hubungan dengan kutipan firman Allah sendiri. Suatu konteks yang terdapat adalah melihatnya secara konkret yang jika kita tidak melihatnya dengan cara ini maka kita dapat melihatnya dengan abstrak, sehingga abstrak dan konkret dapat digunakan denga mutlak. Karena itu, abstraksi merupakan jalan utama menuju pengetahuan bahkan pengetahuan akan realitas yang konkret.
Penggunaan bahasa yang paling dapat dipertahankan dalam abstraksionia adalah memperdalam perhatian teologi tradisional untuk penafsiran kontekstual.dalam pengertian sempit bahwa kita harus membiarkan Alkitab berdasarkan bagian-bagiannya. Dalam pengertian luas menunjukkan masalah sebagai ahli teologi untuk memiliki teologi yang konkret atau sistematika dimana setiap doktrin dipahami secara konsisten dengan doktrin lainnya. Tingkatan abstraksionisme yang sederhana, juelas dan logis memiliki banyak konteks yang relevan dengan eksegesisnya di dalam maupun di luar kitab suci.
Tugas teologi bukanlah menyusun kembali kitab suci menjadi urutan yang sangat sempurna untuk semua peristiwa melainkan menerapkan kitab suci dan mengatur penyajiannya untuk memenuhi kebutuhan para pendengar. Teologi bebas menggunakan berbagai eksegesis asalkan hal tersebut tidak menyimpang dari pengajaran kitab suci selama prosesnya.
Masalah abstarksi sebagai sebuah metode umum dari pengetahuan para filsuf dan para teolog untuk menggantikan keabstrakan dengan kekonkretan sebagai tujuan umu dari pengetahuan. Abstraksi menuju pada kehampaan dan hilangnya kekhususan. Kekonkretan sebagai tujuan umum dari pengetahuan yang sama problematikanya dengan abstraksi, namusn tidak ada satu istilah yang seratus persen abstrak dan konkret, dan tidak ada pengetahuan manusia yang dapat menjelaskan secara sempurna semua ciri khusus objeknya. Jadi pemikiran antiabstraksionis cenderung untuk mencari pengetahuan bukan dengan menggunakan metode yang pasti, melainkan melalui lompatan iman, pengalaman mistik dan sebagainya.
Bahasa antiabstraksionis tidak terlalu jelas sehingga tidak bermanfaat untuk mengungkapkan tujuan atau pokok masalah tidak valid. Keabstrakan adalah sebuah istilah konsep diskusi atau metode yang tidak mungkin merupakan alas an yang cukup baik untuk menerima ataupun menolanya. Tetapi Allah memanggil kita untuk berjalan denga iman sehingga kita mengerti dan mengetahui apa yang diharapkannya. Pengetahuan yang benar-benar abstrak atau konkret tidak perlu kita ketahui. Allah memberikan perhentian kognitif kepada kita tetapi seringkali menahan kenyamanan kognitif itu secara total.

B.     Perspektivalisme


Dalam pembahasan itu kita melihat bahwa hukum, objek, subjek sebagai pengetahuan manusia berkaitan secara perspektif. Pendekatan perspektival terhadap pengetahuan yang bermanfaat dalam membantu kita untuk memahami ciri-ciri ilahi, oknum trinitas,aspek-aspek kepribadian manusia, perintah dari Decalogue,susnan dari keputusan ilahi, jabatan Kristus, dan barangkali juga masalah lainnya. Firman Allah cenderung umtuk menyajikan relasi secara persvektival karena firman Allah mencerminkan mencerminkan nature Allah sendiri dimana Allah adalah satu Allah dalam tiga pribadi yang merupakan banyak atribut dalam satu keallahan-satu yang kekal dan banyak.  Tidak satupun dari oknum ini mendahului yang lainnya, semuanya sama-sama bersifat kekal, final, mutlak, penuh keagungan. Tidak satu pun dari atribut mendahului yang lainnya masing-masing bersifat ilahi, tidak terpisahkan, dan perlu untuk keilahian Allah,
Pokok utama dari argumentasi perspektivisme yang mempertahankan otoritas mutlak dari kitab suci secara keseluruhan terhadap semua kepura-puraan teolog. Teologi merupakan karya manusia yang bias salah walaupun memiliki kepastian,

  1. Eksegesis Konstektual

Pada bagian sebelumnya perhatian tradisional terhadap eksegesis konstektual dan secara khusus keprihatinan untuk menghubungkan semua kitab suci dedngan Kristus dan karya penebusan-Nya. Beberapa bahaya  dalam membicarakan konteks antara lain:

    1. Eksegesis Kalimat
Pertama-tama eksegesis kontekstual berarti kata-kata harus ditafsirkan dalam konteks kalimat dimana kata-kata tersebut menjadi bagiannya. Para teolog telah meninggalkan konsep wahyu proposisi yang membutuhkan beberapa sumber kebenaran teologis dalam Alkitab selain proposisi Alkitab. Untuk mengem,bangkan teologi di luar mereka dapat menemukan kebenaran teologis dalam istilah teologi biblika dan konsep yang menggarfis bawahi dan bukan kalimat dalam Alkitab.

    1. Konteks Ganda
Eksegesis kontekstual mempunyai banyak tingkatan dan banyak relasi penting antara unit bahasa serta relasi antara unit bahasa dan realitas ektra linguistik yang harus dibahas.

    1. Teks Acuan
Teks acuan adalah referensi kitab suci yang dimaksudkan untuk menunjukkan dasar dari pernyataan teologis tertentu. Teks acuan kadang-kadang disqalahgunakan dalam arti konstektualnya diselewengkan dalam usaha untuk menggunakan dan mendukung pengajaran yang sebenarnya tidak mereka dukung.

    1. Eksamplarisme
Penggunaan tokoh dalam Alkitab sebagai teladan untuk kehidupan kita, tidak semua yang dilakukan seorang tokoh Alkitab normative untuk kita. Yang menjadi masalah mendasar adalah mengambil tokoh dalam kitab suci yang membenarkan tindakan untuk menggunakan contoh dalam khotbah.

    1. Kekayaan Pengertian Kitab Suci
Sebuah teks membentuk teks logis yang tidak terbatas. Dengan demikian kitab suci kadang menggunakan kitab suci dengan cara yang mengherankan.


    1. Teks Dan Telos
Tujuan bersesuaian dengan arti dari penggunaanya secara logis. Dengan demikian pada khotbah dimana kita berusaha untuk menjelaskan arti sebenarnya dari teks, tujuan yang mula-mula harus memainkan peranan utama.


  1. Penggunaan Kitab Suci

Kekayaan arti kitab suci dan tujuannya mengarahkan kita untuk mempertimbangkan keanekaragaman isi dsan tujuan kitab suci yang mendorong timbulnya keanekaragaman yang bersesuaian dengan teologi.

    1. Keanekaragaman  Bahasa Alkitab
Orang Kristen ortodoks cenderung untuk mengatakan bahwa kitab suci memiliki otoritas dalam konteks proposionalnya yang disampaikan dalam doktrinnya, karena kitab suci merupakan wahana wahyu yang proposional tetapi wahana wahyu dari banyak jenis lainnya.

    1. Bentuk-Bentuk Literatur
Keanekaragamn literatur kitab suci memiliki ciri-ciri perpektival. Kitab suci berisi narasi, hukum, sajak, hikmat, nubuat, wahyu, perjanjian, perumpamaan,surat rasul-rasul, dan berbagai kategori lain yang lebih khusus. Karena bentuk literatur ini memberikan kemungkinan modedl-modedl teologi kepada kita. Tidak ada alas an teologi yang tidak boleh mengambil bentuk sajak, sebab sxajak merupakan sarana penerapan yang efektif dan bahkan didapatkan dalam kitab suci.

    1. Sikap Berbicara
Sikap berbicara merupakan sebuah bentuk otoritas Alkitab. Sikap berbicara dapat dilihat dalam relasi perspektif atau terhadap yang lain dimana seluruh kitab menyatakan, meragukan, memuji, menjanjikan dan mengungkapkan sikap Allah dan sedbagainya.

    1. Gambar, Jendela Dan Cermin
Kitab suci merupakan objek dari analisis literatur yang menganalisa karakteristik sebuah lukisan metafora kitab suci sebagai gambar. Kitab dilihat sebagai sarana untuk menunjukkan tindakan Allah yang berfkuasa kapada kita sepanjang sejarah demi keselamatan kita. Kitab suci juga sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan sendiri, menjawab pertanyaan topik yang menjadi perhatian kita.

    1. Bidang Aplikasi
Ada beranekaragam kehidupan manusia dimana kitab suci dapat diterapkan pada bisnis, politik, musik, seni, ekonomi, dan ilmu pengetahuan, dan juga kfotbah, ibadah, penginjilan dan sebagainya. Kitab suci berhak untuk menentukan keputusan akhir yang tidak mengesampingkan melainkan memerlukan penggunaan kata teologi di luar kitab suci dan dalam bidang pemikiran lainnya.

  1. Program Teologi Tradisional

Bentuk teologi tdadisional adalah eksegesis, Alkitab, sistematika, praktis. Bentuknya digambarkan sebagai pembagian atau aliran teologi yang cenderung memisahkan disiplin ilmu satu dengan yang lain.

    1. Teologis Eksegesi
Dalam teologi eksegesis, fokusnya adalah bacaan khusus kitab suci. Teologi eksegesisi membahas berbagai teks yang beraneka ragam panjangnya: satu ayat, satu kitab, satu perjanjian, seluruh Alkitab.

    1. Teologi Biblika
Teologi biblika mempelajari sejarah relasi Allah dengsan makhluk ciptaan-Nya sebelum penebusan dan penyempurnaan. Teologi biblika menunjukkan kepada kita secara mengherankan bagaimana berbagai aspek kitab suci menyatu menjadi keseluruhan yang tunggal dan berkaitan secara logis. Dengan demikian teologi mengarahkan kita untuk melihat perjanjian lama bukan hanya sebagai hukum dan penggunaan hakiman tetapi dengan injil. Teologi biblika untuk khotbah harus diseimbangkan dengan penelitian serupa yang dibuat mengenai teologi eksegesis dfan teologi sistematis.

    1. Teologi Sistematika
Teologi sistematis berusaha untuk menerapkan kitab suci sebagai keseluruhan. Jika teologi eksegesis memusatkan perhatian pada bacaan-bacaan khusus dan teologi biblika memusatkan perhatian pada ciri-ciri historis dari kitab suci, maka teologi sistematik berusaha untuk mengemukakan semua aspek kitab suci bersamaan atau melakukan sintesa terhadapnya. Teologi adalah aplikasi, teologi sistematis tergantung pada teologi eksegesis dan teologi biblikal. Dengan demikian ketiga bentuk teologi yaitu teologi eksegesis, teologi Alkitab, dan teologi sistematis saling bergantungan dan berkaitan serta ketiganya saling mencakup, bentuk-bentuknya merupakan persxpektif pada teologi dan bukan disiplin ilmu berdiri sendiri. Teologi sistematika merupakan disiplin ilmu yang terbuka luas.

    1. Teologi Praktikal
Teologi praktikal sebagai ilmu mengkomunikasikan firman Allah dan apa yang diajarkan oleh seluruh kitab mengenai bagimana cara yang paling baik bagi kita untuk mengkomunikasikan firman Allah.


7. PERSPEKTIF SITUASIONAL-BAHASA SEBAGAI ALAT TEOLOGI

Pada  bagian ini memusatkan perhatian ketidakjelasan dalam bahasa teologi dengan relasi khusus pada istilah-istilah teknis, perbedaan analogis dan analogi.




A.    Ketidak Jelasan Dalam Bahasa


Allah mengetahui dan dapat mengungkapkan secara tepat semua fakta dalam alam semesta. Ini berarti kita menyangkal kemampuan bahasa manusia untuk menyatakan kebenaran. Ketidakjelasan dalam bahasa dan pemahaman kita akan bahasa itu berasal dari beberapa sumber yaitu:
1)      Memilah-milah dengan cara yang berbeda,
2)      Jenis-jenis natural walaupun kita defenisikan jenis natural, definisi ini tidak mutlak, kemiripan keluarga, tidak ada jalan untuk memnuat sebuah figur sepanjang waktu dan dalam semua kasus, dengan demikian sulit untuk mendefenisikan kata permainan secara tepat menyatakan intinya atau mengatakan apa arti sesungguhnya dari permainan itu.
3)      Arti dan penggunaan kita mengeerti sebuah kata tetapi tidak dapat mengatakan arti kata itu. Sebuah penggunaan sulit untuk diuraikan dalam kata-kata dan seandainya hal ini dapat dilakukan, maka kata-kata yang digunakan untuk menguraikan itu pun harus dipelajari melalui penggunaanya. Dan ini merupakan alasan  lain dari ketidakjelasan bahasa, sulit untuk mengatakan arti sebuah istilah karena arti pada dasarnya merupakan hasil dari penggunaan dan bukan sebuah definisi.
4)      Perubahan bahasa, alas an ketidakjelasan alainnya adalah karena bahasa terus berubah,
5)      Abstraksi, istilah abstraksi tidak jelas karena alasan lain, bahasa tersebut tidak mungkin dikenal oleh umat manusia, dengan demikian dalam pengertian yang mendalam bahasa tidak jelas,
6)      Ketidak jelasan yang disengaja.

  1. Ketidak Jelasan Dalam Kitab Suci

Kitab suci juga tidak jelas dalam hal tertentu Allah mengizinkan ketidak jelasan di dalam firman-Nya, tetapi tujuan Allah dalam kitab suci adalah untuk berkomunikasi bukan untuk mengungkapkan kebenaran dalam bentuk yang setepat-tepatnya,

  1. Istilah Teknis

Para teolog secara tradisional telah berusaha untuk mengurangi ketidakjelasan dengan menggunakan istilah teknis Alkitab secara tidak jelas mengajarkan bahwa Allah merupakan substansi dan memiliki tiga pribadi tetapiu Allah dengan jelas mengajarkan bahwa Allah merupakan satu oknum. Namun, ketika kita menggunakannya kita tidak berhak mengatakan bahwa kita telah menemukan arti yang sesungguhnya sebagaimana yang diungkapkan oleh kitab suci.

  1. Metafora, Analogi, Model

Sebuah sumber ketidakjelasan dalam kitab suci dan teologi adalah seringnya digunakan bahasa figuratif maupun bahwa bahasa semacam itu merupakan cara yang bermanfaat ubtuk menyampaikan kebenaran karena sangat tepat jika teologi juga menggunakannya. Penggunaan metafora dapat dibatasi dan dinyatakan dengan jelas dalam konteks, dan metafora juga sangat bermanfaat tetapi tidak terlalu perlu, karena metafora bisa menyesatkan konteks lainnya0dan metafora dapat dijelaskan dalam bahasa yang lebih literal.
Tidak semua bahasa manusia mengenai Allah bersifat figuratif, kita tidak dapat berbicara tentang Allah secara literal. Walaupun demikian analogi antara makhluk dan Allah masuk ke dalam bahasa kita. Tetapi kita harus berhati-hati untuk tidak terlalu menekankan anologi atau menyangkal kelogisannya sama sekali. Beberapa metafora telah sering menyesatkan para teolog dan hal ini harus diungkapkan tentang analogi Allah dan keberadaannya.

  1. Kata Negatif Dalam Teologi

Pesan yang mendasar dari kitab suci seringkali juga berbicara negatif mengkontraskan derngan kesalahan dan dosa yang membicarakan penghukuman Allahj terhadap ketidak percayaan dan memperingatkan orang beriman terhadap pengajaran yang palsu, sehingga menyebabkan ketidakjelasan dalam teologi.


  1. Kontras, Variasi, Distribusi

Kontras mengidentifikasikan makna dari sebuah istilah melalui perbedaannya dengan istilah-istilah lainnya, variasi menunjukkan perubahan yang mungkin terjadi pada sebuah ungkapan padahal uangkapan tersebut sesungguhnya tetap sama, distribusi mengidentifikasikan konteks dimana ungkapan tersebut secara khusus berfungsi.

  1. Kekaburan Sistematik Dalam Pandangan Nonortodoksi

Sumber ketidakjelasan adalah mengkontraskan pandangan Kristen dan nonkristen mengenai transendensi dan imanuensi, irasionalisme dengan pandangan.

  1. Label-Label

Pemerintah label itu penting untuk belajar. Pendidikan merupakan proses mempelajari pemberian label terhadap benda-benda. Jika tidak diizinkan untuk menggunakan label-label kita hanya dapat berbicara sedikit saja.

  1. Moral-Moral Dalam Ketidak Jelasan

Ketidakjelasan dalam teologi tidak dapat dihindari sepenuhnya, tetapi demi komunikasi yang lebih baik kita perlu mengurangi makna kata ganda atau setidaknya menjelaskan kepada para pendengar kita dimana ketidakjelasan tersebut terjadi dalam kesalahpahaman yang timbul karena melakukan penilaian atas dasar yang sesungguhnya dikatakan Alkitab. Misalnya istilah kehendak bebas perbedaan kualitatif.


  1. Bahasa Dan Realitas

Apa yang nyata adalah apa yang dapat dikatakan dan apa yang dapat dinyatakan itu nyata. Studi bahasa dalam mengungkapkan apa yang dapat dibicarakan, dengan demikian studi bahasa mengungkapkan natur yang mendasar dari dunia.

  1. Bahasa Dan Kemanusiaan

Bahasa adalah sebuah unsur yang sangat penting dari gambar Allah yang menurut itulah kita diciptakan. Bahasa menyatakan kemiripan manusia dengan Allah dan bahasa yang membedakan kita dari binatang dbahasa itu sangat penting untuk kehidupan manusia sebagai alat komunikasi.

8. PERSFEKTIF SITUASIONAL-LOGIKA SEBAGAI ALAT TEOLOGI

Logika memiliki keterbatasan, tetapi merupakan alat yang sangat berharga untuk teologi yang seharusnya kita gunakan tanpa rasa malu. Sebagai alat, logika jelas tidak lebih berbahaya dibandingkan dengan bahasa atau sejarah, dan tidak kalah pentingnya bagi teologi dibandingkan dengan keduanya. Logika berada pada kedudukan yang hampir sama denga linguistik dan sejarah dimana sebuah disiplin ilmu yang memberikan informasi yang berguna bagi kita dalam aplikasi kitab suci.

A.    Apakah Logika Itu?


Logika dapat diartikan sebagai berikut:
1.      Ilmu tentang argumentasi, pada dasarnya logika yang menganalisa dan mengevaluasi aktivitas manusia yang dikenal sebagai argumentasi.
2.      Alat hermeneutika, yaitu alat untuk membantu manusia dalam penafsiran Alkitab.
3.      Ilmu tentang komitmen, kita harus merasa bahwa jika kita menerima premis dari sebuah argumentasi yang akan membuat kita juga menerima kesimpulan.

  1. Kepastian Dari Logika

Hukum logika tampaknya memiliki kepastian yang khas, dan hukum logika serupa dengan hukum matematika. Yang membuat logika pasti ialah gagasan batin dan konvensi.

  1. Justifikasi Alkitab Mengenai Penggunaan Alkitab Dalam Teologi

Sebuah system logika lengkap dapat dikembangkan dari bentuk argumentasi normatif yang ditemukan dalam kitab susi, hal inilah yang menunjukkan secara lebih jelas dasar logika adalah kitab suci.

  1. Keterbatasan Logika

Logika memiliki keterbatasan, oleh sebab itu ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam keterbatasan tersebut, yaitu: kemungkinan salah, artinya logika manusia bisa saja salah. Ketidaklengkapan, yaitu system logika formal yang tidak lengkap dalam beberapa hal yang penting. Tidak cukup bukti, yaitu kita tidak dapat mempelajari semua hal yang kita ketahui melalui bukti logika. Hal-hal yang tampak berkontradiksi, yaitu banyak hal yang tampaknya berkontradiksi jika dilihat lebih dekat. Keterbatasan prinsip nonberkontradiksi, yaitu logika dapat menyelidiki konsistensi dan implikasi hanya dalam sirtuasi yang relatif tidak berubah. Teknologi teknis, yaitu teknis yang berbeda-beda  artinya dalam kehidupan sehari-hari. Hukum hanya dua pilihan, yaitu logika bisa salah, logika bisa tergantung pada bidang ilmu dan alat-alat lainnya, logika juga tidak lengkap, kadang-kadang menyimpang dari konsep yang digunakan dan tidak selalu bersifat menentu.

  1. Urutan Yang Logis

Prioritas dan urutan biasanya digunakan sehubungan dengan waktu, dalam pengertian literal biasanya yang kita maksudkan adalah lebih dulu dalam hal waktu, tetapi urutan dan prioritasnya dalam hal waktu digunakan secara metafora dan denga demikian memiliki semua keterbatasan metafora. Ada beberapa hubungan yang lainnya yang dapat digambarkan dengan urutan logis yaitu: jenis urutan yang berbeda, premis sebagai dasar kesimpulan, kondisionalitas yang dapat diperlukan, kondisionaslitas yang memadai, relasi sebagai keseluruhan, prioritas teologis, kausalitas yang diantisipasi, kausalitas moral atau legal, prioritas presuposisi, prioritas instrumental, dan prioritas pedagosis.

  1. Implikasi Mutual Di Antara Doktrin-Doktrin

Firman Allah merupakan suatu yang menabjubkan, dan sementara kita memdbaca dalam iman, kita juga mulai melihat dengan cara bagaimana bagian-bagiannya saling berhubungan dan menyaksikan penulisan yang ilahi. Masing-masing doktrin mengungkapkan hubungan intim dengan semua doktrin lainnya sehingga doktrin menjadi satu perspektif atas seluruh berita Akitab.

G.    Pencarian Bukti


Seringkali dalam argumentasi teologi, yang penting untuk mencari bukti-bukti yaitu:
1.            Babtisan, perjanjian baru relatif  mengatakan apapun tentang masalah ini dimana kita dihadapkan dengan dua pendekatan alternatif.
2.            Aborsi, memerlukan bukti-bukti kehidupan dan keberadaan sebelum menjadi manusia.

  1. Beberapa Jenis Argumentasi

1.      Deduksi, yaitu sebuah argumentasi deduktif yang menyatakan bahwa premisnya mengandung kesimpulan, karena premisnya benar maka pastilah keimpulannya benar.
2.      Induksi, yaitu sebuah argumentasi induktif yang tidak menyatakan bahwa premis membuat kesimpulan mungkin terjadi, dan dimulai dengan fakta-fakta dan alas an tertentu yang menimbulkan kemungkinan kesimpulan umum.
3.      Reduction Adabsurdum, yaitu pengurangan pandangan yang yang berlawanan secara besar-besaran yang menunjukkan sebuah proses yang logis.
4.      Dilema, yaitu reductio ganda yang berusaha untuk menunjukkan bahwa pandangan yang bertentangna akan menimbulkan salah satu dari dua konsekuensi yang tidak diinginkan.
5.      Afortiori, yaitu argumrntasi dari yang yang kecil ke yang besar, contohnya bahwa jika hukum perjanjian lama bersifat mengikat dan pelanggaran terhadapnya akan dihukum, maka secara tidak langsung pemberontakan terhadap kovenan baru pasat akan dihukum, tetapi tidak semua a portiori itu logis.
6.      Argumentasi yang lemah adalah argumentasi yang kurang berbobot, tetapi memiliki sedikit nilai penegasan, karena itu relatif tidak meyakinkan bagi orang-orang yang menolak kesimpulan tersebut.

  1. Kesalahan-Kesalahan

1.      kesimpulan yang tidak relevan, yaitu manusia harus mengacu pada penggunaan argumentasi untuk mendapatkan satu kesimpulan secara tidak relevan menjadi relevan.
2.      Kekuatan ancaman, yaitu merupakan bentuk khusus untuk kesalahan yang tidak adanya relevansi dan argumentasi yang didasarkan pada ancaman bukanlah argumentasi yang kuat.
3.      Argumentasi komperatif ad hominem, yaitu yang ditunjukkan pada seseorang yang bukan pada sesbuah kesimpulan.
4.      Bentuk argumentasi kesimpulan yang tidak relevan, merupakan bentuk ad hominem yang yang disebut komperatif dan disebut juga melecahkan.
5.      Argumentasi ad hominem dalam kondisi positif, yaitu yang mendesak para pendengar untuk memperzcayai sebuah proposisi dalil yang berdasarkan situasi yang khusus.
6.      Argumentasi ad hominem dalam kondisi negatif, yaituf mengatakan bahawa pandangan seseorang itu salah karena keadaannya yang khusus.
7.      Argumentasi berdasarkan ketidaktahuan, yaitu sesuatu yang benar karena buktinya yang benar. Atau sebaliknya, sesuatu itu salah karena buktinya salah. Pengandalan pada belasa kasihan disebut ad micoricordiam yaitu kemurahan hati Kristen yang dijadikan alas an bersikap longgar dalam disiplin gereja.
8.      Pengandalan dalam emosi yaitu yang dikenal sebagai ad populum pada emosi yang bukanhanya mencakup belas kasihan saja melainkan berbagai macam emosi lainnya dimana jika seseorang memiliki gagasan baru ia menggunakan kata-kata positif dengan emosi untuk menggambarkannya.
9.      Pengandalan otoritas yang merupakan satu kesalahandalam pengertian bahwa hal itu tidak selalu menghasilkan kesimpulan yang diperdebatkan.
10.  Penyebab yang salah, meliba tkan konsep kualitas.
11.  Kesalahan genetik mengasumsikan kemiripan antar sebuah keadaan saat ini dengan keadaan sebelumnya.
12.  Kerancuan pengertian kausalitas memiliki beberapa arti yang berbeda, yaitu efisien, final, formal, dan material
13.  Kerancuan antara kausalitas tunggal dan kausalitas yang olebih dari satu (plural)
14.  Pertanyaan yang kompleks merupakan pembahasan tentang kesalahan-kesalahan yang berhubungan dengan pertanyaan yang kompleks.
15.  Kalimat rancu, merupakan sebuah implikasi yang benar yang harus kita gunakan istilah yang relevan dengan pengertian yang sama sepanjang argumentasi.
16.  Amphiboli adalah kekaburan erti yang timbul dari data bahasa.
17.   Aksen adlah ketidakjelasan dalam penekanan kata yang teregantung pada penekanan suara kita.
18.  Komposisi adalah apa yang benar untuk sebagian yang dinyatakan benar bagi keseluruhan yang benar untuk satu individu yang dinyatakan benar oleh sekelompok individu lainnya.
19.  Divisi adalah apa yang benar untuk keseluruhan juga benar untuk bagian-bagiannya.
20.  Menyangkal kalimant pendahulu.
21.  Menegaskan konsekuensi yaitu argumentasi yang memiliki bentuk jika p maka q. Allah memanggil kita untuk berfikir sesuai dengan kebenaran yang mengemukakan sebuah argumentasi yang meyakinkan.



9. PERSPEKTIF SITUASIONAL-SEJARAH ILMU PENGETAHUAN DAN FILSAFAT SEBAGAI ALAT TEOLOGI

A.    Sejarah


Kekristenan merupakan agama yang berisi fakta sejarah, dan kekristenan difakuskan pada peristiwa sejarah tentang inkarnasi Yesus Kristus, yaitu: kematian, kebangkitan, kenaikan Yesus Kristus ke sorga, dan datangnya Roh Kudus pada ahari pentakosta, karena itu kekristenan berkaitan dengan sejarah. Ada dua sejarah kuno yang perlu diperhatikan, yaitu:

1.      Sejarah Kuno Artkeolog, yaitu disiplin ilmu penting yang membantu kita untuk memahami makna Alkitab dan bukti rehabilitasnya.
2.      Sejarah Gereja-Teologi Sejarah
Peranan tradisi dan redo yaitu:
                    i.      Tradisi, mencakup pengajaran dan aktivitas gereja sampai pada masa kini.
                  ii.      Kredo, menguraikan kepada orang lain apa yang kita percayai.
                iii.      Ortodoksi, sebuah kredo yang sempurna harus memiliki otoritas yang sama dengan kitab suci. Tidak ada criteria ortodoksi yang sama yang dapat digunakan untuk selamanya, dan criteria yang selalu merupakan aplikasi dari kitab suci terhadap situasi yang seslalu berubah.
                iv.      Kemajuan dalam teologi, yaitu teologi menjadi maju dengan menerapkan firman Tuhan setiap situasi yang ditemukan.
                  v.      Subkrifsi.
                vi.      Pengakuan dan teologi, semua teologi menggambarkan pengakuan pribadi.
              vii.      Sejarah gereja dan teologi sejarah, yaitu para ahli sejarah berusaha menafsirkan, menganalisis, dan mengevaluasi  peristiwa dan fakta-fakta pada gereja pada masa lalu dan semua fakta merupakan hal dari penafsiran.
            viii.      Dogmatic adalah sinonim untuk teologi sistematika.


B.     Ilmu Pengetahuan


Ilmu pengetahuan membantu kita untuk menerapkan dan juga menafsirkan kitab suci, dimana manusia dapat belajar banyak dari ilmu pengetahuan karena ilmu pengetahuan dapat membimbing kita untuk mempertimbangkan kebenaran penafsiran tentang kitab suci, yang membantu aplikasi dengan menggambarkan situasi dimana kitab diterapkan, dijalani, dan dinyatakan melalui kata-kata.

  1. Filsafat

Pokok-pokok tentang filsafat hampir parallel dengan pokok-pokok tentang ilmu pengetahuan, dimana filsafat perlu mengalami reformasi dibandingkan dengan ilmu pengetahuan. Segala sesuatu yang dikatakan oleh filsuf nonkristen itu belum tentu salah, dimana teolog yang cerdas dan berjalan atas dasar Alkitab yang dapat mengambil manfaat dari pandangan para filsuf nonkristen.

10. PERSPEKTIF EKSISTENSIAL-KUALIFIKASI-KUALIFIKASI SEORANG TEOLOG

A.    Personalisme Teologi


Orang-orang yang melihat anologi antara teologi dan ilmu pengetahuan atau memandang teologi sebagai disiplin akademis tradisional.

  1. Hati

Pengetahuan tentang Allah adalah p[engetahuan tentang hati. Kitab suci menggambarkan kitab suci hati sebagai sumber pemikiran, kehendak, sikap dan kata-kata. Dengan demikian, rusaknya hati berarti terlepas dan tidak memiliki pengetahuan akan hal-hal tentang Allah. Sebuah implikasi dan fakta adalah bahwa pengetahuan orang percaya tentang Allah tidak terpisahkan dari kesalehan karakternya.

  1. Karakter Teolog-Etika Teologi

Klasifikasi untuk para guru dalam kitab suci yang terutama adalah kualitas karakter dan patut meneladani paulus dan akhirnya Yesusu sendiri. Pengajaran kitab suci paling baik dilakukan melalui perkataan dan perbuatan secara bersama-sama.

  1. Kemampuan Teologi-Keterampilan Teologi

Pengetahuan teologi merupakan pengetahuan yang didapatkan oleh manusia yang untuk menimbulkan pertanyaan mengenai hubungan antar persatuan dan keanekaragaman dalam kepribadian manusia. Secara tradisional, para teolog dan para filsuf telah membedakan antara berbagai pancaindera dalam pikiran manusia yaitu: akal, kehendak, emosi, imajinasi, persepsi, kebiasaan dan keterampilan, serta intuisi.


11. METODE APOLOGETIKA

Apologetika merupakan cabang dari teologi yang digunakan oleh apolos dan dibenarkan oleh kitab suci, maka dua dikategorikan menjadi umum yaitu apologetika defensif, pembelaan iman Kristen dan terhadap keberatan orang tidak percaya, dan apologetika ofensif yaitu serangan orang Kristen terhadap pemikiran dan kehidupan.

A.    Apologetika Defensif


Orang tidak percaya mengajukan keberatan, kemudian orang memberi tanggapan. Tiga cara untuk menolong seorang pencari kebenaran yaiu:

1.      Perpektif Normatif
Seorang apologetis perlu memiliki pengertian yang baik tentang kitab suci dan dapat menggunakan secara tepat dan kreatif. Banyak keberatan dari orang tidak percaya terhadap kekristenan yang  ada kaitannya dengan kitan suci. Ketika sebuah keberatan diajukan orang Kristen dapat menanyakan apakah masalah tersebut dibahas dalam kitab suci dan jika demikian bagaimana kita membahasanya. Selalu penting untuk menjelaskan kepada orang tidak percaya apa sumber otoritas kita tertinggi. Akhirnya, ketika orang mengajukan keberatan terhadap kekristenan kita tidak harus selalu memiliki jawaban atas keberatan tersebut.

2.      Perspektif Situasional
Orang tidak percaya tidak memiliki hak untuk menentukan bukti karena ia telah memiliki sebuah bukti yang diperlukan melalui pernyataan Allah yang jelas lewat alam, kitab suci dari diri-Nya sendiri.

3.Perspektif Eksistensial
Tidak semua argumentasi logis dapat meyakinkan individu atau kelompok tertentu, maka kita lebih baik menghadapi dengan penuh kasih berusaha untuk mema\hami kebutuhan secara khusus dan menggambarkan argumentasi yang kita arahkan untuk memenuhi kebutuhan dan ada saatnya membawa kita untuk memperoleh karya Roh Kudus. Karakter dan apologis, apologetika harus dijiwai oleh rasa ketuhanan dan kelemahlembutan dan rasa hormat.

  1. Apologetika Ofensif

Sertangan Kristen terhadap pemikiran dan kehidupan orang tidak percaya. Orang Kristen diperintahkan untuk berbalik menyerang musuh-musuh Allah. Sesungguhnya peranan ini dilakukan oleh Tuhan sendiri sebagi jaksa penuntut umum dalam pengajuan perkara perjanjian Allah melawan umat-Nya yang tidak setia dan dilakukannya ketika Dia kembali lagi nantinya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar