Kamis, 18 Oktober 2012

Teologi Lukas 15: 11-32 PERUMPAMAAN ANAK YANG HILANG


I.     Pendahuluan
Alkitab merupakan kumpulan kitab-kitab yang memiliki tujuan dan pengajaran kepada pembaca. Dan setiap penulis kitab berbeda. Salah satu dari kitab tersebut adalah injil Lukas. Dalam inijil Lukas terdapat beberapa pasal dan beberapa perikop. Dan beberapa dari perikop tersebut juga ada yang menuliskan tentang perumpamaan, salah satu perumpamaannya adalah tentang perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang (Lukas 15:11-32) tidak terlepas kaitannya dengan perumpamaan sebelumnya, yaitu perumpamaan tentang domba yang hilang dan perumpamaan tentang dirham yang hilang. Perumpamaan ini diajarkan oleh Yesus Kristus kepada orang-orang yang mendengarkan-Nya yaitu para pemungut cukai dan orang-orang berdosa. Pada saat Yesus mengajarkan tentang perumpamaan ini maka bersungut-sungutlah para ahli taurat dan orang-orang Farisi karena Yesus kristus bersama-sama dengan para Pemungut cukai dan orang-orang berdosa itu. Dalam perumpamaan ini kita belajar banyak hal, di mana banyak orang menafsirkan bahwa yang diajarkan oleh penulisnya kepada pembaca adalah tentang “anak yang hilang itu”. Tetapi dalam paper ini, penulis akan mencoba memaparkan tentang beberapa ajaran yang kita dapatkan dari perumpamaan ini. Dan juga tujuan penulis dalam perikop ini.

II.  Latar belakang penulisan Injil Lukas
Lukas adalah seorang seniman dan ia menulis-lukisan bagi greja yang pertama.  Penulis kitab ini juga tidak diberitahukan secara jelas. Tetapi tradisi-tradisi yang mengaitkan injil keiga dengan seseorang yang bernama Lukas berasal dari abad ke-2 M. ciri khas injil ini adalah injil Lukas merupakan jilid pertama dari dua jilid sejarah mengenai kekristenan mula-mula yang dilanjutkan dalam kisah para rasul. Gaya dan jenis bahasa kedua kitab ini begitu mirip sehingga tidak ada keragu-raguan lagi bahwa keduanya merupakan hasil karya satu orang penulis yang ditujukan kepada orang yang sama, yakni Teofilus (Lukas 1:1-4; kis.1:1). Menurut paulus, Lukas adalah seorang dokter, yang berasal dari Antiokhia di Siria. [1]
Ada dua batas waktu yang menandai perkiraan masa penulisan injil Lukas yaitu sebelum kisah para rasul dan setelah perkembangan agama Kristen sampai kepada saat ketika dia mulai menarik minat orang asing seperti teofilus. Mungkin kisah para rasul ditulis sebelum akhir masa penahanan Paulus yang pertama di Roma, karena penyudahan yang tiba-tiba menunjukkan bahwa penulis sudah kehabisan cerita.
Secara umum injil Lukas mengikuti urutan peristiwa-peristiwa seperti yang termuat dalam matius dan markus, disertai beberapa tambahan yang khas. Catatan tentang kealahiran Yohanes pembabtis  dan kelahiran  serta masa kecil Yesus. Dalam kitab ini ceritanya begitu hidup dan diungkapkan dengan begitu baik hingga orang dapat melihat Yesus sebagai tokoh sejarah yang nyata, bukan sekadar tokoh yang abstrak suatu karangan. Dalam kitab ini Yesus digambarkan sebagai Anak Manusia, menunjukkan bagaimana Ia hidup diantara manusia, dan bagaimana Ia menilai mereka serta apa yang dilakukan-Nya bagi mereka.
Tujuan penulisan dalam kata pengantarnya kepada seorang teofilus supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar. Ia juga mengatakan bahwa ia melakukan pekerjaannya dengan cara yang biasa oleh seorang sarjanawan, ia mempelajari laporan-laporan yang ditulis orang lain, dann berdasarkan laporan-laporan tersebut menulis sebuah laporan yang teratur.

III.             Teologi Lukas 15: 11-32
Injil Lukas dalam pasal yang ke 15 menuliskan tiga perumpamaan, dan salah satu dari tiga perumpamaan tersebut ada tertulis dalam injil Matius. Dalam Matius berbicara tentang perumpamaan domba yang hilang, itu berbicara tentang pentingnya semangat kerasulan, dan Lukas menyangkut masalah kegembiraan besar bahkan dalam kalangan para Malaikat karena apa yang telah hilang telah ditemukan kembali.[2] Perumpamaan anak domba yang hilang mengkhususkan gagasan mengenai cinta kasih Allah yang lemah-lembut, terlebih-lebih kalau didengarkan dengan latarbelakang perjanjian lama dan ucapan-ucapan Yohanes. Dirham yang hilang itu mungkin sekali adalah dirham yang didapati pada tudung kepala wanita tersebut; tentunya wanita itu sangat miskin, kalau permata hiasannya hanya hanya sepuluh mata uang. Allah akan lebih bersukacita atas satu orang berdosa yang bertobat daripada sembilan puluh sembilan orang benar yang berpola pada dirinya sendiri.
Perumpamaan kedua mirip dengan perumpamaan pertama tadi dan ditujukan pada wanita. Perumpamaan ini hanya Lukas yang mengisahkannya. Perumpamaan ketiga juga demikian hanya Lukas sendiri yang mengisahkannya. Perumpamaan ketiga ini berfokus pada “Bapa Yang Murah Hati”, sebab perumpamaan ini melukiskan kerahiman Bapa Surgawi yang melimpah ruah. Pada perumpamaan ini dibagi dua bagian yaitu dimana pada bagian yang pertama dari Lukas 15: 11-24 tentang anak yang terjerumus dalam pekerjaan najis yang sangat merendahkan martabat orang Yahudi yang saleh yaitu menjadi penjaga babi. Perutnya sudah harus puas dengan ampas-ampas kacang yang menjadi makanan babi, tetapi makanan binatang itu menyebabkan perutnya sakit. Namun demikian tak seorangpun yang sudi memberikan sesuatu kepadanya. Ia terpaksa mencuri. Kemudian kembalilah anak itu ke rumahnya, bukan karena hal itu suatu keharusan, melainkan karena terdorong oleh ingatannya pada kebaikan Bapanya. Yang kedua dari Lukas 15:25-32 yaitu tentang kakaknya dari anak yang hilang tersebut. Pada perumpamaan ini dia memerankan ahli Taurat dan orang Farisi yang belum pernah melanggar perintah ayahnya.[3] Di mana anak sulung itu marah, karena sikap bapanya kepada si bungsu. Si sulung memberikan penjelasan tentang kemarahannya dimana dia selalu setia melayani bapanya, dan tidak pernah melanggar perintah bapa, tetapi anak bapa itu (si bungsu) telah menghabiskan harta kekayaan bapa. Dan bisa juga kemarahan si sulung karena untuk menyambut anak bungsu, bapanya menyembelih anak domba, tetapi untuk yang sulung tidak pernah. [4]
Dalam perumpamaan ini juga mengajarkan kepada kita supaya kita setia kepada Allah, dan ketika kita menyimpang dari Allah haruslah segera berbalik kemabali kepada Allah. Dan setiap orang yang hilang dapat kembali kepada Allah karena Allah menerima orang yang mau datang kembali kepada Allah.[5]
Yang diajarkan dari perumpamaan ini sangat banyak. Kita dibawa melalui perumpamaan ini dengan melihat kehidupan kita, dimana dalam perumpamaan ini, Yesus mengambilnya dari kenyataan yang terjadi dalam orang-orang yang ada disekitarnya. Dan perumpamaan yang Dia sampaikan itu merupakan perumpamaan yang tidak susah untuk dimengerti oleh orang-orang yang mendengarkan-Nya. Dia tidak mengambil dari gaya hidup orang lain tetapi Dia mengambiklnya dengan melihat kehidupan orang-orang yang ada disekelilingnya.
Perumpamaan anak yang hilang merupakan salah satu cerita pendek yang terbaik sepanjang masa.[6] Perumpamaan ini tidak terlepas kaitannya dengan perumpamaan-perumpamaan sebelumnya dan ketiga perumpamaan (domba yang hilang, dirham yang hilang, dan domba yang hilang) ini memiliki satu tujuan pengajaran yang sama. Tujuan penulis dalam teks ini adalah untuk menunjukkan bahwa ketika salah satu dari apa yang dia miliki itu hilang, dia akan cari sampai dapat dan hal itu menunjukkan kasihnya yang selalu mengasihi dan ketika miliknya hilang dan kembali maka dia akan bersuka cita.
Dalam perikop ini penulis mengajarkan tentang ketika anak itu jauh dan menyeleweng dari Bapanya bahkan telah jauh dari-Nya, maka ketika sang anak sadar dan menjalani apa yang dia inginkan itu dengan sendiri, maka dia akan mengingat Bapanya kembali dan dia akan kembali dengan sendirinya. Ketika dia kembali dan bertemu dengan Bapanya, maka Bapanya menyambut dia dengan penuh sukacita.
Perumpamaan ini biasanya diceritakan untuk mengajak berpikir mengenai hal-hal yang lebih dalam, bukan mengenai hal-hal yang bisa dikenakan begitu saja ke dunia sekitar, bukan pula untuk dituduhkan diam-diam dalam hati sekalipun. Dimana, beberapa orang menafsirkan perikop ini, dengan mengatakan bahwa pengajaran yang mau diajarkan oleh penulis kepada pembaca yaitu tentang anak bungsu yang mau datang kembali kepada bapanya.
Pokok pembahasan dari perikop ini adalah tentang kaum Farisi dan imam-imam kepala, yang merasa malu ketika melihat Kristus bergaul dengan orang dari kelas rendah dan orang-orang yang terkenal berdosa. Perumpamaan ini merupakan teguran terhadap keegoisan dan formalisme - kepada orang-orang yang percaya kalau mereka memiliki hak jalan terlebih dulu secara rohani dan orang-orang yang kurang layak, yang bersenang-senang dalam kebaikan ilahi sudah pasti iri hati atau selalu mencela terhadap sambutan hangat yang disampaikan kepada orang berdosa yang telah ditebus. Ajaran ini berlaku bagi orang- orang masa kini yang tidak bersimpati dengan pekerjaan misi penyelamatan yang sedang berlangsung, dan meragukan pertobatan orang-orang jahat. Perumpamaan ini menegur orang-orang seperti itu, tetapi juga menyampaikan suatu ajaran yang berat misalnya tentang kejahatan dosa. Sang ayah mengampuni anaknya yang lebih muda dan memberinya sambutan penuh sukacita, tetapi dia berkata kepada anak yang lebih tua, "Semua yang Kumiliki juga kaumiliki"; yang mengisyaratkan bahwa kehilangan warisan ayah oleh anak yang bungsu tidak dapat dikembalikan. Orang berdosa didesak supaya bertobat, dan dijanjikan akan diampuni, tetapi waktu yang telah dibuangnya, dan kesehatan yang telah disia-siakannya, serta kejahatan yang telah dilakukan oleh contohnya, adalah kejahatan-kejahatan yang tidak dapat diperbaiki.
Pengampunan dari sang ayah merupakan satu hal yang sangat jarang ditemui dimanapun, di mana dalam hal ini sang ayah itu adalah seorang yang penuh kasih dan penuh pengampunan kepada anaknya sekalipun anaknya itu melakukan kejahatan kepadanya. Dan inilah hal yang diajarkan oleh penulis kepada kita yaitu tentang kita yang berdosa ketika kita datang kembali kepada Allah, Dia akan mengampuni dan menerima kita kembali dengan sukacita. Bapak dalam perikop ini menggambarkan Allah kita yang penuh kasih kepada manusia yang hidup dalam dosa.

IV.                       Kesimpulan
Melalui perikop ini kita dapat mengetahui tentang Allah menerima kembali orang berdosa yang menyadari dosanya dan datang untuk memohon ampun kepada Tuhan. Allah adalah maha pengampun  dan pengasih kepada orang yang mau hidup dan mau bertobat di hadapan Tuhan, yang mau hidup sesuai kehendak-Nya. Manusia mempunyai harapan untuk hidup di dalam Tuhan bila manusia itu hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Allah menunjukkan kasih-Nya kepada manusia berdosa. Hal kerajaan Allah merupakan suatu hal yang dinantikan oleh orang-orang yang hidup di dalam Tuhan dan yang mau kembali kepada-Nya.




[1] B.F.Drewes, Satu Injil Tiga Pekabar, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), hal 254-260.
[2] _______, Tafsir Perjanjian Baru 3: Injil lukas, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), hal 174-176.
[3] Ibid, hal 176.
[4]B. J. Boland, Tafsiran Alkitab: Injil Lukas, (Jakarta BPK Gunung Mulia, 1996), hal 379.
[5] Munthe A. Kabar Baik Dalam Perumpamaan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,___ ) hal. 8
[6]Merril C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas, 2006), hal 228. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar