I. Pendahuluan
Alkitab merupakan
kumpulan kitab-kitab yang memiliki tujuan dan pengajaran kepada pembaca. Dan
setiap penulis kitab berbeda. Salah satu dari kitab tersebut adalah injil
Lukas. Dalam inijil Lukas terdapat beberapa pasal dan beberapa perikop. Dan
beberapa dari perikop tersebut juga ada yang menuliskan tentang perumpamaan,
salah satu perumpamaannya adalah tentang perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan
anak yang hilang (Lukas 15:11-32) tidak terlepas kaitannya dengan perumpamaan
sebelumnya, yaitu perumpamaan tentang domba yang hilang dan perumpamaan tentang
dirham yang hilang. Perumpamaan ini diajarkan oleh Yesus Kristus kepada
orang-orang yang mendengarkan-Nya yaitu para pemungut cukai dan orang-orang
berdosa. Pada saat Yesus mengajarkan tentang perumpamaan ini maka
bersungut-sungutlah para ahli taurat dan orang-orang Farisi karena Yesus
kristus bersama-sama dengan para Pemungut cukai dan orang-orang berdosa itu. Dalam
perumpamaan ini kita belajar banyak hal, di mana banyak orang menafsirkan bahwa
yang diajarkan oleh penulisnya kepada pembaca adalah tentang “anak yang hilang
itu”. Tetapi dalam paper ini, penulis akan mencoba memaparkan tentang beberapa ajaran
yang kita dapatkan dari perumpamaan ini. Dan juga tujuan penulis dalam perikop
ini.
II. Latar belakang penulisan Injil
Lukas
Lukas adalah seorang
seniman dan ia menulis-lukisan bagi greja yang pertama. Penulis kitab ini juga tidak diberitahukan
secara jelas. Tetapi tradisi-tradisi yang mengaitkan injil keiga dengan
seseorang yang bernama Lukas berasal dari abad ke-2 M. ciri khas injil ini
adalah injil Lukas merupakan jilid pertama dari dua jilid sejarah mengenai
kekristenan mula-mula yang dilanjutkan dalam kisah para rasul. Gaya dan jenis
bahasa kedua kitab ini begitu mirip sehingga tidak ada keragu-raguan lagi bahwa
keduanya merupakan hasil karya satu orang penulis yang ditujukan kepada orang
yang sama, yakni Teofilus (Lukas 1:1-4; kis.1:1). Menurut paulus, Lukas adalah
seorang dokter, yang berasal dari Antiokhia di Siria. [1]
Ada dua batas waktu
yang menandai perkiraan masa penulisan injil Lukas yaitu sebelum kisah para
rasul dan setelah perkembangan agama Kristen sampai kepada saat ketika dia
mulai menarik minat orang asing seperti teofilus. Mungkin kisah para rasul
ditulis sebelum akhir masa penahanan Paulus yang pertama di Roma, karena
penyudahan yang tiba-tiba menunjukkan bahwa penulis sudah kehabisan cerita.
Secara umum injil Lukas
mengikuti urutan peristiwa-peristiwa seperti yang termuat dalam matius dan
markus, disertai beberapa tambahan yang khas. Catatan tentang kealahiran
Yohanes pembabtis dan kelahiran serta masa kecil Yesus. Dalam kitab ini
ceritanya begitu hidup dan diungkapkan dengan begitu baik hingga orang dapat
melihat Yesus sebagai tokoh sejarah yang nyata, bukan sekadar tokoh yang
abstrak suatu karangan. Dalam kitab ini Yesus digambarkan sebagai Anak Manusia,
menunjukkan bagaimana Ia hidup diantara manusia, dan bagaimana Ia menilai
mereka serta apa yang dilakukan-Nya bagi mereka.
Tujuan penulisan dalam
kata pengantarnya kepada seorang teofilus supaya engkau dapat mengetahui, bahwa
segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar. Ia juga mengatakan bahwa
ia melakukan pekerjaannya dengan cara yang biasa oleh seorang sarjanawan, ia
mempelajari laporan-laporan yang ditulis orang lain, dann berdasarkan laporan-laporan
tersebut menulis sebuah laporan yang teratur.
III.
Teologi
Lukas 15: 11-32
Injil Lukas dalam pasal
yang ke 15 menuliskan tiga perumpamaan, dan salah satu dari tiga perumpamaan
tersebut ada tertulis dalam injil Matius. Dalam Matius berbicara tentang perumpamaan
domba yang hilang, itu berbicara tentang pentingnya semangat kerasulan, dan
Lukas menyangkut masalah kegembiraan besar bahkan dalam kalangan para Malaikat
karena apa yang telah hilang telah ditemukan kembali.[2]
Perumpamaan anak domba yang hilang mengkhususkan gagasan mengenai cinta kasih
Allah yang lemah-lembut, terlebih-lebih kalau didengarkan dengan latarbelakang
perjanjian lama dan ucapan-ucapan Yohanes. Dirham yang hilang itu mungkin
sekali adalah dirham yang didapati pada tudung kepala wanita tersebut; tentunya
wanita itu sangat miskin, kalau permata hiasannya hanya hanya sepuluh mata
uang. Allah akan lebih bersukacita atas satu orang berdosa yang bertobat
daripada sembilan puluh sembilan orang benar yang berpola pada dirinya sendiri.
Perumpamaan kedua mirip
dengan perumpamaan pertama tadi dan ditujukan pada wanita. Perumpamaan ini
hanya Lukas yang mengisahkannya. Perumpamaan ketiga juga demikian hanya Lukas
sendiri yang mengisahkannya. Perumpamaan ketiga ini berfokus pada “Bapa Yang
Murah Hati”, sebab perumpamaan ini melukiskan kerahiman Bapa Surgawi yang
melimpah ruah. Pada perumpamaan ini dibagi dua bagian yaitu dimana pada bagian
yang pertama dari Lukas 15: 11-24 tentang anak yang terjerumus dalam pekerjaan
najis yang sangat merendahkan martabat orang Yahudi yang saleh yaitu menjadi
penjaga babi. Perutnya sudah harus puas dengan ampas-ampas kacang yang menjadi
makanan babi, tetapi makanan binatang itu menyebabkan perutnya sakit. Namun
demikian tak seorangpun yang sudi memberikan sesuatu kepadanya. Ia terpaksa
mencuri. Kemudian kembalilah anak itu ke rumahnya, bukan karena hal itu suatu
keharusan, melainkan karena terdorong oleh ingatannya pada kebaikan Bapanya.
Yang kedua dari Lukas 15:25-32 yaitu tentang kakaknya dari anak yang hilang
tersebut. Pada perumpamaan ini dia memerankan ahli Taurat dan orang Farisi yang
belum pernah melanggar perintah ayahnya.[3] Di
mana anak sulung itu marah, karena sikap bapanya kepada si bungsu. Si sulung memberikan
penjelasan tentang kemarahannya dimana dia selalu setia melayani bapanya, dan
tidak pernah melanggar perintah bapa, tetapi anak bapa itu (si bungsu) telah
menghabiskan harta kekayaan bapa. Dan bisa juga kemarahan si sulung karena
untuk menyambut anak bungsu, bapanya menyembelih anak domba, tetapi untuk yang
sulung tidak pernah. [4]
Dalam perumpamaan ini
juga mengajarkan kepada kita supaya kita setia kepada Allah, dan ketika kita
menyimpang dari Allah haruslah segera berbalik kemabali kepada Allah. Dan
setiap orang yang hilang dapat kembali kepada Allah karena Allah menerima orang
yang mau datang kembali kepada Allah.[5]
Yang diajarkan dari
perumpamaan ini sangat banyak. Kita dibawa melalui perumpamaan ini dengan
melihat kehidupan kita, dimana dalam perumpamaan ini, Yesus mengambilnya dari
kenyataan yang terjadi dalam orang-orang yang ada disekitarnya. Dan perumpamaan
yang Dia sampaikan itu merupakan perumpamaan yang tidak susah untuk dimengerti
oleh orang-orang yang mendengarkan-Nya. Dia tidak mengambil dari gaya hidup
orang lain tetapi Dia mengambiklnya dengan melihat kehidupan orang-orang yang
ada disekelilingnya.
Perumpamaan anak yang
hilang merupakan salah satu cerita pendek yang terbaik sepanjang masa.[6]
Perumpamaan ini tidak terlepas kaitannya dengan perumpamaan-perumpamaan
sebelumnya dan ketiga perumpamaan (domba yang hilang, dirham yang hilang, dan
domba yang hilang) ini memiliki satu tujuan pengajaran yang sama. Tujuan
penulis dalam teks ini adalah untuk menunjukkan bahwa ketika salah satu dari
apa yang dia miliki itu hilang, dia akan cari sampai dapat dan hal itu
menunjukkan kasihnya yang selalu mengasihi dan ketika miliknya hilang dan
kembali maka dia akan bersuka cita.
Dalam perikop ini
penulis mengajarkan tentang ketika anak itu jauh dan menyeleweng dari Bapanya
bahkan telah jauh dari-Nya, maka ketika sang anak sadar dan menjalani apa yang
dia inginkan itu dengan sendiri, maka dia akan mengingat Bapanya kembali dan
dia akan kembali dengan sendirinya. Ketika dia kembali dan bertemu dengan
Bapanya, maka Bapanya menyambut dia dengan penuh sukacita.
Perumpamaan
ini biasanya diceritakan untuk mengajak berpikir mengenai hal-hal yang lebih
dalam, bukan mengenai hal-hal yang bisa dikenakan begitu saja ke dunia sekitar,
bukan pula untuk dituduhkan diam-diam dalam hati sekalipun. Dimana, beberapa
orang menafsirkan perikop ini, dengan mengatakan bahwa pengajaran yang mau
diajarkan oleh penulis kepada pembaca yaitu tentang anak bungsu yang mau datang
kembali kepada bapanya.
Pokok pembahasan dari
perikop ini adalah tentang kaum Farisi dan imam-imam kepala, yang merasa malu
ketika melihat Kristus bergaul dengan orang dari kelas rendah dan orang-orang
yang terkenal berdosa. Perumpamaan ini merupakan teguran terhadap keegoisan dan
formalisme - kepada orang-orang yang percaya kalau mereka memiliki hak jalan
terlebih dulu secara rohani dan orang-orang yang kurang layak, yang
bersenang-senang dalam kebaikan ilahi sudah pasti iri hati atau selalu mencela
terhadap sambutan hangat yang disampaikan kepada orang berdosa yang telah
ditebus. Ajaran ini berlaku bagi orang- orang masa kini yang tidak bersimpati
dengan pekerjaan misi penyelamatan yang sedang berlangsung, dan meragukan
pertobatan orang-orang jahat. Perumpamaan ini menegur orang-orang seperti itu,
tetapi juga menyampaikan suatu ajaran yang berat misalnya tentang kejahatan
dosa. Sang ayah mengampuni anaknya yang lebih muda dan memberinya sambutan
penuh sukacita, tetapi dia berkata kepada anak yang lebih tua, "Semua yang
Kumiliki juga kaumiliki"; yang mengisyaratkan bahwa kehilangan warisan
ayah oleh anak yang bungsu tidak dapat dikembalikan. Orang berdosa didesak
supaya bertobat, dan dijanjikan akan diampuni, tetapi waktu yang telah
dibuangnya, dan kesehatan yang telah disia-siakannya, serta kejahatan yang
telah dilakukan oleh contohnya, adalah kejahatan-kejahatan yang tidak dapat
diperbaiki.
Pengampunan dari sang
ayah merupakan satu hal yang sangat jarang ditemui dimanapun, di mana dalam hal
ini sang ayah itu adalah seorang yang penuh kasih dan penuh pengampunan kepada
anaknya sekalipun anaknya itu melakukan kejahatan kepadanya. Dan inilah hal
yang diajarkan oleh penulis kepada kita yaitu tentang kita yang berdosa ketika
kita datang kembali kepada Allah, Dia akan mengampuni dan menerima kita kembali
dengan sukacita. Bapak dalam perikop ini menggambarkan Allah kita yang penuh
kasih kepada manusia yang hidup dalam dosa.
IV.
Kesimpulan
Melalui perikop ini
kita dapat mengetahui tentang Allah menerima kembali orang berdosa yang
menyadari dosanya dan datang untuk memohon ampun kepada Tuhan. Allah adalah
maha pengampun dan pengasih kepada orang
yang mau hidup dan mau bertobat di hadapan Tuhan, yang mau hidup sesuai
kehendak-Nya. Manusia mempunyai harapan untuk hidup di dalam Tuhan bila manusia
itu hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Allah menunjukkan kasih-Nya kepada
manusia berdosa. Hal kerajaan Allah merupakan suatu hal yang dinantikan oleh
orang-orang yang hidup di dalam Tuhan dan yang mau kembali kepada-Nya.
[1]
B.F.Drewes, Satu Injil Tiga Pekabar, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2009), hal 254-260.
[2] _______, Tafsir Perjanjian Baru
3: Injil lukas, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), hal 174-176.
[3] Ibid, hal 176.
[4]B. J. Boland, Tafsiran Alkitab:
Injil Lukas, (Jakarta BPK Gunung Mulia, 1996), hal 379.
[5]
Munthe A. Kabar Baik Dalam Perumpamaan, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia,___ ) hal. 8
[6]Merril
C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, (Malang:
Gandum Mas, 2006), hal 228.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar