I. PENDAHULUAN
Alkitab merupakan hasil tulisan manusia, namun Alkitab
memiliki suatu ciri khas, yaitu diilhamkan oleh Allah. Inilah yang memebedakan
Alkitab dengan tulisan-tulisan manusia lainnya. Jika manusia ingin mengenal
Allah secara intim, maka hendaklah manusia tersebut harus memahami isi Alkitab
secara mendalam dan teliti. Alkitab adalah nama kumpulan kitab-kitab yang
diakui sebagai kanonik, dan diakui sebagai Firman Allah oleh gereja Kristen.[1]
Kata “Alkitab” dalam bahasa yunani adalah biblos, yang artinya “kitab
yang Agung”. [2]
Alkitab merupakan tulisan yang berisikan kebenaran dan
tidak ada yang salah karena Alkitab itu diilhamkan oleh Allah secara ilahi. Hal
ini terbukti secara mutlak dan universal serta tidak dibatasi dengan waktu dan
tempat sehingga isinya tidak ada yang salah. Alkitab tidak salah karena Alkitab
diilhamkan Allah dan ditulis oleh seorang yang berasal dari Allah dimana
penulis Alkitab tersebut berada di bawah kuasa Allah.
Alkitab adalah Firman Tuhan yang diilhamkan, kita dapat menyimpulkan
bahwa Alkitab adalah tanpa salah dan berotoritas. Pandangan yang benar terhadap
Tuhan akan menuntun pada pandangan yang benar terhadap FirmanNya. Karena Allah
adalah Mahakuasa, Mahatahu, dan sepenuhnya sempurna, FirmanNya akan memiliki
karakteristik yang sama. Ayat-ayat yang sama yang menegakkan pengilhaman
Alkitab juga meneguhkan bahwa Alkitab tidak ada salahnya dan berotoritas. Tanpa
ragu Alkitab adalah sesuai dengan yang 5diklaim – tanpa dapat disangkal, Firman
Tuhan yang berotorits yang ditujukan kepada manusia.
Dalam paper ini, penulis menjelaskan bahwa Alkitab nyata diilhamkan
oleh Allah dan penjelasan mengenai doktrin yang benar mengenai pengilhaman
Alkitab., karena telah banyak terjadi penyimpangan tentang doktrin, juga
tentang implikasi pengilhaman, teori-teori pengilhaman. dan akibat dari
pengilhaman.
II. PENGILHAMAN ALKITAB
Definisi Pengilhaman
Pengilhaman memiliki istilah inspirasi yang artinya
adalah tuntunan atau pengaruh supra natural dari Roh Allah dan pikiran para
penulis Alkitab sehingga hal tersebut menjadikan tulisan-tulisan yang
dihasilkan mereka sebagai catatan yang progresif dan berotoritas dari wahyu dan
kehendak Allah.[3] Pengilhaman
dan pewahyuan tidak dapat dipisahkan. Kata “diilhamkan” dalam Alkitab memiliki
arti yang lebih dalam lagi, yaitu “diwahyukan”, dimana pengilhaman tidak dapat
dipisahkan dengan pewahyuan. Fakta bahwa Alkitab diilhamkan sama sekali tidak
bergantung pada masalah apakah Alkitab itu diterima oleh manusia atau tidak.
Penggunaan kata “diilhamkan” dalam Alkitab hanya digunakan satu kali oleh Rasul
Paulus, di dalam suratnya yang kedua kepada Timotius. Hal itu menunjukkan bahwa
pengilhaman Alkitab bukan didasarkan atas respons para pendengarnya, atau atas
pengalaman subjektif para penulisnya, melainkan atas fakta bahwa “segala
tulisan dihembuskan Allah”. Inilah arti harafiah kata yang diterjemahkan
“diilhamkan itu”. Jadi, kitab suci mengklaim bahwa keberadaannya bukan hanya
memberi ilham melalui suatu cara tertentu, atau ditulis oleh orang-orang yang
mendapat ilham dari Allah, melainkan bahwa kitab suci itu sendiri seluruhnya
“dihembuskan oleh Allah”.
Ilham diartikan sebagai pengaruh supraalami dari Roh
Allah pada penulis-penulis Alkitab, yang menjamin bahwa segala yang mereka
tuliskan adalah apa yang dikehendaki Allah dan apa yang telah disepakati dengan
Allah untuk mereka tuliskan guna memberikan kebenaran Allah. Karena itu, dengan
tepat apa yang mereka tuliskan disebut dengan “diilhamkan”, yang dalam bahasa
Yunaninya adalah “theopneustus”, harfiah, “dihembuskan oleh Allah” (II
Tim 3:16). Karena Alkitab ditulis dan dinyatakan Allah dan terdapat pekerjaan
Roh Kudus di dalamnya, maka dalam pengilhaman Alkitab terdapat kesaksian
Kristus dan kesaksian Roh Kudus. Sikap imam dalam hal ajaran ilham Alkitab,
seperti dalam hal segala ajaran, adalah sikap menerima karena kesaksian Allah.
Kesaksian Allah bukan merupakan kesaksian fiksi, tetapi merupakan kesaksian
nyata yang sungguh-sungguh terjadi. Dengan kesaksian-kesaksian tersebut, setiap
umat percaya dapat yakin bahwa Allah memang berkuasa untuk melakukan segala
sesuatu yang dikatakannya dengan baik bagi kehidupan umat-Nya. Oleh karena itu,
umat Allah patut bersyukur memiliki Allah seperti itu, sebab tidak hanya dahulu
saja Ia menyelamatkan umat-Nya tetapi sekarang dan sampai selama-lamanya, Ia
akan terus-menerus menyelamatkan umat-Nya.
Pengilhaman berarti bahwa Allah yang disembah oleh orang
Kristen mengadakan hubungan dengan umat-Nya pada zaman dahulu seperti orang
Kristen sekarang yang dialami dalam ibadahnya: bahwa Allah hadir dalam
situasi-situasi konkret yang mereka alami, menurut pola-pola dan taraf-taraf
pemikiran waktu itu, Dia hadir dalam proses pembentukan tradisi mereka dalam
proses kristalisasi tradisi itu menjadi skriptura. Maka cara kelahiran-Nya pada
zaman itu tidak berbeda secara prinsip dengan cara yang masih digunakan tuhan
dalam memperkenalkan diri kepada manusia.[4]
Pengilhaman Alkitab menjamin bahwa pemberitaan kebenaran yang telah dinyatakan
pasti tidak salah. Ada anggapan bahwa tulisan yang sudah selesai adalah
“theopneustos”, tepat seperti apa yang dikehendaki Allah untuk mengumumkan
kebenaran tentang penyelamatan.
“Allah mengawasi sedemikian rupa sehingga para penulis
Alkitab itu menyusun dan mencatat tanpa kekeliruan pesan-Nya kepada manusia
dalam bentuk kata-kata pada penulisan aslinya”. Kata mengawasi memberikan
pekuang adanya warna-warni hubungan antara Allah dengan para penulis dan bahan
yang beragam. Pengawasannya kadang-kadang sangat langsung dan adakalanya
kurang, namun senantiasa meliputi penjagaan agar para penulis menulisnya dengan
teliti. Kata ‘menyusun’ menunjukkan bahwa para penulis bukanlah penulis steno
yang pasif yang sekadar mencatat apa yang Allah diktekan, tetapi justru sebagai
penulis yang aktif menyusun atau mengarang. Kata ‘tanpa keliru’ menyatakan
penegasan Alkitab sendiri sebagai kebenaran (Yoh. 17:17).[5]
Pengilhaman dikaitkan dengan tulisan aslinya, bukan dengan salinan ataupun
terjemahan bagaimanapun telitinya.
Terdapat istilah ‘ keilhaman-harfiah’, istilah ini
mengandung suatu konsep bahwa Alkitab tidak hanya diilhamkan dalam garis-garis
besarnya, yaitu tidak hanya dalam ide-ide atau berita yang terkandung di
dalamnya, melainkan juga bahwa bentuk harafiah Alkitab itu, baik urutan kata
maupun urutan kalimat, diilhamkan oleh
Allah secara teliti. Maka dapat dikatakan bahwa seratus persen Alkitab bebas
dari kesalahan. Dengan demikian terciptalah kesan bahwa kata-kata Alkitab dalam
rumusannya yang ‘sah’ itu dapat dikenakan secara langsung, sebagi jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan dalam bidang iman dan etika. [6]
Penyimpangan Doktrin Pengilhaman Yang Alkitabiah
Penyimpangan-penyimpangan dari doktrin pengilhaman yang Alkitabiah,
yaitu:[7]
1.
Pengilhaman alamiah, memandang
para penulis Alkitab adqalah para jenius yang tidak memerlukan bantuan
adikodrati dalam menuliskan Alkitab.
2.
Pengilhaman dinamis atau mistis, memandang
para penulis lebih dari sekedar jenius alami tetapi juga dipenuhi Roh Kudus dan
dipimpin oleh Roh Kudus.
3.
Pengilhaman bertingkat,
mengatakan bahwa segenap Alkitab diilhamkan namun tidak sama derajatnya.
4.
Pengilhaman sebagian
mengajarkan bahwa memang sebagian Alkitab diilhamkan tetapi ada sebagian yang
tidak diilhamkan.
5.
Pengilhaman konsep, menganggap
pesan yang berwibawa diberikan secara konsepnya saja, tetapi pemakaian kata-katanya
bisa salah.
6.
Pengilhaman barthiah menganut
pandangan yang menyimpang dan berbahaya dan pandangan yang masih
dipropogandakan oleh banyak orang.
Doktrin Yang Benar Tentang Pengilhaman Alkitab
Pengilhaman merupakan suatu
bentuk yang spesifik dari pewahyuan ilahi, yang mana Allah melalui karya Roh
Kudus, memilih manusia untuk mencatat kebenaran-Nya yang dinyatakan dalam
bahasa manusia, sebagi firman yang tanpa salah dan tertulis bagi umat-Nya.
Dalam teologi, ini disebut sebagi proses akomodasi ilahi. Oleh karena itu,
pengilhaman dapat dikatakan sebagi
tindakan Allah yang penuh kasih, yang mana Allah menyatakan diri-Nya sendiri
kepada manusia.[8]
Doktrin pengilhaman bukan
merupakan sesuatu yang dipaksakan oleh para teolog terhadap Alkitab, tetapi
merupakan ajaran Alkitab sendiri, suatu kesimpulan yang didapat dari data yang
ada di dalamnya. Ada beberapa data yang relevan yang disuguhkan dalam Alkitab
dan berbicara kepada setiap orang percaya, yaitu:[9]
1.
II Timotius 3:16-17
2 Timotius 3:16-17, “Segala
tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk
menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam
kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi
untuk setiap perbuatan baik.” Ayat ini memberitahukan kita bahwa Allah
mengilhamkan Kitab Suci secara keseluruhan dan bahwa hal itu bermanfaat untuk
kita. Bukan hanya bagian Alkitab yang berhubungan dengan pengajaran-pengajaran
agama yang diilhamkan, namun setiap dan semua bagian, mulai dari Kejadian
sampai Wahyu, adalah benar-benar Firman Tuhan. Alkitab merupakan otoritas dalam
menentukan doktrin dan sudah cukup untuk mengajar manusia bagaimana dapat
memiliki relasi yang bernar dengan Allah, ”mendidik orang dalam kebenaran.”
Alkitab bukan hanya diilhamkan oleh Allah, namun juga mengubah kita dan membuat
kita ”sempurna,” diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik. Rasul
Pulus juga mengatakan bahwa semua tulisan (Yunani graphe), keseluruhan Alkitab
diilhamkan dengan berfaedah;segenap Alkitab dinapaskan Allah; dan segenap
Alkitab bermanfaat. Menurut penegasan-penegasan ini mengajarkan bahwa segenap
Alkitab dating dari Allah untuk menunjukkan kepada umat-Nya tentang cara hidup
mereka.
2.
II Petrus 1: 21
Ayat ini memberi tahu kita bahwa
“Tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh
Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.” Ayat ini menolong kita untuk
mengerti bahwa sekalipun manusia yang menuliskan Kitab Suci, kata-kata yang
mereka tuliskan adalah kata-kata Tuhan sendiri. Meskipun Tuhan memakai
orang-orang dengan keunikan pribadi dan gaya menulis yang berbeda-beda, Allah
mengilhamkan setiap kata yang mereka tuliskan. Yesus sendiri mengkonfirmasikan
pengilhaman Alkitab secara verbal dan menyeluruh ketika Dia berkata, “Janganlah
kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para
nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.
Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi
ini, satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya
terjadi” (Matius 5:17-18). Yesus meneguhkan keakuratan Alkitab bahkan sampai
deteil dan tanda baca yang terkecilpun – karena itu adalah kata-kata Tuhan
sendiri. Ayat ini memberitahukan dengan jelas tentang Allah dalam memakai
penulis manusiawi untuk menghasilkan Alkitab. Dan Roh Kudus mendorong atau
mengangkat mereka. Meskipu Roh Kudus adalah kekuatan yang memimpin dan yang
mengarahkan penulis agar tidak keliru, tetapi penulis juga harus memainkan perananya
sendiri secara aktif dalam menuliskan Alkitab.
3.
I Korintus 2: 13
Dalam ayat ini, Paulus mengatakan
bahwa wahyu Allah datang kepada umat-Nya yang mempunyai Roh dalam kata-kata dan
disampaikan oleh Roh Kudus. Tuhan memilih dan memakai hal-hal yang terbatas,
maka Ia pun menggambarkan hakekat keilahianNya dalam batas-batas yang
dipilihNya itu. melalui bahasa dan budaya manusia namun dalam hikmat Roh Allah,
firmanNya disampaikan kepada manusia
Implikasi Pengilhaman
Otoritas Alkitab
Otoritas Alkitab timbul karena adanya pengalaman
berpalingnya manusia kepada Allah. Setelah seseorang berpaling kepada Allah,
maka ia tidak bisa tidak harus tunduk kepada Alkitab yang merupakan firman
Allah yang berotoritas. Dalam II Timotius 3: 16-17, mengatakan bahwa Alkitab
memiliki otoritas mutlak, di mana dikatakan bahwa Allah adalah standar untuk
mengevaluasi dan memahami segala sesuatu yang lain. Alkitab berdiri sebagai
hakim dari segala sesuatu dan tidak pernah dihakimi oleh sumber lain apapun.
Alkitab berotoritas dalam masing-masing dan dalam setiap bidang kehidupan.
Alkitab memberikan wahyu kepada setiap bidang kehidupan dalam firman Allah
mengenai bagaimana seharusnya mereka berfungsi. Contohnya: keluarga (Kejadian
1: 26-28; 2: 24; Efesus 6: 1-4) berjalan sesuai dengan hokum keluarga, Gereja
(Matius 16: 17-19) berjalan sesuai dengan hokum Gereja, pemerintah sipil (Roma
1: 1-7) berjalan sesuai dengan hokum sipil dan organisasi bisnis/ ekonomi
(Efesus 6: 5-9; Kolose 3:22;4:1) berjalan sesuai dengan hokum ekonomi. Para
reformator dan aliran protestan pada umumnya, mengklaim bahwa tanpa Alkitab
tidak akan ada otoritas semu lain untuk eksis.[10]
Pandangan tentang otoritas yang menyingkirkan pandangan
tentang otoritas semu lainnya. Tradisi-tradisi manusia, aliran mistik
spiritual, pengalaman-pengalaman eksistensial, dan teologi ‘temuan/encounter’
relugius, semua ini diharamkan oleh prinsip ortodoks sola skriptura. Konsili-konsili
dan sinode-sinode gereja ortodoks juga ikut berpegang terus pada Alkitab, yang
dipandang sebagai satu-satunya sumber kebenaran. Semua harus diuji oleh standar
tertinggi ini (Yesaya 8: 20)[11]
Ketidakkeliruan
Alkitab
Ketidakkeliruan
Alkitab harus dapat diterima tanpa syarat karena Alkitab diilhamkan oleh Allah
dan Roh Kudus mengakuinya. Pengilhaman berhubungan dengan metode yang dipakai
Allah untuk mencatat isi tersebut dengan benar dalam Alkitab. Ketidakkeliruan
Alkitab adalah doktrin penting, jika disangkal atau diancarkan akan berbuahkan
kekeliruan dalam doktrin dan kehidupan. Ketidakkeliruan Alkitab sama seperti
inkarnasi di mana Allah mengambil kemanusiaan tetapi tidak dinodai sedikitpun
oleh dosa, demikianlah Alkitab yang dihasilkan tidak dinodai oleh kekeliruan.[12]
Secara esensial, infallibilitas (ketidakkeliruan)
Alkitab merupakan yang lebih menyeluruh yang di dalamnya terkandung juga konsep
inerransi Alkitab. Jika diperhatikan, inerransi Alkitab bertujuan untuk
mempertegas ide infabillitas Alkitab; sebaliknya infabillitas Alkitab menjamin
adanya inerransi Alkitab. Dalam ide infabillitas (ketidakkeliruan) firman
Allah, tergantung tiga unsur, yaitu:
1.
Alkitab adalah tidak memalsukan
dan tidak bersalah.
2.
Alkitab adalah tidak gagal dan
dapat dipercaya.
3.
Alkitab adalah tidak bersalah
dan merupakan kebenaran.[13]
Walaupun inerransi tidak berarti Alkitab harus ada
secara kronologis dalam kisah historis dan rincian atas kosmos, tetap secar
keseluruhan ide infallibilitas memasukkan ide inerransi. Meskipun demikian,
kedua ide teologis tersebut didasarkan pada pekerjaan Allah yang supranatural, di
mana manusia pilihan Allah diinspirasikan oleh Roh Kudus secara organic di
dalam konteksnya yang mula-mula, situasinya yang khusus, sehingga menghasilkan
Alkitab sebagai firman Allah, untuk semua orang di segala zaman.[14]
Dalam infallible,
otoritas Alkitab adalah tanpa cacat, tanpa cela, mutlak dan mencakup
seluruhnya. Alkitab tidak dapat dikontradiksikan, dilanggar, dabaikan, atau
dilawan dengan cara apapun tanpa mendapat hukuman. Sebagaimana juga dalam
inerrant, Alkitab mempunyai kualitas yang bebas dari kesalahan historis;
Alkitab tidak mungkin salah; Alkitab tidak mengatakan yang bertentangan dengan
kenyataan; Alkitab mencatat sejarah secara akurat dan sempurna.
Alkitab berasal
dari Allah, berarti Alkitab bebas dari kesalahan dan sangat diyakini bahwa
Alkitab tidak mungkin mengantar pembacanya ke dalam pendapat yang salah. Maka
Alkitab dapat dikatakan bebas dari kesalahan teologis. Berarti jika Alkitab
menjelaskan tentang kejadian-kejadian sejarah, maka kejadian itu
sungguh-sungguh terjadi, bukan suatu legenda. Dan apabila Alkitab menjelaskan
tentang keimanan dan moral, itu mutlak benar dan wajib diterima. Apabila
seseorang telah dapat menafsirkan Alkitab secara tepat, maka ia dapat melihat
kebenaran yang mutlak yang terdapat dalam Alkitab. Dalam buku karangna James
Barr, dikatakan bahwa orang fundamentalis menganggap ada keterkaitan antara
historis dan teologis saling memiliki keterkaitan, sehingga dia menyangkal jika
terjadi kesalahan historis maka secara teologis juga salah.
Ketaatan Pada Alkitab
Ketaatan merupakan cara umat Allah untuk menjadi
“pelaku-pelaku” firman dan bukan hanya sekedar “pendengar-pendengar” atau
“pembaca-pembaca” firman. Jika seseorang mau taat, berarti orang tersebut mau
menaklukkan diri kepada otoritas Alkitab. Yesus Kristus sendiri hidup dalam
kataatan dan rendah hati kepada firman Allah, menaati perintah-perintah-Nya dan
juga mempercayai janji-janji-Nya. Oleh karena itu, sebagi umat Allah tak ragu
lagi hidup dalam ketaatan, sebab dikatakan bahwa hamba tidaklah lebih besar daripada
tuannya.[15]
Umat Israel membuktikan kasih
mereka kepada Allah dengan menaati Dia, demikian hendaknya dengan umat Kristen
sekarang di mana mereka harus membuktikan kasihnya kepada Kristus melalui
ketaatannya pada perintah-perintah-Nya seperti yang tertulis dalam Yohanes 14:
15, 21, 23, 24. terdapat suatu pernyataan bahwa langkah awal untuk menuju
kesucian hidup ialah mengetahui terlebih dahulu tentang yang menyenangkan dan
yang tidak menyenangkan bagi Allah. Setelah memahami pernyataan ini, umat
Kristen seharusnya hidup sesuai dengan Alkitab, seperti yang tertulis dalam I
Korintus 4: 6, sebab tidak ada cara lain yang lebih pasti untuk dapat hidup
sesuai kehendak-Nya. Hal ini meliputi kebenaran social maupun pribadi. Karena
kehendak Allah dalam firman-Nya untuk umat adalah bahwa Allah bertalian dengan
keseluruhan hidup umat-Nya. Ia mengajar umat-Nya untuk mengasihi Allah,
mengendalikan hidupnya, dan mengasihi serta melayani sesama manusia.[16]
Penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah akan membuat orang tersebut mau taat
kepada firman Allah. Ketaatan ini dapat membuat orang tersebut lebih memiliki
hidup yang terarah di dalam Tuhan.
Teori
Pengilhaman
Banyak orang mengatakan bahwa
Alkitab berupa legenda dan buku biasa saja. Hal ini merupakan penghinaan bagi
umat Kristen dan secara langsung menghina firman Allah.
Teori
Instuisi (Naluri)
Teori ini menjadikan soal
pengilhaman lebih merupakan wawasan tingkat tinggi dan juga merupakan ilham sebagai penglihatan yang
sangat tajam, dimana penulis dianggap genius karena memiliki kemampuan
berimajinasi yang tinggi.
Teori
Iluminasi (Pencerahan)
Teori ini beranggapan bahwa dalam
teori ini ada pengaruh Roh Kudus pada penulis Kitab Suci, namun pengaruh
tersebut sekadar berfungsi untuk meningkatkan kemampuan alamiah mereka.[17]
Teori
Dimanis (Sebagian)
Teori ini menekankan pedrpaduan
unsur-unsur ilahi dan unsur-unsur manusiawi dalam proses pengilhaman dan
penulisan kitab suci dimana dalam teori ini menekankan keterlibatan antara dua
pribadi yaitu Allah dan manusia dalam proses pengilhaman dan penulisan Alkitab.
Menurut pandangan ini hati para penulis diperbaharui oeh Tuhan Allah, sehingga
pengilhaman identik dengan jkelahiran kedua kali. Pengilhaman ialah kecakapan
yang diberikan oleh roh Kudus di dalam jabatan sebagai penulis.[18]
Teori
Verbal
Teori verbal merupakan salah satu
teori dalam pengilhaman dimana Roh Kudus berperan aktif untuk membantu para
penulis dalam pengilhaman supaya jangan tersesat sehingga apa yang ditulis
sesuai dengan kehendak Tuhan Allah. Teori ini menegaskan bahwa pengaruh Roh
Kudus menjangkau lebih jauh daripada sekadar mengarahkan pemikiran, ide atau
konsep yang akan ditulis. [19]
Teori
Dikte
Teori ini mengajarkan bahwa Allah
benar-benar mendiktekan isi Alkitab kepada para penulis Alkitab dimana antara
Allah dengan penulis membuat suatu kesepakatan yang telah disepakati oleh
penulis dan Allah sendiri.
Cara Allah yang memberi ilham pada penulisan Alkitab
adalah berbeda dengan konsep suatu kalangan tentang pewahyuan langsung (tanpa
sentuhan manusia). Pengilhaman penulisan Alkitab adalah sebagai berikut :
1. Alkitab bukanlah kumpulan ayat-demi-ayat, dimana setiap katanya didiktekan
secara langsung dan mutlak oleh Tuhan tanpa sentuhan manusia. FirmanNya yang "dimasukkan" ke dunia dan tinggal di dunia
untuk berkomunikasi dengan manusia melalui panca-indera dan nalarnya, ternyata
justru memilih unsur-unsusr dunia yang terbatas, seperti: tempat, waktu, budaya
dan bahasa-dunia. Karena Tuhan memilih dan memakai hal-hal yang terbatas, maka
Ia pun menggambarkan hakekat keilahianNya dalam batas-batas yang dipilihNya
itu. melalui bahasa dan budaya manusia namun dalam hikmat Roh Allah, firmanNya
disampaikan kepada manusia (1 Korintus 2:13).
2. Kalimat-kalimat di
dalam Alkitab itu tidak seluruhnya berupa perkataan yang disabdakan secara
langsung oleh Tuhan, melainkan ada pula berupa kisah-kisah yang ditulis dengan
menggunakan tangan penulis, namun semua didasari pada ilham Roh Kudus kepada
para penulisnya. Berita kebenaran Alkitab ditulis manusia yang tetap diberi
kebebasan untuk menggunakan bakat dan gaya penulisan, huruf dan bahasa
mereka masing-masing. Dengan demikian, hasil tulisan setiap penulis terkait
dengan budaya dan kepribadian serta pengalamannya. Namun semuanya telah
dituntun oleh Roh Kudus untuk menghasilkan Firman-Nya yang dituangkan secara benar,
perlu dan cukup, didalam batas-batas pengertian yang mampu diungkapkan
melalui rangkaian abjad dunia yang terbatas. Oleh dorongan Roh Kudus
orang-orang yang diilhami itu berbicara atas nama Tuhan (2 Petrus 1:21)
3. Alkitab bahkan tidak memuat seluruh perkataaan mujizat dan
perbuatan Allah atau nabiNya selama karya utusanNya dibumi. Alkitab menerangkan bahwa kelengkapannya tidak ditentukan oleh
mutlaknya jumlah ayat dan pasal hukum untuk menjawab setiap masalah dunia kini
dan nanti, melainkan lengkap dalam arti cukup untuk menyampaikan
maksud dan kehendak Tuhan untuk menyelamatkan manusia, dan bahwa Yesus Kristus
itulah Juru selamatnya. Hal ini tertulis antara lain Yohanes 20:30,31.
Kitab-kitab Injil juga tidak perlu memuat semua ucapan dan perbuatan Yesus
selama Ia tinggal di dunia.
4. Dalam banyak hal, Tuhan menyampaikan pesanNya melalui perumpamaan-perumpamaan
sederhana. Padahal mustahil perumpamaan-perumpamaan itu dapat menggambarkan
secara mutlak kebenaran yang diumpamakan. Yang bisa sempurna
menggambarkan sesuaru agaknya hanyalah duplikat atau kembaran atau foto-copy
canggih dari gambar aslinya. Mustahil ada perumpamaan yang seratus persen
sempurna menyamai rincian-rincian aslinya. Ketidak sempurnaan ini hanya dapat
diartikan bahwa penggambaran dan pengungkapan Firman Tuhan dengan menggunakan
perumpamaanpun tidaklah sempurna secara mutlak, kecuali lebih memberikan
pemahaman dan pesan-pesan pokok Firman Tuhan.
5. Teks, Alkitab saja belum memberikan seluruh makna kebenaran Alkitab bukan sekadar
teks, melainkan Firman Tuhan yang hidup. Ia bukan
hanya pesan yang tersurat melainkan juga tersirat. Bahkan
merupakan pesan ilahi yang baru dapat dimengerti secara penuh bilamana hati
pembacanya diberi pengertian khusus oleh Roh Allah (devine illumination)
Orang-orang Yahudi, walaupun mengenal Abraham, Musa dan taurat telah ditegur
oleh Yesus karena tidak mengenal "bahasanya Taurat", yaitu FirmanNya.
Kebenaran penuh dari Kitab Suci tidak terletak pada kesempurnaan susunan
kalimat, kelengkapan jumlah huruf dan semantika teksnya, melainkan pada
kelengkapan pengertian yang diberikan oleh Roh Kudus atas teks tersebut.
Akibat
Pengilhaman
Beberapa
akibat dari pengilhaman Alkitab, yaitu:
Inspirasi
Dan Kanon
Manurut Bruce, kenyataan dalam
kitab-kitab PB digabungkan dengan kitab-kitab PL, dimana secara wajar dapat
disimpulakan bahwa semua kitab-kitab tersebut nyata diilhamkan Allah.
Inspirasi
Dan Kesatuan
Kesaksian Alkitab merupakan wahyu
ilahi, dimana kesaksian tersebut langsung diungkapkan Allah pada penulis
sehingga hal ini menunjukkan inspirasi Alkitab.
Inspirasi
Infallibility Dan Inerrancy
Inspirasi mencakup infallibility
dan inerrancy yang menjadi dasar kita untuk menerima Alkitab dimana Alkitab
diilhami oleh Allah.
Inspirasi
dan sifat yang dipercaya (trust worthiness)
Bagi yang menerima ketidak
bersalahan Alkitab baik dari segi pesannya (infallibility) dan ketetapan
sumbernya (inerrancy), otomatis menerima bahwa Alkitab sepenuhnya dipercaya
bahkan mereka membela sifat ketidakbersalahan Alkitab supaya sifat yang
dipercaya ini ditegakkan.
III. KESIMPULAN
Alkitab
diyakini sebagai kumpulan dari beberapa kitab yang bukan hanya ditulis oleh
orang-orang yang mendapat ilham dari Allah tetapi Alkitab juga diyakini sebagai
perkataan yang dihembuskan Allah. Alkitab digunakan Allah untuk menyatakan
diri, karya, dan firman-Nya guna mengembalikan suatu struktur persekutuan Allah
dengan manusia yang telah rusak karena dosa. Meskipun para penulis diberi
kebebasan oleh Allah untuk mengekspresikan tulisan-Nya, namun Allah tetap
memimpin mereka agar penulis tidak salah dalam menyampaikan pesan Allah dalam
kata-kata manusia. Adanya bermacam-macam penyimpangan dalam pengilhaman
mengharuskan setiap pembaca Alkitab untuk membaca dengan hati-hati segala sesuatu
dalam Alkitab. Pembaca dapat menguji kebenaran doktrin Alkitab berdasarkan data
Alkitabiah. Alkitab memiliki otoritas yang mutlak, di mana dikatakan bahwa
Alkitab merupakan standar untuk mengevaluasi dan dan memahami segala sesuatu
yang lain. Alkitab berasal dari Allah, berarti Alkitab bebas dari kesalahan
yang sangat diyakini bahwa Alkitab tidak mungkin mengantar pembacanya ke dalam
pendapat yang salah. Di dalam firman-Nya, Allah memenuhi umat-Nya dalam hidup
rohani dan dengan firman tersebut, Allah mengajar, memperbaharui, menumbuhkan,
menghibur dan menguatkan semua umat-Nya. Oleh karena itu, hendaklah umat Allah
taat terhadap apa yang dituliskan Alkitab karena ketaatan merupakan cara umat
Allah untuk menjadi “pelaku-pelaku” firman dan bukan hanya sekedar
“pendengar-pendengar” atau “pembaca-pembaca” firman. Jika seseorang mau taat,
berarti orang tersebut mau menaklukkan diri kepada otoritas Alkitab dan berarti
ia telah percaya dan telah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan.
[1] J D Douglas dan N Hillyer, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid
I, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1992) Hal 28.
[2] Klaus Koch, Kitab Yang Agung, (Jakarta: BPK Gunung mulia,
1993), Hal 1
[3]Daniel Lucas Lukito. Pengantar
Teologi Kristen 1. (Bandung: Yayasan Kalam Hidup). Hal 87.
[4] James Barr, Alkitab Di Dunia Medern, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia,1993) Hal 29.
[5] Charles C. Ryrie, Teologi Dasar, (yogyakarta:ANDI, 1991),
Hal 94.
[6] James Barr, Alkitab Di Dunia Medern, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia,1993) Hal 25.
[7] Charles C. Ryrie, Teologi Dasar, Hal 96-100.
[8]Togardo Siburian, Sola Scriptura dan Pergumulan Masa Kini,
(Bandung: STTB,2005) Hal 1.
[9] Charles C. Ryrie, Teologi Dasar Hal 89-95.
[10] W.Gary Crampton,Alkitab:Firman Allah, (Surabaya:
Momentum, 2000) Hal 50-51.
[11] Ibid
[12] Charles C. Ryrie, Teologi Dasar, Hal 102,110.
[13] Togardo Siburian, Sola Scriptura dan Pergumulan Masa Kini,
Hal 37.
[14] W.Gary Crampton,Alkitab:Firman Allah, Hal 52-53.
[15] Ibid,Hal 202
[16] Ibid,Hal 202-203.
[17]Millar J.Erickson. Teologi Kristen volume satu. (Jawa Timur: Gandum
Mas, 2004) Hal 329.
[18] Harun Hadiwijono, Iman
Kristen. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991). Hal 59.
[19]Mangapul sagala, Otoritas Alkitab: teori pengilhaman dan ketidak
bersalahan Alkitab. (Jakarta. Persekutuan Kristen Antar Universitas.1997)
Hal.32
Tidak ada komentar:
Posting Komentar