Kamis, 18 Oktober 2012

MAZMUR 53


I.              Pendahuluan

Kitab mazmur merupakan salah satu kitab yang dibacakan pada hari raya orang Yahudi. Kitab ini dibacakan di dalam Sinagoge. Kitab ini juga dituliskan dalam bentuk puisi, di mana kitab ini berisikan tentang ungkapan pemazmur tentang apa yang sedang dialami oleh pemazmur pada saat itu. Dan pemazmur ingin menyatakan sesuatu yang ingin diajarkan melalui mazmur yang diungkapkan kepada pembaca.
Dalam mazmur 53, pemazmur ingin mengajarkan kepada pembaca tentang kebobrokan manusia. Dalam perikop ini menuliskan tentang orang bebal tidak mengakui adanya Allah, mereka hanya melakukan kecurangan atau yang jahat di mata Tuhan. Mereka mengira Allah tidak ada sehingga tidak ada yang melihat kelakuan mereka yang jahat itu. Mereka hanya melakukan sesuatu yang menyimpang dari yang diharapkan oleh Allah. Karena manusia melakukan yang jahat, sehingga mereka menunggu sebuah pengharapan yaitu pengharapan kesemalatan supaya datang bagi orang israel, supaya umat-Nya dipulihkan kembali sehingga mereka bersukacita dan bersorak-sorai.
Dalam paper ini penulis akan mencoba menuliskan tentang latar belakang dari penulisan kitab ini, serta akan menafsirkan apa yang ingin dikatakan mazmur ini dalam mazmur 53. Apa yang sedang diajarkan oleh pemazmur bagi pembaca dan bagaimana mengaplikasikannya ke dalam kehidupan pada masa sekarang ini.

II.           Latar Belakang Kitab Mazmur

Mazmur adalah kitab terpanjang dalam Alkitab Ibrani. Kitab ini berisi nyanyian pujian, doa dan pertolongan Allah, dan syair yang menyatakan kepercayaan umat kepada Allah. Dalam kitab ini juga dinyatakan berbagai perasaan yang ada pada manusia, antara lain dukacita dan sukacita, keraguan dan kepercayaan, hati yang terluka dan yang terhibur, keputusasaan dan pengharapan, kemarahan dan ketenangan, keinginan balas dendam dan mengampuni. Sebagai contoh doa dan pujian dalam kitab mazmur mengajak pembaca untuk berbagi dengan Allah setiap bagian dari hidup mereka.[1]
Pujian, pengucapan syukur, iman pengharapan, dukacita karena dosa, kesetiaan dan pertolongan Allah adalah gagasan utama di dalam Alkitab. Gagasan-gagasan itu bergaung nyaring di dalam kitab Mazmur. Mazmur-mazmur perorangan ini ditulis dan dikumpulkan untuk digunakan dalam ibadat umat. Kitab mazmur menjadi kitab pujian atau buku doa yang pertama kali dipakai dalam ibadat di Bait Allah di yerusalem. Di kemudian hari kitab ini juga dipakai dalam rumah ibadat Yahudi di sinagoge dan juga komunitas-komunitas Kristen dalam jemaat. Kitab mazmur terbentuk selama sderatus tahun. Ada mazmur yang mungkin ditulis sesudah masa pembuangan di Babel. Tujuh puluh tiga mazmur menyebutkan Daud sebagai penulisnya. Daud mungkin menuliskan sebagian mazmur ini, tetapi mazmur-mazmur lainnya mungkin berasal dari masa sesudah Daud. Orang-orang yang mengumpulkan mazmur-mazmur ini memakai nama Daud sebagai judul dari banyak mazmur dengan maksud untuk menghormati Daud.judul tiga belas mazmur menyebutkan situasi kehidupan Daud. Daud digambarkan sebagai contoh tentang bagaimana orang-orang bergantung kepada Allah ketika sedang menghadapi situasi yang sulit, dan mereka tetap percaya kepada Allah.
Alkitab bahasa latin memakai nama yang sama dengan LXX yaitu psalmoi. Kata Yunani (dari kata kerja psallo ynang artinya memetik atau mendentingkan) mula-mula digunakan untuk permainan alat musik petik. Kemudian kata itu menunjukkan nyanyian (psalmos) atau kumpulan nyanyian (psalterion). [2] Secara literal bentuk kata kerja psallo, berarti “menekan”, “menarik” atau “memainkan” (alat musik). Dengan demikian psalmoi mula-mula mungkin berarti lagu yang dinyanyikan dengan iringan alat musik petik. Pada abad ke-5 M codex Alexandrinus memakai nama lain, yaitu psalterion yang sebenarnya berarti ‘instrumen bertali’ (Dan. 3:5) atau ‘suatu kumpulan lagu.’
Dalam kata Ibrani ada mizmor yang artinya sebuah nyanyian yang dinyanyikan dengan iriingan musik, namun judul kitab dalam bahasa Ibrani adalah tehilim yang artinya puji-pujian atau nyanyian pujian.[3] Kata psalmoi dalam LXX digunakan untuk menerjemahkan kata Ibrani mizmôr (“lagu” atau “musik instrumental”) yang sering muncul dalam pembukaan sebuah Mazmur. Nama Indonesia “Mazmur” sangat mungkin berasal dari bahasa Arab.
Kitab mazmur adalah ibarat telaga jernih yang membayangkan setiap keadaan hati  manusia yang berganti-ganti itu. Suatu sungai penghiburan yang walaupun banjir dengan air mata, tidak pernah gagal untuk membangkitkan semangat orang lemah.[4]
Kitab mazmur merupakan kumpulan kitab-kitab yang ditulis oleh orang yang berbeda dan kurun waktu yang berbeda. Sebagai kumpulan kitab mazmur, maka kitab mazmur sejak awal sudah digubah untuk nyanyian di bait Allah, tetapi ada juga yang bersifat pribadi kemudian menjadi suatu mazmur untuk Israel. Kitab mazmur adalah salah satu kitab yang paling praktis dan sangat sesuai dengan isi hati manusiaserta menyenangkan anak-anak Tuhan karena di dalam kitab ini terdapat hampir semua pengalaman orang percaya.[5]
Kitab mazmur merupakan gambaran Alkitabiah bagi orang yang tidak memiliki Alkitab yang tidak dapat membacanya. Seandainya orang Yahudi hanya mengetahui kitab mazmur, mereka masih memiliki pemahaman yang mandalam tentang iman mereka. [6]
Kitab mazmur merupakan kumpulan nyanyian rohani, doa dan sanjak. Mazmur-mazmur itu ditulis selama ratusan tahun oleh banyak pengarang, termasuk raja Daud, untuk dibaca atau dinyanyikan oleh orang Israel waktu beribadat.[7] Kitab mazmur ini merupakan suatu ungkapan yang diungkapkan oleh seorang pemazmur tentang apa yang sedang dia alami dalam kehidupannya.
Buku   Mazmur  adalah bagian dari Alkitab yang merupakan buku nyanyian dan  buku doa. Buku ini dikarang oleh berbagai pujangga dalam waktu  yang lama sekali. Nyanyian-nyanyian dan doa-doa ini dikumpulkan  oleh orang Israel dan dipakai dalam ibadat mereka, lalu akhirnya  dimasukkan ke dalam Alkitab.
Sanjak-sanjak keagamaan ini bermacam ragam: ada nyanyian pujian dan ada nyanyian untuk menyembah Allah; ada doa mohon pertolongan, perlindungan dan penyelamatan; doa mohon ampun; nyanyian syukur atas berkat Allah, permohonan supaya musuh dihukum. Doa-doa ini ada yang bersifat pribadi, ada pula yang bersifat nasional. Beberapa di antaranya menggambarkan perasaan seseorang yang paling dalam, sedangkan lainnya menyatakan kebutuhan dan perasaan seluruh umat Allah.
Mazmur-mazmur dipakai oleh Yesus, dikutip oleh penulis-penulis Perjanjian Baru, dan menjadi buku ibadat yang sangat dihargai oleh Gereja Kristen sejak semula.  Kitab mazmur adalah lebih dapripada sekedar jendela untuk melihat bangsa Israel. Kitab itu adalah sebagai saksiu monumental bagi sifat yang tak kekal dan terbatas dan universal. Dalam bidang iman, kitab mazmur telah menjadi tiang awan pada siang hari dan tiang api pada malam hari bagi bangsa Israel dan bagi gereja.[8]
Judul kitab mazmur dalam bahasa Inggris adalah the Psalms, dapat ditelusuri melalui salinan-salinan bahasa Yunani dan latin dari perjanjian lama. Septuaginta memakai kata Psalmos untuk menterjemahkan kata Ibrani mizmor, istilah teknis untuk satu kidung yang dinyanyikan dengan iringan instrument musik. Alkitab Ibrani berisi 150 mazmur, dan berbagai Alkitab protestan telah mengikuti pola ini.[9]
Kitab mazmur terus dipakai oleh umat Kristen secara menyeluruh, tetapi juga masing-masing orang Kristen secara perorangan. Dalam kitab mazmur setiap orang dapat menemukan rasa hati yang sesuai dengan keadaan nyata. Rasa hati orang yang percaya, orang yang bertobat, orang yang mengalami kebaikan Tuhan. [10]Kitab mazmur mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya berdoa.
Isi kitab mazmur
Ke-150 Mazmur dibagi dalam lima kelompok atau buku, sebagai berikut:
Kelompok Pertama : Mazmur 1-41
Kelompok Kedua   : Mazmur 42-72
Kelompok Ketiga  : Mazmur 73-89
Kelompok Keempat : Mazmur 90-106
Kelompok Kelima  : Mazmur 107-150 

III.        Tafsiran Mazmur 53

Mazmur ini adalah pengulangan dari mazmur 14. Ada dua perbedaan utamanya, yaitu yang pertama adalah perubahan nama Yahwe yang dalam mazmur 14 muncul 14 kali, dan pemakaian elohim tujuh kali.  Apapun alasan dibalik perubahan ini, Ia memberi jangkauan yang lebih universal pada mazmur ini dibandingkan dengan yang sebelumnya yangsangat terikat pada gelar perjanjian Yahwe, yang secara khusus teruntuk bangsa Israel. Kedua, telah ditulis secara baru, suatu kenyataan mungkin menandai kelepasan yang mengujud dari bangsa sejak penyusunan mazmur yang terdahulu itu. Ini mungkin skali menunjuk kepada peristiwa jauhnya liga orang Amon, atau lebih mungkin kepada kacau-balau pasukan tentara Aram akibat kuasa adikodrati.[11]
 Pemazmur menggambarkan dua tipe manusia, yaitu orang benal (1-3), orang benar (4-6). Pemazmur mengeluh bahwan orang jahat mengejar orang benar, dan Allah tetap mengawasi dari sorga. Ia mengungkapkan harapannya bahwa Allah akan muncul dari kenisah, menghukum orang jahat dan melindungi orang beriman.[12]
1-3: lukisan keadaan yang bernada kecaman. Mazmur ini dibuka dengan suatu pernyataan mengenai pikiran orang bebal yang berpendapat bahwa Allah tidak ada. Namun pernyataan tidak ada Allah disini bukanlah sduatu penyangkalan teoritis, tetapi praktis. Beballah orang yang tidak mencari Allah yang melakukan kejahatan dengan menindas yang lemah dan yang menyangkal kehadiran Allah yang berkuasa dan adil, yang selalu menyertai orang benar dan tertindas. Kata orang fasik dengan batang hidungnya ke atas Allah tidak menuntut. Tidak ada Allah. Allah melupakannya. Malapetaka tidak menimpa kita. Sikap hidup yang demikian merupakan dosa asal manusia. Manusia dapat merusak dirinya sama sekali, sehingga dia tidak mampu lagi berbuat baik. Di mana orang berpikir tidak ada Allah di sana, tidak ada yang berbuat baik.[13]
Ayat yang pertama merupkan judul/ prolog dari perikop ini. Dalam prolog pemazmur mengatakan bahwa ungkapan ini merupakan suatu pengajaran yang diberikan Daud kepada pembaca. Dalam ayat yang 2-3 mengatakan bahwa Tuhan bukanlah Allah yang tidak melihat perbuatan-perbuatan manusia. Tuhan tidak menemukan seorang pun yang berakal budi diantara yang berkuasa dan kuat. Semuanya telah bejat. Tidak seorang pun yang berbuat baik, karena semua mengira tidak ada Allah.[14]
Ayat 4-6 mengatakan bahwa pemazmur kurang sabar bertanya kepada para penindas yang memakan habis umatnya seperti memakan roti apakah mereka masih belum juga mau belajar dan sadar siapakah sebenarnya Allah itu. Mereka tidak berseru kepada Tuhan, karena mereka tidak berada dalam kesesakan. Sebaliknya mereka menindas orang benar. Namun ditempat di mana mereka mengira Allah tidak hadir dan berkarya, disanalah Allah akan menampakkan diri-Nya dan menyatakan kekuasaan-Nya. Allah akan menunjukkan diri-Nya sebagai pembela dan pelindung orang yang tertindas, yang datang memohon dan berlindung kepada-Nya.
Ayat yang ke-7 mengatakan bahwa keselamatan yang tetap bagi bangsa israel harus selalu diharapkan dan diminta dengan rendah hati kepada Tuhan. Dan ketika keselamatan itu telah datang kepada bangsa Israel maka bangsa Israel akan bersorak-sorai, dan bersukacita. Keselamatan yang datang kepada bangsa Israel itu datang untuk memulihkan mmereka dari kebobrokan, melalui pemulihan yang berasal dari Allah.
Mazmur ini menunjukkan kebebalan dan kebobrokan yang menjadi asal dosa dari segala jekahatan dan penindasan yang berkuasa yang merupakan penyangkalan atas kekuasaan Tuhan dan hadiran-Nya yang menuntut dan mengadili manusia. [15]

IV.        Aplikasi Dalam Kehidupan Sekarang

Setelah membaca dan mempelajari perikop ini, pembaca dapat melihat apa yang diajarkan oleh pemazmur bagi kita. Di mana melalui perikop ini kita dapat mengetahui tentang seperti apa kebobrokan yang dialami oleh manusia dalam kehidupannya. Bagaimana manusia itu bisa pulih kembali. Dalam perikop ini menyatakan bahwa manusia bisa pulih dari segala kebobrokan dan kebebalannya hanya melalui Tuhan, di mana Tuhan yang dapat memulihkan setiap pribadi.
Melalui perikop ini kita dapat mengenal Asllah yang penuh kasih di mana ketika manusia hidup dalam kebobrokan, Allah memulihkan mereka dari kebobrokan dan kebebalan tersebut. Manusia telah melakukan kejahatan tetapi dalam perikop ini menjelaskan bahwa Allah melihat mereka dan memulihkan mereka.
Jika kita melihat ke dalam kehidupan pada masa sekarang ini, hal ini dapat kita kaitkan, manusia yang berdosa, yang masih hidup dalam keberdosaan akan dipulihkan Allah ketika manusia itu berseru dan meminta kepada Tuha. Di mana Allah itu adalah Allah yang penuh kasih yang selalu menyertai manusia ciptaannya walau dalam keadaan apapun, Allah senantiasa menjaga dan melindungi. Ketika manusia itu melakukan yag jahat di mata Tuhan, ketika manusia itu tidak mengakui Tuhan Allah ada, maka pada saat tertentu yang tidak terduga melalui hal apa saja Tuhan bisa memakai berbagai cara untuk mengingatkan dan menegur manusia dari kesalahan, kebebalan, bahkan kebobrokannya.

V.           Kesimpulan

Melalui perikop iniu kita dapat belajar dari kebobrokan manusia kepada Allah yang mengatakan bahwa Allah tidak ada, dan orang-orang benar mendapatkan penindasan. Manusia itu hanya melakukan yang tidak baik, manusia tidak menyadari akan adanya Allah, mereka hanya menganggap bahwa manusia yang berkuasa di bumi ini, Allah tidak ada. Sehingga manusia melakukan apa yang menurut mereka baik dan apa yang menurut mereka cocok untuk dilakukan dalam kehidupan ini. Merka tidak sadar bahwa yang  mereka lakukan itu adalah yang jahat. Mereka tidak sadar bahwa orang yang melakukan hal seperti itu adallah orang-orang yang ditolak oleh Allah.
Oleh karena itulah melalui perikop ini kita belajar dari Allah yang setia memulihkan setiap orang yang mengakui dan yang mau berseru kepada Tuhan. Allah adalah Allah yang mau mengampuni, walalupun manusia itu melakukan kesalahan yang tidak sesuai dengan kehendah Allah. Karena Allah adalah kasih, maka pembaca dapat mengerti tentang pemulihan yang diberikan Allah kepada pemazmur yang berseru.


[1] ________, Alkitab Edisi Studi, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2010), hal 867.
[2] W. S. Lasor, dkk, Pengantar Perjanjian Laama 2: Sastra dan Nubuat, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994), hal. 41.
[3] Ibid.
[4] Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab 2: Ayub s/d Maleakhi, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1989), hal. 69.
[5] Herlise Y. Sagala, Tafsiran Kitab Puisi (Diktat), (Bandung: Sekolah Tinggi Teologi Bandung, 2012), hal 17.
[6] W. S. Lasor, dkk, Pengantar Perjanjian Laama 2: Sastra dan Nubuat, hal. 67.
[7] David L. Baker, Mari Mengenal Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), hal. 80.
[8] C. Hassell Bullock, Kitab-Kitab Puisi Dalam Perjanjiaan Lama, (Malang: Gandum Mas, 2003), hal. 151-152.
[9] Ibid.
[10] C. Groenen, Pengantar ke dalam Perjanjian Lama, (Yogyakarta: Kanisius, 1979) hal. 228.
[11] ___________, Tafsiran Alkitab Masa Kini2: Ayub-Maleakhi, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1994), hal. 185.
[12] Dianne Bergant, & Robert J. Karris, Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, (kanisius) hal. 433. Top of ForBottom of Form
[13] Marie Claire Barth & B.A.Pareira, Tafsir Alkitab: Kitab Mazmur 1-72 Pembimbing dan Tafsiran, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998), hal 208.
[14] Ibid, hal 209.
[15] M. C. Barth & B.A.Pareira, Tafsir Alkitab: Kitab Mazmur 1-41 Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989), hal 93.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar