Penulis :
Donald Leroy Stults
Penerbit :
OMF Literature
Jumlah hlm : 208
hal
Tujuan dari
buku ini adalah membantu siswa-siswi teologis Asia untuk mulai berpikir dan
menulis secara teologis. Dalam
berdiskusi dengan mahasiswa teologi muda di Asia, penulis menemukan minat
mereka tumbuh dalam studi teologi dengan harapan seseorang mengajar dan menulis
bagi orang-orang mereka sendiri. Mereka memiliki keinginan dan kemampuan, dan
sudah dalam perjalanan panjang dari studi teologi. Pemikiran dan penulisan teologis
adalah pekerjaan baru dan menantang bagi para siswa tetapi yang diperlukan. Langkah
pertama adalah untuk mulai berpikir teologis yang berbeda dari penafsiran
berpikir, relasional, atau kebaktian. para siswa akan diajarkan untuk berpikir
secara teologis sebagai bagian dari pendidikan teologi mereka. Langkah kedua
adalah untuk menerobos penghalang, arah tulisan teologis yang serius dan
matang.
Di Asia, situasinya sama sekali berbeda. teologi
adalah pekerjaan yang relatif baru di gereja evangelis dan pendekatan yang
sistematis dan presentasi dari iman belum menerima perhatian yang telah
diterima di barat. jadi kami mulai di Prolegomena tetapi tanpa perhatian di
ferever remining sana, di Asia, fokus ini bukanlah tanda penyakit tetapi
kesehatan dan kekuatan. ketika kita menyadari teologi yang konstruktif dan
kreatif kita dapat mempertimbangkan penguasaan nya seni, dan saya menemukan
analogi ini bermanfaat. Penguasaaan dari dua seni memiliki dua bagian yaitu
yang pertama mempelajari teori dan metode, dan yang kedua mempraktekkan teori
dan metode tersebut. Teolog evangelis Asia menangkap visi untuk menulis
teologi, dan Kristen sesama yang melihat kebutuhan untuk mengembangkan dan
mendorong beasiswa yang kompeten matang di bidang ini.
KARYA TEOLOGI
Bab 1. KEBUTUHAN THEOLOGI
Definisi
Teologi
Ada bermacam-macam defenisi teologi yang dibuat oleh ahli. Tetapi
setidak-tidaknya teologi itu adalah sebuah studi intelektual atas Alkitab. Tujuannya adalah
untuk memahami dan menjelaskan secara sistematis tentang content dari iman Kristen dalam usaha memberikan pemahaman yang
benar baik kepada gereja (untuk kebutuhan pengajaran) ataupun dunia
(proklamasi). Dengan demikian teologi berusaha untuk menghadirkan ajaran alkitab
yang luas dan sistematis dan dapat dipahami secara utuh. Istilah teologi secara spesifik juga bisa
menunjuk kepada iman yang tersistem dan terperinci (biasa disebut teologi
sistematika) dalam bentuk doktrin, yang mana harus dibedakan dengan dogma.
Doktrin adalah pemahaman terhadap ajaran alkitab yang perlu di terus
disempurnakan yang merupakan ajaran penting dari iman Kristen. Dogma adalah
pikiran dari doktrin yang secara umum yang secara resmi telah dikenal sebagai
doktrin gereja. Biasanya dogma dihadirkan dalam bentuk kredo yang memiliki
otoritas. Dalam cabang-cabang teologi, sebuah cabang yakni Teologi biblika,
adalah suatu usaha untuk mengorganisasi arti alkitab supaya makna ajaran alkitab dapat dipahami.
Para teolog biblical berusaha supaya kebenaran dan pengajaran dari alkitab
dapat di aplikasikan dalam dunia kontepmorer. Sementara Teologi sistematika
berdiri di atas ajaran alkibat yang telah diambil dari teologi biblika, dan
teologi sistematik membuat suatu sistem rasional yang dapat menjelaskan makna
dari iman Kristen supaya dapat dipahami lebih jauh lagi.
Keengganan terhadap Theology
Dalam kenyataanya diantara orang Kristen sering terjadi keengganan
terhadap teologi. hal ini terlihat dari beberapa sikap yang bersikeras bahwa
kekristenan bukanlah sebuah sistem doctrinal, melainkan sebuah jalan hidup atau
tentang hubungan. Keberatan terhadapn teologi seringkali atau biasanya datang
dari golongan “scientific mind-set”. Pola pikir ini biasanya selalu bersikap
skeptic dan menempatkan agama atau sistem kepercayaan sebagai mitos atau berada
di luar area studi yang factual. Menurut mereka teologi tidak memiliki dasar
yang factual atau saintific dan dengan demikian harus di terapkan di ranah
metaphysic yang mana tidak lagi digemari. Bahkan yang lain lagi menyatakan
bahwa teologi bukannya menjelaskan pesan dari kekristenan, malah teologi membuat
lebih rumit dan sulit untuk dipahami oleh orang umum. Lebih lanjut teologi juga
dituduh telah membelokkan kebenaran dan membingungkan orang-orang Kristen.
Pelayan dari kebenaran Alkitab
Teologi telah mengklasifikasikan
doktrin dan banyak membantu kita menju pemahaman yang secara bertahap dan lebih
dalam kepada kebenaran Allah. kebenaran alkitab selalu meembutuhkan penjelasan
lebih lanjut. Tugas teologi tidak pernah selesai secara sempurna. Teologi hanya
membantu kita memahami firman Allah pada saat ini dan di tempat ini, sementara
di tempat atau waktu yang lain butuh penjelasan lebih lanjut lagi. Dengan
demikian tugas teologi tidak pernah selesai.
Teologi dalam Misi Dunia
Teologi bukan hanya satu bagian dari misi gereja, tetapi juga untuk
memajukan dunia. satu aturan dalam teologi yang membuatnya terabaikan
adalah sikap yang secara memaksakan
mandate misi sementara gereja sedang
bergerak diunia, mencari yang hilang, dan membawa injil ke seluruh dunia.
gereja/ orang percaya harus selalu progress. Umat Allah adalah pendatang, orang
baru, dan kaum musafir, yang selalu berusaha membawa mengumpulkan orang-orang
di perjalanan mereka. Inilah teologi musafir, teologi dari orang-orang misi.
Dengan demikian, dapat disimpulkan teologi sangat bagi sebuah gereja yang mau
berpengaruh bagi dunia. teologi lahir dari kebutuhan dan meneruskan pekerjaan
yang dibutuhkan. Partisipasi teologi dalam tugas pemberitaan injil dan
memuridkan para petobat supaya lebih mendalami dan memaahmi iman mereka.
Teologi melindungi integritas iman dari kesalahan dan tuduhan-tuduhan, dari
error dan bidat. Ini adalah sungguh-sungguh tugas yang esensial.
Bab 2. KEPERLUAN DAN
KETERDESAKAN TEOLOGI ASIA
Teologi barat adalah teologi
kontekstualisasi untuk daerah barat, dan dibutuhkan oleh gereja-gereja barat.
Secara umum metode dan model teologi barat tidak bisa dibawa dengan begitu saja
diterapkan di konteks dunia timur, yang mana mungkin aneh atau asing bagi di
daerah timur. Gereja-gereja asia harus mengakui bahwa mereka perlu menulis teologinya
sendiri yang sangat esensial. Gereja yang dewasa harus merespon aktif secara
teologis.
Dasar Premis Teologi
Alasan mengapa menulis teologi dan kontekstualisasi teologi itu
perlu adalah bahwa sebuah sistem teologi memikirkan dimana konteks ia berada.
Para teolog perlu mencari bagaimana mengkomunikasikan kebenaran Allah yang
dilingkupi oleh konteksnya, yang secara sadar dan berorientasi kepada konteks
itu sendiri. Setiap teologi perlu
dievaluasi dengan tujuan kebergunaan, khususnya
pada waktu dan tempat yang berbeda dimana ia berada. Tidak ada teologi
yang dapat dikatakan absolute atau berotoritas secara universal.
Kesatuan Dan Perbedaan Dalam Teologi
Kita menerima otoritas kitab suci sebagai dasar kebenaran mutlak
yang sah, dan Telogi injili menjadikan alkitab sebagai fondasi teologinya.
Kebenaran alkitab, dan bukan konteks sejarah dan budaya yang menentukan
standart kebenaran dari teologi. inilah
kesatuan dari teologi, tetapi konsekuensinya terjadi perbedaan dalam
mengekspresikan kebenaran menurut konteksnya masing-masing. Selain itu metode
dalam berteologi juga bisa berbeda.
Hubungan masalah dalam pengembangan teologi asia
Dalam
milineum kedua setelah kehadiran gereja, teologi seolah-olah secara ekslusiv
hanya menjadi milik kekuasaan gereja-gereja barat. Mengapa hal ini terjadi
mungkin karena kesalahan yang telah dilakukan gereja, baik di barat maupun
gereja timur. Gereja barat gagal untuk mengijinkan gereja timur secara bebas
merespon kembali teologi yang berasal dari barat karena adanya ketakutan
memudarkan kebenarannya. di sisi lain gereja timur juga tidak memikirkan secara
serius akan tugas dari teologi. penyempitan makna teologi ini telah menjadi
masalah serius di asia karena gereja telah gagal melakukan tugas teologi,
melatih dan mempersiapkan para teolog yang berbicara sesuai dengan konteks
asia.
Pengabaian teologi ini telah membuat gereja lumpuh dan tidak memberi
pengaruh dimana ia ada. hal ini karena tidak adanya tokoh/ sarjana Kristen yang
dapat menjembatani antara kekristenan dengan tokoh budaya masyarakat. Para
pemikir inilah yang seharusnya melangkah dan menentukan bagaimana gereja harus
bersikap. Dialog dengan tokoh masyarakat ini sungguh seharusnya tidak bisa
diabaikan. Ketika sekolah teologi hadir, semuanya berorioentasi ke teologi
barat dan masalah teologi di barat. Kebanyakan teologi asia belajar dari barat,
dan mereka mempelajari ide-ide dan masalah teologi di barat, kemudian mencoba
menghubungkannya dengan iman Kristen di asia. Ide-ide dari barat ini sangat
bernilai bagi teolog-teolog asia. Beberapa permasalahan gereja telah ada untuk
waktu dua ribu tahun, dari gereja mula-mula dan sampai hari ini tetap mengancam
gereja. Jadi gereja-gereja harus tetap waspada. Sebagaimana tugas teologi asia
adalah sebuah refleksi atas iman Kristen dengan situasi kontemporer. salah satu
pertanyaan besar yang selalu harus difikirkan teologi adalah bagaimana wajah
gereja saat ini. Beberapa teolog asia
telah menyadari bahwa kebergantungan terhadap teologi barat ternyata tidak bisa
mendorong pertumbuhan pikiran dan hati orang-orang asia. Beberapa teolog asia
belajar dari barat, dan kembali ke asia memberikan pengaruh. Tetapi apa yang
penting, adalah bahwa gereja asia harus melahirkan teolog-teolog mereka
sendiri.
Kebutuhan akan teologi ini sudah sangat jelas dirasakan. Tidak hanya
di asia, tetapi sebenarnya diseluruh dunia. Garis perbedaan antara teologi
barat atau timur sebenarnya tidaklah terlalu jelas, sehingga seluruh gereja
membutuhkan akan kehadiran pemikiran-pemikiran teologi yang mendarat di
konteksnya sendiri. Hampir setiap bidang dalam gereja membutuhkan masukan dari
teologi, dan memaksa teologi untuk berfikir lebih serius lagi. Khususnya di
asia, kebutuhan akan teologi yang murni berwajah asia dari para sarjana
teologi, sangat dibutuhkan supaya bisa lepas dari ketergantungan dari teologi
barat dan menciptakan satu teologi yang relevant untuk konteks asia.
Permulaan Teologi Asia
Pribumi
Selama ini, gereja-gereja asia sangat bergantung pada asupan teologi
dari barat walaupun gereja di asia tetap membungkus masukan teologi bari barat
ini sesuai dengan konteksnya di asia. Dimanapun gereja lahir, dan teologi
ditulis dimanapun, ia akan selalu berusaha menjawab masalah-masalah yang ada di
konteksnya dengn mencoba menjawab dari mempelajari alkitab. Nilai-nilai
alkitabiah ini bisa diterima dari tulisan teologi dari manapun sebagai
masukan dan memperbanyak variasi masukan yang ada. tetapi para sarjana alkitab
atau teolog di asia harus selektiv dan kritis dalam memilih pemikiran-pemikiran
teologi dari barat ini. Setiap elemen yang tidak sesuai untuk konteks di asia
harus di lepaskan. Proses pelepasan elemen budaya barat dan mengambil inti dari
kebenaran inilah yang disebut dengan de-kontekstialisasi.
Proses de-kontekstualisasi dan kontekstualisasi seharusnya menjadi
tugas bersama dari para teolog barat dan teolog asia. Ini merupakan tugas yang
sangat vital yang seharusnya dikerjakan oleh gereja secara bersama-sama, baik
teolog barat maupun asia, jika menganggap tugas misi adalah sama-sama merupakan
tugas dari seluruh gereja. Seluruh teolog dimanapun mereka tinggal harus
memikirkan misi secara menyeluruh untuk asia, dan harus setia untuk melakukan
tugas ini. Gerakan kekristenan dunia perlu dilihat secara saling bergantung.
Dan secara khusus focus kerja dari teologi di asia, adalah melihat secara
menyeluruh kebutuhan teologi di gereja-gereja asia. Dengan demikian, para
teolog baratpun tidak akan melihat lahirnya teolog-teolog asia sebagai
persaingan, justru seluruh gereja di dunia akan ikut mendorong setiap kehadiran
teolog-teolog yang memikirkan kebutuhan teologi untuk daerahnya masing-masing.
Teologi Asia Untuk Gereja
Asia
Apa yag harus dilakukan teolog asia bukanlah untuk menghilangkan
teologi barat yang telah mempengaruhinya, tetapi lebih merupakan sebuah usaha
yang harus dilakukan untuk menciptakan teologi yang murni lahir dari pergumulan
akan kebutuhan di asia. Kedewasaanlah gerejalah yang dibutuhkan, dimana
gereja-gereja yang dewasa selalu merespon segala kebutuhan yang sedang terjadi di
dunianya, termasuk kebutuhan akan teologi. Gereja asia menyatakan
keberadaannya. Jika gereja asia benar-benar memikirkan tugasnya dalam
konteksnya, maka gereja akan memberikan kontribusi yang signifikan bagi dunia
asia, dimana ia berada. Tugas teologi menurut
c.s. song, di asia dan di dunia ketiga adalah untuk membuka mata dari
gereja-gereja tradisional untuk melihat misi Allah bagi dunia seutuhnya. Itulah
yang harus dilakukan oleh para teolog asia.
Beberapa Karakteristik
Teologi Asia
Satu hal yang menyebabkan mengapa teologi asia harus ada lewat
teolog asia adalah adanya keinginan yang kuat untuk merespon injil dari situasi
mereka sendiri, dan memberikan ekspresi orang asia terhadap kekristenan. c.s.
song sekali lagi mengingatkan bahwa teologi adalah tugas yang secara kreatif
dan bukan hanya mengulang-ulang interpretasi dari standar yang sudah ada.
teologi dunia ketiga adalah sebuah usaha untuk membukan hal-hal yang terjadi di
antara mereka. Teologi asia harus berbeda dari yang lain, karena mereka memang
berada di situasi dan kondisi yang berbeda. Untuk itu, respon untuk harus
menulis teologi di asia harus dilakukan oleh orang asia. Di dalam prosesnya,
mungkin para teolog asia bisa melakukan kesalahan, tetapi kenyataanya, sejak
teologi telah menjadi tugas manusia, kemungkinan itu akan tetap terjadi. Maka
untuk itu tidak ada lagi alasan bagi orang asia untuk berteologi. Dr. Sapir
Athyal telah mengkategorisasi sifat-sifat yang biasa ada dalam teologi asia:
1.
Orientasi asia.
Karakteristik yang
pertama dari teologi asia adalah berorientasi kepada agama dan budaya asia.
Budaya dan agama di asia sangat terkait erat, sehingga ketika memikirkan
tentang budaya mereka, hal itu juga langsung mencerminkan agama mereka. Ini
membuat tugas teologi di asia lebih sulit, belum lagi kekristenan di asia
dianggap sebagai agama asing bagi budaya orang asia. Ini membuat tugas teologi
asia harus bekerja lebih keras untuk supaya kebenaran Allah dapat dipahami oleh
orang asia.
2.
Budaya dan komunitas
Gereja asia melihat
dirinya sebagai “satu bagian integral dari komunitas orang asia” bukan sebagai
suatu pelopor kekristenan barat atau sebuah entitas yang terpisah yang hidup di
tengah-tengah budaya orang asia. Gereja asia tidak menutup diri dari
urusan-urusan kebudayaan yang ada di masyarakat asia, tetapi berusaha untuk
berpartisipasi secara aktif dalam urusan kebudayaan maupun social.
3.
Realita social
Karakteristik
ketiga adalah berteologi di sekularisasi dan realitas social lainnya. Kehidupan
orang asia tidak terpisah antara kehidupan sekuler dan yang sacral. Hidup
adalah sebuah kesatuan dan harus kesatuan itu harus tujuan di dalam teologi.
situasi social di asia menuntut perhatian dari teologi sebab pengaruh
sekularisasi ini sangat cepat dapat mengubah orang asia. Beberapa teolog
melihat perubahan realita social ini sebagai pekerjaan Allah untuk memperbaiki
kehidupan orang banyak dan untuk membangun masyarakat ini. Jadi, sudut social
adalah salah satu konsern yang amat penting bagi teolog asia.
4.
Lebih intuitif daripada sistematis
Teologi di asia
lebih berhubungan dengan pengalaman dan itu menjadi secara natur terbagi-bagi
dan tidak sistematis. Sifat sistematis sebenarnya lebih cenderung dibutuhkan di
dunia barat daripada orang asia, sehingga sistematisasi tidak terlalu seluruhnya
bermakna di asia.
5.
Hermeneutic asia
Kebanyakan
budaya di asia dipengaruhi atau setidaknya mirip dengan kebudayaan cina.
Pemikiran cina selalu digambarkan dan bersifat konkret. Jadi teologi asia yang
lahir dari kebudayaan yang mirip gaya berfikir tiongkok yang lebih bersifat
konkrit daripada abstrak. Cirri lain dari karakteristik dari teologi asia
adalah lebih concern dengan pengalaman hidup daripada konsep-konsep. Demikian
halnya dengan teologi misi, yang bukanlah teori-teori yang abstrak, filsafat,
atau murni akademis, melainkan teologi itu ditulis dalam bentuk dukungan hidup.
Jadi teologi asia, karena dia bersifat tidak murni akademis, itu tidak hanya
menjadi sebuah materi di kepala saja tetapi juga sangat perhatian kepada
masalah hati.
Suara kenabian
Satu tugas yang tampaknya belum terlalu di perhatikan, tetapi akan
dipertimbangkan dalam teologi asia adalah tentang suara kenabian dari teologi.
suara kenabian dari gereja selalu penting.
Suara kenabian, dalam arti memikirkan tentang kehendak Allah terhadap
kebudayaan yang kemungkinan besar mengandung kekeliruan atau hal-hal yang
buruk(evil), mengingat setiap kebudayaan sudah tercemar oleh dosa. teolog asia,
khususnya orang pribumi yang lebih tahu hal-hal yang tidak sesuai dengan firman
Allah yang ada dalam kebudayaan mereka, dan gereja atau teologi harus
mengkonfrontasi bahkan membuang hal itu dari kebudayaan. Ini bukan satu tugas yang terpisah, tetapi
satu bagian integral dalam tugas teologi.
Goal Dari Teologi Asia
Tujuan teologi asia adalah memikirkan kebutuhan akan kekristenan di
benua asia. Itu bisa berbicara dukungan atau juga mempertimbangkan, tetapi
selalu berdasarkan firman Allah. tetapi sebenarnya tugas teologi, tidaklah
sesederhana itu. Tugas teologi melampawi hanya sekedar memikirkan tentang
keberadaan kekristenan di salah satu sudut, dalam hal ini adalah asia. Seorang
professor korea won sul lee, menulis sebuah buku yang berjudul beyond teologi.
disana ia bukan menerangkan tentang peradaban barat dan timur, bukan teologi,
tetapi ia sedang berbicara dan memberi masukan yag besar kepada para teolog.
Gerakan kekristenan adalah gerakan yang mendunia. Walaupun tujuan kita adalah
untuk menulis teologi untuk kekristenan atau gereja di dalam satu situasi atau
lokasi, tetapi itu tetaplah memiliki pengertian dan berguna bagi kekristenan di
seluruh dunia. sebaliknya kontekstualisasi teologi, pasti tidak baik jika ia
hanya cocok untuk satu konteks tetapi bertentangan dengan konteks yang lain.
aspek universal dari injil harus terlihat dan lebih mudah dikenali baik dari
dalam maupun dari luar kebudayaan. Jadi ada sisi luas dan sempit dari tugas
teologi. ada kebutuhan untuk memikirkan tentang kebutuhan gereja dan kebudayaan
asia. Tetapi lebih dari itu, ada satu tugsa yang besar untuk memenuhi kebutuhan
teologi untuk gereja secara keseluruhan. Teologi asia harus menulis untuk kedua
kebutuhan ini.
Bab 3.
KARYA
TEOLOGI
Respon dari orang asia terhadap panggilan teologi ini sebenarnya
sangat sensitive, dan mulai berada dalam proses pencarian untuk memulai
bekerja. Tetapi masalahnya sekarang adalah, “bagaimana memulainya’? jadi perlu
untuk menggambarkan bagaimana natur teologi dan bagaimana mereka telah bekerja
selama ini. Sebelum mempelajari bagaimana metodenya, perlu juga mengetahui
prinsip utama dari sains. Teologi adalah murni tugas manusia, sebagai responya
terhadap pencarian akan kebenaran akan kehendak Allah dari Wahyu Allah. masalah
teologi ada pada manusia, bukan Allah. akal budi manusia yang telah rusak oleh
dosa mengakibatkan manusia kehilangan kehidupan spiritualnya. jadi tujuan
teologi adalah juga berusaha untuk memulihkan keadaan spiritual ini, tetapi
lewat usaha perjalanan intelektual dalam iman yang sudah percaya. teologi
adalah usaha intelektual, tugas untuk mengorganisasi dan menjelaskan firman
Allah dengan gaya kesarjanaan atau model intelektual. Jadi teologi bukan usaha
spiritual, tetapi murni seruan intelektualitas.
Orang Injili dan Teologi
Orang-orang injili telah menyadari bahwa ada kegagalan untuk
mengembangkan pemikiran teologi yang relevan dengan pergumulan kontemporer.
sekalipun kita tahu bahwa mungkin pandangan kita itu sungguh benar, tetapi
tetap saja itu tidak menjawab kebutuhan kontemporer dan sangat kekurangan teks
book untuk banyaknya masalah-masalah yang ada. jadi tugas teologi sebenarnya
bukan lagi opsional, melainkan keharusan. Selalu tersedia pergumulan-pergumulan
yang baru, dan selalu ada materi-materi yang membutuhkan kajian teologis. Tugas
berteologi ini selalu berkelanjutan. Ia lebih dari sekedar mengerjakan kembali masukan-masukan
yang telah ada atau mengulangi apa yang telah ada dengan bahasa yang lain,
tetapi harus mempertanyakan dan berbicara tentang hal-hal yang sedang relevan
dan vital.
Jenis Teologi Apa?
Ada gerakan teologi yang menjauhkan prinsip dasar alkitab dan
menggantikannya berdasarkan situasi eksistensial. Dengan kata lain, starting
point dari teologi ini bukanlah berangkat dari penggalian akan firman, tetapi
berangkat dari situasi kontemporer. teologi injili tidak bisa mengikuti gaya
ini, tetapi tetap mempertahankan bahwa alkitab adalah tetap dasar dalam
berteologi. Teologi injili berangkat dari kebenaran alkitab, dengan demikian
harus mempelajari pengetahuan alkitab secara mendalam. Kebenaran alkitab itu
bersifat universal dan selama-lamanya. Tetapi alkitab juga di tulis berdasarkan
konteks pada saat itu, sehingga apa yang harus dicari adalah pesan Allah pada
saat teks-teks itu ditulis, dan tugas teologi adalah untuk memikirkan relevansi
dari pesan tersebut untuk konteks masa kini.
Dengan kata lain, pesan itu tentu tidak bisa langsung diterjemahkan dan
diinerpretasi pada masa kini tanpa mengetahui lebih dulu secara dalam apa makna
dari teks tersebut pada awalnya. Wahyu Allah kepada manusialah yang menjadikan
adanya pesan Alkitab. Pesan ini telah secara sejarah dan nyata berdiri
berdasarkan tujuan memahami Allah atau tentang Allah dan dapat dipahami
manusia. Allah berbicara melalui orang-orang atau budaya tertentu untuk bisa
dimengerti dengan jelas oleh manusia untuk selamanya. Maka konteks alkitabnya pun
merupakan bagian dari pesan tersebut. Pesan itu penting bagi manusia untuk
memahami firman Allah dalam konteks budaya alkitab dan kemudian mengambil
pemahaman yang baru dan mempergunakannya untuk dipikirkan di dalam konteks dan
kebudayaan yang lain/ kontemporer.
Firman Allah
Teologi jika ingin tetap tetap setiap kepada tugas dan panggilannya,
harus berdasarkan benar-benar dari Alkitab. Teologi tidak bisa mengendalikan
prinsip alkitab sekalipun dia dikatakan lain dengan sistem ilmu yang lain. Panggilan teologi adalah untuk
menginterprtasi Alkitab dalam orang-orang budaya kontemporer, dan tidak
mengubah pesan intinya. Teologi juga tidak bisa mengkompromikan pesan alkitab
dengan menerapkan hal-hal yang bertentangan dengan karakteristik dan isi firman
Allah. bahkan teologi bisa disebut sebagai “Terjemahan”. Clark pinnok pernah
mengatakan bahwa tugas teologi adalah menerjemahkan; menerjemahkan konten dari
firman Allah ke dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh manusia di dunia
kontemporer.
Teologi di dalam komunitas
Tugas teologi dimulai dengan menjelaskan pesan yang diberikan kepada
gereja Allah. memahami kembali arti masukan-masukan yang dari Allah, dalam
pengajaran. Sekalipun gereja banyak memegang kebenaran sejati dari alkitab,
tetapi akan selalu ada masukan-masukan baru ketika mempelajari firman Allah,
tentunya dengan pertolongan roh kudus. Firman Allah sangat kaya, dan perlu
dipelajari terus menerus secara serius untuk mendapatkan pengajara-pengajaran
yang berguna. Namun apakah gereja sudah
begitu setia kepada firman Allah? pada poin ini focus dari teologi adalah
untuk menghidupkan gereja untuk selalu mengevaluasi diri dan interpretasi diri.
Hanya firman Allah yang dapat mengoreksi dan menguji gereja. Firman Allah ada
di atas gereja, dan otoritas firman adalah yang terutama. Gereja tidak mempengaruhi firman Allah
sekalipun tugas gereja untuk memeliharanya. Gereja bangkit oleh firman Allah,
jadi prioritas tetap pada firman. Ketika dengan setia memahami dan menyatakan
firman Allah, firman Allah memberkan kelahiran baru kepada gereja. Firman Allah
menjadi konselor, pembimbing, dan bahkan menjadi hakim bagi gereja.
Jadi apakah pesan dari kekristenan itu?
Paul Tillich mengatakan bahwa pertanyaan utama dari teologi adalah
apa pesan kekristenan itu, tidak hanya itu lebih serius lagi bagaimana
menghubungkannya dengan pemikiran kontemporer supaya mereka/ manusia tetap
memiliki pilihannya. Apa pesan kekristenan itu selalu bersifat present”. Gereja
telah mempelajari elemen terpenting dari firman Allah itu, tetapi bukan tanpa
klarifikasi lagi. Tillich secara serius memikirkan tentang relasi antara pesan
ini dengan dunia kontemporer. gereja harus tetap memelihara kewaspadaan dari
kekeliruan akan pesan ini. Teologi dapat menolong gereja untuk menilai tindakan
tradisional dan persepsinya di dalam terang firman Allah.
Menguji teologi
Tekanan besar dari jaman adalah kegagalan kita dalam melihat hal
hanya hari ini, dengan asumsi bahwa segala hal yang dari masa lalu hanya kecil
atau tidak ada relevansinya lagi dengan hari ini. Kegagalan dalam melihat bahwa
apa yang hari ini ada adalah perpanjangan atau hasil dari masa lalu itu, yang
memimpin kepada suatu penolakan dari kesinambungan pikiran teologi. james orr
berkomentar, bahwa pengujian perkembangan teologi yang sekarang bukanlah
kebebasan dari apa yang lalu, tetapi lambat laun memperbaiki dengan rasa
hormat, mendalami dan memberi masukan dan membawa kepada satu tahap yang
semakin komplit. Mungkin disana ada yang tetap dipertahankan, ada kesalahan
yang harus diperbaiki, teori yang terlalu terburu-buru, godaan-godaan,
kesimpulan yang terlalu jauh, dan sebagainya tetapi kesalahan ini diperbaiki
lewat pengalaman dan anggapan ditengah-tengah itu adalah mungkin mencapai sebuah kelanjutan yang solid dan
secara perlahan menemukan kebenaran kepada kebenaran berikutnya. Berkhof
mengatakan bahwa kita tidak harus mengabaikan teologi warisan itu, tetapi
justru kita harus masuk kedalamnya. Tradisi itu memang harus selalu diukur
berdasarkan standar firman Allah, dan setiap generasi memiliki respon untuk
membuat tradisi menurut ajaran alkitab, jadi mereka bisa sesuai.
Melanjutkan Tugas Berteologi
Kebenaran Allah adalah universal dan selama-lamanya tidak berubah,
tetapi pemahaman manusia terhadapnya bisa berubah. Bahasa, konsep, dan memahami
budaya bisa berubah. Kebenaran Allah harus diterjemahkan kepada setiap konteks
dan setiap generasi baru. Kebenaran Allah tidak berubah, tetapi jika kontkes
berubah maka cara ekspresi kebenaran itu perlu dirubah supaya pesan injil itu
tidak menjadi hilang. Teologi adalah aktivitas manusia dan oleh sebab itu tiak
pernah selesai secara utuh dapat menjelaskan kebenaran Allah, sehingga perlu
ada pemajuan dan pemurnian.
Untuk Setiap Generasi
Peran teologi harus juga bersifat selalu mengkritisi dirinya sendiri,
dimana kritik diri adalah jalan gereja menempuh ekspresi iman. Teologi harus
selalu mengukur ekspresi iman baik yang lalu dan yang sekarang apakah
bertentangan dengan kebenaran Allah. itu sebabnya, berkower mengatkan bahwa
tidak ada “ketenangan yang tidak bergerak” dalam teologi. jadi ada usaha yang
selalu, serta kegelisahan dalam pekerjaan teologi, dan ketidakpuasan terhadap
jalan iman adalah dapat dipahami. Beberapa memandang hal ini sebagai satu
ancaman terhadap kebenaran, tetapi sebenarnya itu adalah satu perlindungan
terhadap gereja. Jika gereja berbuat salah, ia harus dikembalikan kepada terang
dan diperbaiki. Jadi, kewaspadaan merupakan hal yang utama bagi teologi.
Tugas teologi pribumi
Tugas lain dari teologi pribumi adalah supaya tetap sensitive
terhadap pertanyaan-pertanyaan dan masalah yang menghadapi gereja dan
menyediakan jawaban yang memperbaiki dan lebih otoritatif. Tugas special
teologi adalah untuk mengetahui dan menjawab pertanyaan yang nyata berhadapan
dengan gereja di konteks tertentu. Tetapi melampaui peran ini, teologi juga
harus memerangi masalah yang menghambat hubungan gereja dengan budaya dan
menyediakan langkah yang benar. Ini adalah bagian dari misi gereja kepada
dunia. teologi harus memimpin gereja keluar dari parokialisme kepada dunia yang
lebih luas dengan sebuah misi dan pesan yang jelas.
Panggilan Khusus Teolog
Tugas utama teologi sebenarnya adalah dalam hal pengajaran. Teologi
harus melahirkan pengajaran yang benar. Peran Teolog bisa dikatakan sebagai
pengajar gereja. Teologi menyentuh semua aspek dalam gereja, jadi perhatiannya
tidak hanya pada satu bidang tertentu tetapi kepada seluruh gereja secara utuh.
Jadi seharusnya ada kerjasama antara gereja dengan teolog, dimana gereja juga
harus menerima kemungkinan kritik teolog dan ada juga kelalaian yang bisa
terjadi dalam teologi sebab teolog adalah manusia. gereja harus mengijinkan
teolog ada kebebasan begitu pula sebaliknya dan keduanya saling memperlengkapi.
Kerendahan hati adalah sesuatu yang mutlak harus dipelihara dalam hal ini.
Teolog tidak bisa berbuat, tetapi ia memberitakan Firman Allah. teolog akan
menerima respon yang mengagumkan tetapi juga akan dihakimi baik oleh Allah
maupun juga manusia. meskipun perkataan dan pekerjaannya akan memperbaiki
gereja, ia juga bisa menyesatkan gereja. Kebutuhan ini tidak membuat para
teolog segan tetapi akan membuatnya bekerja dengan bertanggungjawab.
Pekerjaan teolog
Ketika melakukan pendekatan teologi, itu mencakup unsure disiplin
dan pekerjaan, kita melakukan itu dengan presuposisi tertentu yang dipegang
melalui teolog.
1.
Wahyu yang dapat dimengerti
Persuposisi yang
pertama adalah bahwa Allah menyatakan dirinya kepada manusia dengan cara yang
dapat dimengerti. Pewahyuan Allah atas dirinya adalah dasar terpenting dari
bangunan sistem teologi. ketika teologi berbicara secara ororitatif, itu adalah
menginterpretasi pewahyuan Allah dalam
cara yang dapat dipahami kepada gereja atau dunia. Ada elemen-eleman yang masuk
ke dalam teologi, seperti pengalaman, situasi gereja dan sebagainya, tetapi
dasar otoritas itu adalah firman Allah sebagai sesuatu yang menjelaskan tentang
diri Allah sendiri. Allah menyatakan dirinya kepada manusia dengan jalan yang
dapat dipahami manusia, dan manusia dapat memiliki kepastian bahwa itu adalah
kebenaran dimana benar-benar Allah telah menyatakan dirinya kepada manusia.
Allah membuat dirinya dikenali oleh manusia dengan cara yang sangat spesifik.
Bahkan firman Allah ini telah hadir secara konkrit dalam bentuk inkarnasi.
Sehingga kebenaran yang konkrit itulah yang menjadi inti dari pesan injil.
2.
Focus kepada rasio
Presuposisi lain
dari teologi injili adalah bahwa pikiran manusia atau proses kognitif secara esensi adalah sama kepada semua
manusia. starting poin dari perspektif masing-masing mungkin berbeda, tetapi
perlengkapan dari proses berfikir itu adalah sama, yang disebut rasoinalitas.
Rasionalitas adalah kemampuan untuk berfikir, untuk mengetahui dan
berkomunikasi secara logis tentang kebenaran melalui kemampuan berfikirnya
rasio. Ada juga yang mengatakan bahwa rasio adalah kemampuan manusia untuk
mengalami tatatertib alam semesta. Allah adalah keadaan yang berfikir atau
setidaknya dan bahkan yang menciptakan keberadaan yang berfikir ini, sehingga
pasti ia bisa berhubungan dengan manusia yang juga adalah keberadaan yang
berfikir.
3.
Perjanjian Allah dengan kita
secara terusterang
Kita menganggap
bahwa Allah yang menciptakan realitas dan manusia tidak akan menyepelekan
pikiran manusia. inilah salah satu presuposisi yang lain dari teologi injili.
Hukum pemikiran dan rasio secara umum cocok dengan realitas secara objektif.
Sekalipun pikiran manusia telah dicemari oleh dosa, manusia memiliki kemampuan
untuk berfikir, dan punya kecukupan untuk menemukan serta merasakan realitas
objektif yang benar. Kita juga menduga bahwa Kristen mampu untuk memahami Wahyu
Allah dengan bantuan roh kudus. Teolog injili asia memiliki pemahaman yang
bersih tentang hubungn antara human reason dengan pencerahan roh kudus.
Pengejaran Kristen terhadap Wahyu Allah, mereka secara percaya diri yakin bahwa
“roh kudus yang menuntun kita kepada kebenaran adalah roh yang juga
menghembuskan kebenaran kepada penulis alkitab, juga menghendaki kita supaya
mencari dan menemukan kebenaran dari tulisan-tulisan itu. Pekerjaan teologi
adalah untuk memahami dengan bersih frman Allah dan berbicara tentang kebenaran
Wahyu Allah dan berusaha secara maksimal kepada gereja dan dunia di dalam
generasinya.
Bab 4. KEBUTUHAN SISTEM DAN BENTUK
Sejarah pemikiran manusia adalah sejarah perkembangan sebuah sistem
yang besar. Sistem adalah mutlak dan teologi sudah sistematis. Sistem adalah
inti keseluruhan dari proposisi yang konsisten, independen, dan berkembang
sesuai metode tertentu. Alkitab menjadi dasar dari sistem tersebut, dimana
alkitab mengajarkan kebenaran yang berkesinambungan tetapi belum
tersistematisisasi secara jelas. Jadi sistematik teologi adalah buatan manusia,
bersifat konstruktif/ membangun, juga kreativ. Tujuan pekerjaan teologi adalah
untuk menyusun semua doktrin yang ada dalam alkitab ke dalam satu bangunan yang
kuat/ utuh.
Teologi sebagai pekerjaan manusia.
Subjek dan isi dari teologi adalah kebenaran Wahyu yang absolute dan
tidak tergantikan. Tugas teologi untuk menyusun dan mengatur kembali susunan
kebenaran ini sehingga dapat dilihat dengan jelas dan dapat dipahami berbagai
macam perspektif dan situasi umat manusia. jadi sementara kebenaran itu tetap
dan tidak tergantikan, maka gaya ekspresi dari kebenaran ini bisa bervariasi.
Teologi itu pekerjaan manusia, aktivitas intelektual manusia, bahkan abstrak
serta kelihatan kecil hubungannya dengan kondisi actual manusia. jadi tidak ada
hasil dari aktivitas teologi yang sempurna dimana ia selalu membutuhkan
evaluasi dan koreksi. Pekerjaan teolog tidak bisa menghadirkan secara sempurna
dan berakhir dalam usaha memahami iman Kristen. Teolog tidak pernah bisa sama
modelnya dalam kehadirannya. Rekonstruksi yang baru akan selalu dibutuhkan
kepada setiap generasi, dan teolog yang bersemangat harus selalu bangkit untuk
mengejar tugas ini.
Sistem adalah sekunder
Sebuah sistem juga tidak bisa secara tuntas dapat memahami serta
mengutarakan sumber kebenaran yang tidak terbatas yakni firman Allah. ini
adalah harapan yang terlalu utopis dari sebuah sistem. dengan kata lain, sebuah
sistem tetap pasti ada cacatnya. Dengan demikian teologi harus menghindari
godaan untuk memutlakkan sebuah pesan lewat tubuh sistem. Pesan (alkitab) dapat
mempengaruhi tubuh sistem, tetapi tidak sebaliknya. Sistem tidak pernah
menciptakan pesan. Dia hanya memberitakan. Sistem adalah (hanyalah) alat, yaitu
alat untuk melangkah ke dalam sebuah struktur yang kuat dalam menyusun/
mempersatukan banyak elemen dari iman sehingga menjadi kuat/ utuh. Jadi sistem
bukanlah akhir, tetapi hanya sebuah cara untuk mencapai sebuah akhir.
Metodologi teologi
Sebuah persiapan diskusi, metodologi dibutuhkan untuk membuat model
teologi yang akan digunakan. Tipe akan menentukan metodologi. Paul Tillich
menyampaikan dua tipe teologi- metode kerygmatic dan apologetic. Kerygmatic
berarti teologi yang berfokus kepada kebutuhan gereja. Metode ini tidak
memikirkan hubungan antara injil dengan gereja. Apologetic teologi mencari/
memikirkan hubungan dengan dunia dan mencari jawaban yang muncul di gereja
terhadap masalah-masalah / hubunganya dengan dunia. Tillich serorang teolog
apologetic. Barth seorang tolog kerygmatik. Jadi sekalipun belum jelas
metodologi yang harus di ambil, tetapi dari dua perbedaan antara Tillich dan
barth, terlihat dua pekerjaan yang harus dikerjakan teologi. sebuah
keseimbangan antara keduanya: sebuah teologi yang berbicara kepada gereja dan
juga kepada dunia, itulah teologi yang baik dan yang dibutuhkan oleh asia.
Metode teologi juga memikirkan tidak hanya konten dari pesan yang ia bawa,
tetapi juga situasi-konteks dimana ia beritakan pesan tersebut. Dengan demikian
dibutuhkan metode yang dapat menjawab hal-hal ini. Tillich mengratikan
metodologi sebagai “sebuah cara sistematis dalam melakukan sesuatu, khususnya
untuk memperoleh pengetahuan. Teologi mengikuti sebuah metode yang mana adalah
“sebuah cara tertentu untuk menurunkan dan menyatakan preposisi.
Metode yang tepat
Sebuah metode
tidak dapat mengklaim telah memadai untuk setiap disiplin atau kategori
pengetahuan. Teologi harus mengembangkan sebuah metode yang tepat untuk satu
subjek bahan tertentu; jadi tidak bisa di bawa dari metode lain. teolog harus
menciptakan metodologinya sendiri, dan seharusnya dengan dasar firman Allah.
teologi asia harus membangun sebuah metode yang tepat untuk konteks asia.
Metode sintetic
Metode sintetik
ini mengambil Allah sebagai starting pint dan kebenaran utama. Setiap diskusi
dalam tata tertib logika, selalu bergerak dari doktrin Allah melalui beragam
doktrin yang lain, tetapi selalu di hubungkan dengan kebenaran utama
itu(Allah).
Karakateristik sistem teologi
Satu karakteristik utama dari teologi adalah keteraturan.
Keteraturan ini sangat penting karena tugas teolog adalah mengatur atau
mengeksposisi secara sistematis kebenaran iman Kristen. Ada urutan kebenara
yang melekat di dalam Wahyu Allah dariNya kepada manusia. sebuah sistem teologi
adalah “membuat susunan dalam dari kebenaran iman”.
Jadi menulis
teologi, sebagai pekerjaan yang konkrit dari tugas teologi, bukanlah tugas yang
mudah. Tugas ini sangat kompleks karena subjek pekerjaanya dan proses komunikasinya
juga akan sangat kompleks. Setiap generasi harus mendengar injil secara
lengkap, dan langsung berhubungan dengan pola pikirnya yang cara mana cara
berfikirnya juga adalah menurut generasinya sendiri. ini membuat tugas teologi
menjadi sangat kompleks.
Titik Awal Dari Teologi
Starting point dari teologi adalah selalu mulai dari Allah, dalam
pengertian Allah yang dicatat oleh alkitab, dan bukan Allah dalam konsep
filsafat atau agama-agama. Sementara Pusat dari teologi itu sendiri adalah
pribadi Yesus Kristus sendiri. Teologi asia khususnya sangat dan cocok tertarik
dengan masalah inkarnasi Yesus.
PERTIMBANGAN KONTEKSTUAL DAN BUDAYA
DALAM PEKERJAAN TEOLOGI
Bab 5. KEPEDULIAN TERHADAP KEBUDAYAAN
Teologi tidak
hanya penting untuk menjadikan alkitab sebagai landasannya, atau metodologi
yang baik, tetapi yang tidak kalah penting adalah bagaimana mempertimbangkan
kebudayaan serta mendaratkan teologi itu. Mengapa perlu mempertimbangkan
kebudayaan? Ketika kita berbicara tentang teologi, itu seharusnya tidak bisa
lepas dari kehidupan nyata. Manusia hidup dalam kebudayaan mereka. Maka
beberapa pertanyaan sehubungan dengan budaya akan lahir. Apakah maknanya ketika
berbicara tentang “kebudayaan”?
bagaimana budaya itu bisa mempengaruhi teologi? apakah budaya itu baik,
netral, atau buruk? Jadi akan banyak pertanyaan-pertanyaan yang akan lahir yang
harus kita pikirkan. Bagaimana caranya kita menghubungkan kekristenan dengan
kebudayaan, dan itu sangat penting untuk terus dipikirkan. Allah tidak hanya
memperhatikan teologi. Allah memperhatikan keseluruhan aspek kehidupan, di
dalamnya termasuk budaya. Jadi kesadaran akan pentingnya budaya menjadi
persiapan yang sangat penting untuk pekerjaan teologi yang solid dan relevan.
Seorang antropolog T.Hall, memberikan defenisi kebudayaan sebagai
berikut;
Budaya adalah
perantara manusia; tidak ada aspek dari kehidupan manusia yang tidak tersentuh
atau diubah oleh budaya. Inti artinya budaya adalah kepribadian, bagaimana
manusia mengekspresikan diri mereka, termasuk emosi, cara mereka berfikir,
bagaimana mereka hidup/ bergerak, dan menyelesaikan masalah. Yang lain
mengatakan bahwa budaya itu sebagai “perpaduan total dari karakteristik
kebiasaan yang dipelajari yang dimanifestasikan bersama dalam kelompok.
Kebudayaan merupakan sesuatu yang sangat kompleks. Ia merupakan perpaduan
antara perspektif hidup manusia, pikiran, worldview, model dan gaya hidup. Ia
juga selalu berubah, dan perubahannya juga tidak terjadi pada semua bagian,
waktu, atau ukuran yang sama. Untuk itu sikap kritis perlu selalu dikembangkan
oleh orang Kristen terhadap kebudayaan. Richard neiburh membagi sikap kritis
terhadap budaya dalam lima kategori; Kristus menentang budaya, Kristus dari
budaya, Kristus diatas budaya, Kristus dan budaya paradox, dan Kristus adalah
pembaharu budaya. Kaum injili menyadari adalah sangat penting untuk tetap
memperhatikan sikap kristis ini, dimana budaya harus tetap di nilai berdasrkan
firman Allah. Ketika kekristenan menyentuh budaya, ia mengubah aspek-aspeknya.
Kekristenan bisa membawa perubahan yang besar dalam budaya.
Perubahan budaya
Budaya adalah buatan manusia. kebudayaan itu sesuatu yang rancu,
dimana ia dibuat oleh manusia yang adalah mahluk mulia, tetapi telah jatuh
dalam dosa. Kedua unsure ini pun
terdapat dalam kebudayaan, dimana Budaya tidak seluruhnya baik, juga tidak
seluruhnya buruk. Oleh sebab itu, seperti john stott katakan bahwa setiap
budaya harus diuji. Kekristenan tidak seluruhnya menolak kebudayaan yang
merupakan produk manusia, tetapi harus di uji.
Proses pengujian kebudayaan bukanlah pekerjaan yang mudah dan sangat
berisiko. gereja sebagai wakil Kristus, akan tetap mengalami rintangan yang
sulit dalam menghadapi dunia. gereja naturnya adalah sebagai orang asing atau
pendatang di bumi, bahkan menjadi orang asing di negeri sendiri. bloesch bahkan
menekankan sekali lagi bahwa orang Kristen adalah komunitas surgawi di
tengah-tengah dunia yang berdosa (flp 3:20). Jadi wajar saja jika terdapat
beberapa perbedaan yang sangat mencolok antara kekristenan dengan budaya. Jadi
bukan kekristenan yang menyesuaikan diri terhadap budaya, justru kitalah yang
mentransformasi budaya untuk pembaharuan budi.
Gereja tidak bisa seutuhnya murni, tanpa masalah jadi sulit
melakukan tugas ini. Tujuan utama dari pembaharuan Kristen adalah renovasi dan
pembaharuan akal budi. untuk membawa kebudaan kembali mengenal Allah dan serta
menyembah Kristus. Lebih dari transformasi individu, tetapi panggilan ini
adalah untuk kebudayaan social dan transformasi nasional supaya menghidupi kebenaran
Allah. Misi itu tidak melulu kisah tentang menyebarkan iman, tetapi juga
sejarah transformasi hidup. Pengaruh injil selalu mengandung kebenaran terhadap
keseluruhan hidup. Gereja adalah wakil Allah untuk memberikan impact kepada
dunia, dimanapun ia berada. Gereja harus selalu menjadi agen perubahan dalam
dunia. Mandat alkitab adalah bahwa setiap bangsa dan setiap orang harus
mendengar injil. Injil mengajarkan juga bahwa hanya ada satu Allah, dan Allah
yang sangat berbeda dengan ilah-ilah yang dikenal/ dipahami oleh bangsa-bangsa.
Inilah Allah yang harus disembah kembali oleh kebudayaan, setiap bangsa itu.
Itulah tujuan kita.
Budaya dan teologi
Teologi tugasnya adalah untuk mendaratkan menjelaskan akan pesan
dari firman Allah, tetapi tidak dimulai dengan pesan melainkan dimulai dengan
manusia. jadi itu disebut dengan teologi from below, dimana mereka menerima
konsep-konsep dan persuposisi dari kebudayaan dan kemudian dengan dmikian
mereka mulai berfikir berangkat dari masalah-masalah ini, bagaimana alkitab
menjawab hal tersebut. Jadi budaya dan elemen-elemen budaya adalah berotoritas
juga untuk dibutuhkan dalam pekerjaan teologi.
Bab 6. POKOK BUDAYA: AGAMA,
FILOSOFI, DAN IDEOLOGi
Di asia, antara budaya dan agama atau budaya dan ideology adalah saling
berjalin. Perkembangan budaya dan perkembangan agama terjadi bersama-sama. Jadi
agama telah memberikan pengaruh kepada kebudayaan serta sebaliknya.
Pandangan alkitab terhadap agama-agama
Satu elemen yang paling vital di atas kebenaran Allah yang hidup
yang telah ia nyatakan kepada bangsa Israel adalah, bahwa tidak ada kompromi
dengan ilah-ilah lain. Allah dalam alkitab sangat anti sinkretisme. Alkitab
secara terang-terangan menentang sinkretisme yang pada akhirnya hanya akan
jatuh pada kekejaman dalam penyembahan. Secara umum, karakteristik bagian ini
menyusun iman alkitab yang terpisah dari agama-agama besar orang asia yang
kebanyakan adalah sinkretis. Hendrik kreamer melihat bahwa bahaya sinkretis
inilah yang mengancam eksistensi dari kekristenan di asia. Orang asia senang
dengan sinktretisme. Tetapi iman alkitab
dalam Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama, secara murni menolak setiap
penyesuaian dengan agama-agama. Yang ditolak adalah ide tentang penyaringan
kebenaran esensial melalui struktur dan worldview dari agama-agama itu. Tidak
ada keraguan untuk menggunakan kata-kata atau konsep dari agama-agama lain dan
filosofinya, tetapi harus selalu berhati-hati dalam hal bagaimana mereka memahami
Allah dengan pemahaman dan pola pikir mereka yang lama.
Wahyu umum dan Agama-Agama Lain
Paulus dalam Roma 2, menunjukkan bahwa di dalam diri manusia secara
umum ada suara hati nurani atau kesadaran akan keberadaan ultimat, pemahaman
akan keberadan Allah dan moralitas yang membuat manusia melakukan kehendak
Allah. inilah yang kita sebut sebagai Wahyu umum. Wahyu umum dinyatakan Allah juga lewat
budaya. Kita memiliki hubungan Wahyu
umum dan Wahyu umum awalnya itu diatur oleh kebudayaan. Wahyu umum bisa kita
sebut sebagai adanya sebuah peraturan di dalam pengembangan budaya dan
kebudayaan. Sebagaimana budaya, Wahyu umum juga bisa dinyatakan melalui agama.
Agamapun pada dasarnya juga adalah ciptaan manusia, dan mengadung kedua unsure
yang diatas yaitu baik dan buruk. Berkhof menyatakan bahwa ada kebenaran dalam
agama-agama dunia, tetapi itu dilihat sebagai akibat keyakinan mereka sebagai
“kegelisahan terhadap kebenaran”. tetapi kita kalangan injili meyakini bahwa
walaupun mereka juga mengenal kebenaran dan Wahyu umum, tetapi kita tidak
mengatakan bahwa itu cukup menyelamatkan manusia tanpa injil. Tetapi setidaknya dengan adanya kebenaran
dalam agama-agama, itu bisa menjadi presuposisi bagi mereka bahwa ada satu
kebenaran mutlak, yang sumbernya dari satu Allah saja. Dan itu bisa menjadi
bahan refleksi bagi mereka sehingga bisa dibawa menuju kebenaran yang
sesungguhnya.
Berbagai Posisi Mengenai Agama-Agama
Agama dan kebudayaan mengalami perkembangan di barat, dan beberapa
kebudayaan mempengaruhi agama. antropologi menunjukkan bahwa dalam beberapa
cara kebudayaan dan agama adalah sama sebagai, seni, hubungan social, dan
elemen budya yang lain adalah buatan. Kekristenan yang juga dikenal sebagai
agama di barat, sehingga hal ini pun bisa berlaku bagi kekristenan. secara umum
satu pertemuan yang pernah dilakukan di Bangkok, mengatakan bahwa mereka merasa
bahwa injil perlu menilai semua agama, bahkan diantaranya adalah kekristenan.
mereka membedakan kekristenan dengan injil, dan merasa bahwa apa yang harus
dihadirkan kepada manusia adalah pribadi Kristus, bukan kekristenan. Di sisi lain, beberapa menganjurkan bahwa
perlu untuk memandang berharga terhadap agama-agama. Dalam beberapa hal,
agama-agama berteologi dengan cara yang baik, dan perlu dipelajari kekristenan.
contohnya adalah agama budha, yang mana mereka juga memulai agama dengan sebuah
analisis terhadap kondisi manusia. ini adalah awal yang baik untuk berteologi,
dimana berteologi harus dimulai dengan melihat realitas eksistensi kehidupan,
dan bukan memulai dengan spekulasi metafisik. Jadi apa yang dilakukan oleh
agama budha adalah sesuatu yang baik, dan merupakan starting point kekristenan untuk asia.
Perdebatan Roma Katolik dalam Agama-agama
Karl rahner seorang teolog katolik memahami bahwa agama sebagai
institusi adalah bagian dari rencana keselamatan Allah. Di dalam katolik telah
terjadi pemahaman dari “keselamatan dari gereja”, ke “keselamatan hanya dari
Kristus”. Agama juga Anugrah Allah
adalah lebih besar dari semua institusi bahkan dari manusia. gereja tidak
menyelamatkan, bergeser ke pemahaman bahwa agama yang menyelatkan, dan akhirnya
bahwa hanya anugrahlah di dalam Kristus yang menyelamatkan. Keselamatan bukan
melompat melalui gereja, tetapi hanya lewat Kristus. Tetapi rahner menunjukkan
kembali bahwa gereja adalah bagian dari keselamatan itu, dimana hanya Kristus
yang menyelamatkan bukan berarti benar-benar tidak ada hubungan dengan
gereja. Anugrah menurut rahner, harus
menengahi/ melalui tubuh institusi supaya bisa tersedia. Allah tidak bisa memenangkan
orang tanpa melalui institusi yang menyediakan tersebut. Inilah fungsi dari
gereja, sebagai institusi yang menyediakan anugrah Allah tersebut. Anugrah adalah selalu Kristus, dan selalu
beroritentasi melalui Kristus dan Kristus mengejawantah di dalam gereja.
Sementara hans kung, menganut pandangan bahwa keselamatan tidak harus melalui
gereja. Keselamatan menurut kung, ada dua jalan yaitu agama-agama dan lewat
kekristenan. orang-orang di luar gereja/ non Kristen juga bisa mendapatkan
keselamatan dalam agamanya sendiri. jadi tugas kekristenan terhadap agama-agama
yang lain adalah untuk memajukan mereka sesuai agamanya sendiri, atau dengan
kata lain tugas teologi adalah “menjadikan seorang budha menjadi budha yang
lebih baik lagi”.
Agama Bukan Berdasarkan Norma
Barth sangat menolak masalah legitimasi agama, dan itu tidak sesuai
dengan alkitab. Ia menolak klaim agama menjadi dasar dari Wahyu. Ia menolak
Wahyu umum, dan hanya ada satu jalan keselamatan yaitu Kristus. semua agama
mengagumkan, tetapi tidak mungkin bisa menemukan Allah. Mngenai kebenaran
ultimat, bahwa Allah telah mengirimkan anakNya untuk keselamatan manusia, dalam
hal ini seluruhnya diam. Jadi apa yang berbeda dalam kekristenan, adalah
satu-satunya Yesus Kristus. selain itu
beberapa sikap yang diberikan terhadap agama-agama oleh teolog sangat beragam.
Mc gavran seorang ahli pertumbuhan gereja, telah mempelajari tentang agama
hindu di india. Tetapi ia menemukan kenyataan bahwa tidak ada cara yang dapat
menghubungkan antara kekristenan dengan hinduisme. Jadi kesimpulannya adalah
bahwa manusia yang sudah rusak dalam dosa, benar-benar rusak termasuk dalam
keagamaanya, dan bahkan dalam setiap bagian manusia hidup dalam sikap
pemberontakan terhadap Allah. Teologi injili sendiri memiliki sikap yang
menerima bahwa ada kemungkinan hal-hal yang baik yang bisa ditemukan dalam
agama-agama, barangkali bahkan beberapa pengenalan yang benar akan Allah.
tetapi itu semua tidaklah membawa manusia kepada keselamatan. Keselamatan hanya
satu-satunya dalam diri Kristus, dan tidak ada jalan lain.
KONTEKSTUALISASI DAN TEOLOGI
Bab 7. KONTEKSTUALISASI TEOLOGI
Usaha kontekstualisasi teologi telah dilakukan oleh gereja sejak
adanya kesadaran kembali tentang pentingnya pekerjaan misi. Bermacam-macam
model usaha kontekstualisasi bahkan telah dilakukan oleh para pendahulu. Dan
sekarang, adalah satu masa yang kembali dirasakan betapa pentingnya dan
sulitnya usaha kontekstualisasi teologi ini. kontekstualisasi teologi adalah
selalu dan harus dilakukan oleh teologi, tetapi di dalamnya tentu ada
keterbatasan-keterbatasan dan sangat hati-hati yang menurut teologi injili
adalah sangat mempengaruhi misi gereja terhadap berbagai macam kebudayaan di
dunia.
Kebutuhan akan kontekstualisasi
Sekali lagi, kontekstualisasi adalah untuk memastikan bahwa pesan
dan respon pendengar sekarang adalah sepadan. Intinya masalah kontekstualisasi
adalah masalah komunikasi. Kontekstualisasi merupakan tugas yang tak terelakkan
dan sangat penting, juga pekerjaan yang sangat kompleks dan menuntut. Ide
kontekstualisasi bukanlah sebuah percobaan untuk menambah elemen dalam tugas
teologi, tetapi ia merupakan sebuah usaha untuk menggambarkan apa yang telah
dilakukan dan untuk melakukan pekerjaan dengan bertanggungjawab. Tugas teologi
adalah untuk menerjemahkan kebenaran. teologi bekerja untuk mengerjemahkan
kebenaran Wahyu Allah ke dalam istilah-istilah yang dapat dimengerti di lokasi
dan generasinya. Teolog injili bahkan harus melakukan lebih dari sekedar berbicara
tentang kontekstualisasi, tetapi harus lebih serius untuk menyampaikan Wahyu
dengan lebih bermakna di dalam kebudayaan umat manusia. teolog harus keluar
dari rumahnya, dan memberikan diri berelasi dengan situasi yang nyata. Selama
ini teologi hanya berbicara tentang teologi-tidak berhubungan langsung dengan
situasi konkrit dan hanya cakap berbicara dalam pemahaman-pemahaman gerejawi.
Teolog berbicara hanya untuk diri mereka sendiri, di dalam konsep-konsep yang
umum, menciptakan istilah-istilah sendiri dan jauh dari pergumulan-pergumulan
yang real. Teologi seharusnya, selain mereka memikirkan secara serius tentang
konetkstualisasi, juga harus berhubungan dan bermanfaat terhadap keseluruhan
kekristenan bahkan dunia yang non Kristen.
Motif Kontekstualisasi Teologi
Apa yang menjadi motiv
teologi intinya dan luasnya adalah masalah komunikasi. Motif untuk
mengkomunikasikan injil dan memastikan nilai injil itu dapat melewati
batas-batas budaya dan juga dapat dipahami gereja. inti pesan utama dari
kontekstualisasi adalah untuk menjelaskan dan menjernihkan pesan injil. Bukan
penerimaan atau penolakan. Tentu bagaimanapun ada aspek mempertimbangkan, bahwa
injil harus selalu dijaga, dimurnikan dari ajaran-ajaran lain dan juga untuk
membuka wawasan baru.
Pertimbangan Esensial
Pertimbangan teologi dapat dibagi dalam dua kategori: teks dan
konteks. Teks adalah alkitab, dan konteks tentu adalah situasi cultural dimana
teolog berfikir teologi menulis. Teologi injili tanpa ragu meletakkan prioritas
dan otoritas teks di atas konteks. Tujuan utamanya termasuk dalam mempelajari
konteks adalah untuk kepentingan pengajaran atas firman Allah. tetapi bukan
berarti konteks tidak terlalu penting, sebab konteks adalah sasaran dari
alkitab. Allah menyatakan dirinya dalam sejarah dengan konteksnya pada saat
itu. Dengn kata lain alkitab sendiripun punya konteksnya sendiri. Studi
eksegese pada intinya adalah untuk mempelajari konteks tersebut, serta dari
pesan yang didapat dalam konteks aslinya dapat di tarik pesan untuk konteks
kekinian. Apa yang valid disana adalah bukan bentuk dari pesan tersebut, tetapi
kebenaran dari pesan tersebut yang harus tetap diajarkan.
Elemen dari budaya
Hesselgrave
mencoba membuat garis besar dari elemen budaya yang sangat esensial, yakni:
World view, cara
berfikir, bentuk linguistic, pola perilaku, struktur social, pengaruh media,
sumber motivasi-cara mengambil keputusan. Dalam mempertimbangkan alkitab yang
akan di daratkan, komponen ini menolong kita untuk kemudian dipertimbangkan
ketika menyampaikan firman Allah.
Sebuah Jembatan Untuk Kontekstualisasi
Kebudayaan setidaknya dua level, kebudayaan sadar dan tidak
sadar. Pola pikir budaya yang tidak
disadari pikiran tidak selalu berlawanan dengan pola yang disadari, dan
keduanya sulit untuk ditemukan atau dianalisa. Pola ini adalah menurut naluri
alamiah, dan melewati jaman ke jaman. Kebudayaan punya filosofi sendiri.
Filosofi dari budaya bisa menjadi sebuah jembatan untuk kontekstualisasi
teologi. Ada ahli yang mengatakan bahwa manusia bisa memahami kebenaran yang ia
miliki (kebenarn lama) dengan lebih lagi jika ia memiliki kemampuan untuk
menghubungkannya dengan pengetahuan akan kebenaran yang baru ia dengar. Inilah yang dilakukan oleh Paulus ketika ia
di atena, dengan mencoba menjelaskan bawha Allah yang mereka tidak kenal itu,
itulah yang diberitakan oleh Paulus. Jadi filosofi lama bisa menjadi jembatan
bagi teologi untuk memasukkan pola pikir yang alkitabiah.
Proses Kontekstualisasi
Seorang bernama buswell melakukan sebuah analisa terhadap kebudayaan
dan teologi, dan ia menemukan bahwa sebuah kontekstualisasi terhadap kebudayaan
hanya bisa dilakukan oleh seorang yang memiliki kerangka kerja budaya itu
sendiri sehingga ia bisa mendaratkan teologi terhadap kebudayaannya tersebut.
Proses konetkstualisasi hanya bisa dilakukan oleh seseorang, jika ia
benar-benar dapat memahami kedua-duanya teologi dan kebudayaan. Itu sebabnya,
teologi asia harus dikembangkan oleh seorang yang memiliki latar belakang asia,
atau setidak-tidaknya mengerti betul worldview orang asia. Ia mengenali betul
dan menyadari pergumulan yang dimiliki orang asia. Ia berdiri di atas pemahaman
yang dalam akan kedua-duanya, alkitab dan budaya. Setelah itu sebuah
kontekstualisasi dilakukan di atas kebutuhan. Dan hendrik kreamer memberikan
ada 4 tahap dalam untuk melakukan hubungan dengan orang pribumi: pertama,
melakukan kontak dengan orang dengan siapa kita ingin berbicara. Kedua, adalah
komunikasi, dan memberkan pesan yang kita ingin supaya orang tersebut pahami.
Ketiga, memberikan konfrontasi antara pemahamannya (misanya tentang keselamatan
)dengan terang yang diberikan oleh Yesus Kristus. keempat, langkah pertobatan.
Inipun dapat disebut dengan kontekstualisasi.
Dalam kontekstualisasi disusun dari sebuah perhatian terhadap
elemen-elemen kebudayaan. Ada 6 model
dari teologi kontekstualisasi: model antropologi, penerjemahan, praksis,
sintetik, semiotic, dan model transenden. Yang paling lama dan paling banyak
digunakan adalah model penterjemahan.
Bab 8. PARAMETER DARI TEOLOGI
KONTEKSTUALISASI
Pertanyaan penting dan provokatif
Semua perdebatan teologi dalam sejarah bisa dilihat sebagai sebuah
usaha untuk menentukan doktrin apakah yang benar-benar perlu untuk di pikirkan
kembali dalam iman Kristen. Kontekstualisasi merupakan sesuatu yang penting
untuk saat ini, tetapi tanpa pemahaman yang kuat akan doktrin, tampaknya konsep
kontekstualisasi adalah terlalu dipaksa melampaui batas doktrin dan untuk
menjadi parameter iman. Kadang-kadang gereje bisa lupa untuk bertanya, apakah
yang paling esensial dari pesan kekristenan itu sendiri. untuk berteologi perlu
di pertanyakan, di area mana yang harus kita pertanyakan, seberapa berbeda, dan
di area tersebut, apakah yang konstan dari iman Kristen?
Jadi sebenarnya
harus difikirkan juga kembali, apakah unsure yang konstan dalam iman Kristen
itu sendiri. seorang injili, harusnya bisa mempertanyakan, apakah perlu bagi
kita untuk menerima pandagan dunia sekitar? Dan sebagai orang injili seharusnya
juga menjawab tidak. Teolog injili berusaha menemukan jalan untuk menghadirkan
nilai worldview alkitabiah di dalam
bahasa yang dapat dipahami sebagai jalan untuk budaya.
Apa yang harus kita hindari
Susunan parameter dari iman Kristen mempengaruhi pemahaman tentang
apa yang harus kita lakukan dalam proses kontekstualisasi dan apa yang hendak
kita lakukan. Beberapa mengusulkan akan adanya bahaya di dalam kontekstualisasi
dan bisa dihindari dengan memikirkan tentang apa yang tidak perlu dilakukan
selama proses kontekstualisasi. Jurgen moltman melihat ada dua bahaya, yakni
salah satu adalah kecenderungan hadirnya teologi yang tidak menyentuh apa-apa.
Kedua, teologi yang warnanya justru diubah/ dipengaruhi oleh konteks. Beberapa
ahli lain, memberikan beberapa kecenderungan-kecenderungan yang patut dihindari
dalam proses kontekstualisasi. Tetapi secara umum, teolog injili sangat
menghindari akan adanya misunderstanding terhadap
pesan kekristenan. akhirnya apa yang paling dihindari oleh injili adalah di
dalam seluruh usaha kita dalam kontekstualisasi dan usahanya berhubungan dengan
dunia, jangan sampai kehilangan Allah dalam proses tersebut.
Apa yang harus kita lakukan
Tujuan utama yang hendak dicapai adalah, mengulangi pertanyaan untuk
memelihara kembali apa yang esensial dalam pesan di kekristenan. ini artinya
adalah sekaligus akan menjaga bentuk esensial dari kebenaran yang dipegang.
Sunan sumitra, seorang injili mengatakan bahwa apa yang ingin dilakukan oleh
orang-orang injili adalah untuk menginterpretasikan alkitab ke dalam
fakta-fakta yang kontekstual. Mengaplikasikan
‘kebenaran-yang-menyatakan’ dalam situasi hidup yang sekarang.
Menghadirkan kebenaran secara utuh menyeluruh, atau dengan kata lain untuk
meyakinkan dengan luas spectrum dari kebenaran Wahyu Allah. kebenaran Allah
secara utuh bisa dipahami oleh orang yang ada di budaya itu. Juga apa yang
ingin dilakukan adalah untuk menghindari masuknya nilai-nilai alkitabiah yang
sangat dalam. Kita tidak ingin kebenaran alkitab menjadi kabur oleh karena
dipengaruhi oleh manusia yang natural.
Pengaturan dan Pembatasan
Teologi injili menyusun parameter untuk dirinya sendiri. Standar
otoritatif dan normative dari injili adalah alkitab itu sendiri. beberapa hal
yang paling esensial dari pengajaran alkitab harus tetap dipertahankan. Batasan
yang lain adalah pernyataan iman yang tetap kita pelihara. Selain itu adalah
Otoritas alkitab. Doktrin injili, misalnya percaya akan doktrin total
depravity, keselamatan yang hanyalah anugrah Allah, bukan dengan usaha atau pekerjaan, iman yang
menyelamatkan, perlunya tugas penginjilan dan beberapa keyakinan lain.
Parameter-parameter ini juga menjadi satu standar yang penting dalam
mengevaluasi pekerjaan teologi dalam kaitan kesetiannya terhadap firman Allah.
parameter ini menjadi dasar untuk memutuskan kelayakan dari suatu teologi untuk
gereja, menjadi alat untuk menyusun batasan kreativitas teologi yang dapat
diterima. Menjunjung kebebasan keyakinan
tentu, tetapi bukan berarti kita harus menerima relativisme atau pluralisme.
Tetap kita memiliki keyakinan yang kuat bahwa hanya Yesus yang dapat
menyelamatka, dan untuk itu harus diperjuangkan supaya semua mendengar hal ini.
kebenaran Allah, tetap berbeda dengan kebenaran dunia, dan harus menginsafkan
dunia. orang injili menyatakan, bahwa kita percaya hal ini baru disebut sebagai
Kristen, tetapi jika tidak kita bukanlah seorang Kristen.
Bab 9. KRITIK KONTEKSTUALISASI
MASA KINI
Cara lain untuk
melihat dan memahami parameter di dalam kontekstualisasi adalah dengan cara
melihat sisi negativnya atau dengan cara kritik.
Kritik umum
Beberapa kesalahan yang telah dibuat sebelumnya oleh para teolog
adalah mereka memulai dengan segala presuposisi yang kurang baik. Bersifat
polotik oriented, jatuh ke dalam sinkretis, dan membuat analisis social menjadi
norma untuk menulis teologi. mereka memiliki kecenderungan untuk menjadikan
teologi menjadi ideology yang baru, dengan menjadikan kemurahan dan sikap tidak
pandang bulu menjadi satu model politik atau ideology yang baru. Seharusnya
teologi bukanlah untuk memperluas pemahaman yang baru ini menjadi satu ideology
yang lain atau lebih luas. Teologi seharusnya murni biblika dan menilai semua
ideology yang ada karena ideology adalah produk manusia. tetapi beberapa teolog
telah melakukan hal ini, sehingga akibatnya teologi itu sendiri menjadi cacat
bahkan ditolak. Kontekstualisasi yang dibutuhkan sekarang adalah untuk
mempelajari dan menganalisa kalau-kalau focus dari misi dan penginjilan jatuh
ke dalam kompromi pengajaran yang salah bahkan berbahaya terhadap kekristenan.
Kritik spesifik teologi
Apa yang dibutuhkan dalam hal ini adalah untuk menghadirkan rumusan
singkat tentag bagaimana teolog injili melakukan dan mengkategori teologi
mereka di konteks asia. Artinya kategorisasi bukan hendak melakukan penilaian
secara negative atau mengatakan bahwa tidak ada nilai dari apa yang mereka
lakukan. Apa yang dibutuhkan adalah teolog injili secara kritis menganalisa
teologi mereka dan seorang teolog korea, Bong Rin Ro menemukan ada empat
kategori yang biasa ada di asia.
1.
Teologi sinkretistik
Teologi
sinkretistik muncul sebagai teologi yang diterima oleh beberapa teolog Kristen
yang mana teologi ini menerima kepercayaan atau worldview dari agama-agama asia
demi usaha untuk menginterpretasikan pikiran Kristen kepada budaya. Beberapa
teolog jatuh ke dalam model ini, diantaranya Klaus Klostermaier, menerima dan
mengatakan bahwa hanya ada sedikit sekali perbedaan antara hindu dan Kristen.
Dr Thomas, seorang teolog india, mencetuskan horizontal teologi, dengan model
gereja hindu, yang mana Kristus sebagai pusat, tetapi pola hidup hindu. C.S.
Song, mengatakan bahwa kita harus
menemukan bagaimana caranya untuk mengkombinasikan kepercayaan asia misalnya
konfusianisme dengan iman Kristen.
2.
Akomodasi
Teologi yang
terdiri dari usaha untuk menggabungkan konsep dan kostum dari agama lain ke
dalam kekristenan. pada taraf tertentu, hal ini bisa diterima tetapi melampaui
itu model inipun hampir tidak beralasan. Konsep dan kostum akan dan dapat di
reinterpretasi tetapi dasar dari esensi dari kebenaran iman Kristen harus tetap
dipertahankan dan disampaikan/dijelaskan.
3.
Teologi situasional.
Teologi ini
adalah teologi berefleksi atas situasi pribumi jepang. Teologi ini sangat
dipengaruhi oleh ide kepentingan penderitaan yang berasal dari konsep budhis
tentang pentingnya penderitaan untuk mencapai nirwana.
4.
Teologi asia biblical oriented
Dr.Ro mengatakan
dengan demikian, ternyata adalah saatnya bagi teologi injili untuk bekerja
dengan jauh lebih keras lagi. Teologi injili harus mulai bergerak dari diskusi
tentang teologi kontekstualisasi kea rah pengembangan dan menciptakan sebuah
riset yang lebih baik, penelitian yang lebih baik dan kokoh yang bisa
memberikan kontribusi terhadap keseluruhan pekerjaan dari gereja-gereja di
asia. Bagaimanapun, kita harus tetap kembali ke alkitab dan itu bukanlah
pekerjaan yang mudah.
Area kritik yang lain
Hans kung juga memberikan satu kritik yang sangat pedas terhadap
beberapa usaha teolog yang telah jatuh, dimana mereka telah beralih dari usaha
teologi menjadi pendukung ideology. Menurut kung, ini adalah akibat dari
sinkretisme yang telah mempengaruhi mereka, dimana para teolog tidak lagi
kritis dan menerima spirit jaman dan telah menjadi ekstrim. Teologi telah
bertolak belakang dari tujuan semulanya, dan telah menjadi alat untuk ideology
dan propaganda nasional. Willowbank memperingatkan, bahwa teologi seharusnya
tidak menjadi panggung persaingan untuk menunjukkan keunikan sebuah budaya
tertentu dengan cara yang sama dengan semangat hegemoni. Ini juga merupakan
bentuk kegegalan teologi. reinhold neiburh juga memperingatkan adanya bahaya
pemikiran yang kampungan (sukuisme dan sejenisnnya yang memikirkan kepentingan
kelompok). Ia menyatakan bahwa sekalipun ada banyak perbedaan dalma gereja,
hanya ada satu pesannya yaitu Kristus. tidak bisa dilupakan bahwa gereja selalu
ada keberagaman dan kesatuan di dalam iman Kristen bahkan di interpretasikan
dan diterjemahkan ke dalam berbagai perbedaan dalam komunitas.
Beberapa saran untuk kritik teologi
Apa yang
dibutuhkan sebenarnya adalah khususnya bagi para pemula, yakni bagaimana
memulai untuk berfikir kritis dan memulai berteologi dalam suatu konteks. Itu
juga bisa menjadi sebuah prosedur yang dapat digunakan para teolog untuk
mengukur nilai dan kebenaran dari pekerjaan mereka. Bagaimana mengevaluasi
sistem teologi Pertama, Pendekatan
yang paling umum digunakan adalah dengan cara menemukan presuposisi dan asumsi
dari teolog. Dan sangat penting untuk mengetahui dari perspektif mana seorang
teolog melakukan tugasnya, dan lebih spesifik lagi adalah dari posisi teologi
mana seseorang menulis teologinya. Untuk apa itu semua adalah bukan untuk
mengkategori-kategorikan para teolog yang sudah bekerja tersebut, melainkan
untuk dengan melihat perbedaan perspektif tersebut, seorang teolog yang baru
dapat menjadikan hal tersebut sebagai sebagai bahan pertimbangan untuk melihat
lebih akurat lagi akan kebutuhan teologi dalam konteks. Seorang pemula dapat
merefleksikan, apakah metode sebelumnya telah menjawab pergumulan. Apakah teologinya
benar, apakah ia menemukan cara untuk mendaratkan kebenaran, atau apakah teolog
telah mengadopsi atau justru dipengaruhi oleh konteks dan mengabaikan kebenaran
yang seharusnya dibawa. Kedua, melihat apakah teologi tersebut telah
menghadirkan sebuah sistem dengan pemikiran yang utuh, atau melulu
terpisah-pisah dan tidak ada hubungan satu dengan lain. misalnya, apakah sebuah
kebenaran itu tetap menjadi kebenaran yang utuh, atau sudah terdistorsi.
Ketiga, apakah sistem itu benar-benar menghadirkan apa yang ia ajarkan, dan
apakah ia tetap menjadi hakim atas kebenaran. keempat, adalah apakah posisi
dari teologi tersebut tetap menjadikan pesan kekristenan tetap utuh, misalnya
apakah masih menghadirkan bahwa keselamatan hanya dari anugrah di dalam Yesus
Kristus.
Evaluasi yang wajar
Tentunya, did alam mengevaluasi harus membaca lebih banyak dan
mempelajari tulisan-tulisan para pendhulu tersebut. Ini akan memberikan sebuah
pemahaman yang lebih besar lagi atas apa yang telah dilakukan dan yang
diusahakan. Tujuan dari kritik tidak lain adalah berdasarkan kebutuhan dan
untuk memahami kebenaran itu sendiri. jikalau ada hal-hal yang eror dalam
pelaksanaanya, ini tentu kemudian pencerahan yang lebih baru lagi baik bagi
pendahulu juga bagi pemula. Evaluasi atas pekerjaan teologi ini adalah sesuatu
yang mutlak dan terus menerus didalam teologi,dan perlu untuk terus mawas diri
dan di dewasakan.
Bab 10. MEMULAI TEOLOGI INJILI
ASIA
Sebuah masalah
akan langsung muncul ketika mengkontekstualisasikan teologi injili yang mana ia
akan bekerja dalam sebuah konteks yang sangat spesifik, misalnya dalam konteks
budhis, islam, atau budaya sekuler tertentu. Setiap situasi akan berbeda
masalahnya dan pertanyaannya yang juga membutuhkan perlakuan yang berbeda
pula. Tugas teologi adalah harus
mengetahui dan menjawab permasalahan-permasalahan spesifik tersebut. Inilah
yang membuat kontekstualisasi teologi menjadi sebuah teologi yang berefleksi
atas situasi dan fakta-fakta. Asia bergumul lebih dengan masalah-masalah agama,
yang tentunya lebih sulit. Teolog asia harus berurusan dengan masalah social
yang berkelanjutan, konflik dan revolusi, orang-orang yang tidak
bertempattinggal, penindasan ideology, ketidakadilan politik, populasi yang
tinggi, dan masalah-masalah lain. barangkali aspek yang paling sulit dari
pergumulan asia adalah ketidakmampuan untuk menanggulangi secara efektif
masalah-masalah yang selalu hadir baru.
Dengan hal-hal yang seperti ini, maka kita perlu bergerak dari
pertimbangan umum kepada prinsip-prinsip yang akan membimbing teolog asia
sebagaimana mereka menghubungkan kebenaran firman Allah dengan budaya yang
ada.
Prinsip-Prinsip Yang Akan Dilakukan Dalam Teologi Di
Asia
Dr. Marantika
memberikan satu nasehat yang sangat baik bukan hanya untuk teolog yang bekerja
dalam konteks islam tetapi untuk semua teolog asia;
1.
Kesempurnaan. Teolog harus
mencari dari seluru kitab suci untuk menjawab pertanyaan atas fakta-fakta yang
ada.
2.
Kelengkapan. Bagaimanapun,
teologi harus dihasilkan dari studi alkitab yang dalam. teologi tidak
terbagi-bagi, juga harus cukup lengkap untuk mendukung kebutuhan yang penting
dalam pengajaran teologi dari alkitab.
3.
Eksegese yang tepat dan
interpretasi alkitab. Tempted
4.
Keharmonisan. Teolog sangat
terdorong untuk memperlihatkan sikap konsistensi, koherensi, dan berkorelasi
dengan alkitab.
5.
Seimbang. Dalam arti
menyeimbangkan perhatian terhadap kebenaran objektif dan hubungannya dengan
kebutuhan manusia.
6.
Pesan diatas metode. Prioritas
adalah pada pesan, yang melampaui kepentingan akan metode. Pesan adalah tetap
sama, sementara metode bisa berbeda sesuai konteks.
7.
Harus positive. Lurus menuju diskusi atas iman Kristen yang
sehat, dimana walaupun menyerang ide-ide yang tidak baik, tetapi harus tetap
bersifat positif dan membangun pikiran dan hati orang, sehingga mereka tidak
harus menyerang atau memandag negative kekristenan.
Karakteristik teologi injili
Sunand sumirta menangkap satu semangat dari teologi injili dalam sebuah pernyataan yang ringkas. Ia
mengatakan bahwa esensi dari teologi injili, yang menjadi karakteristik terbaik
dari injili adalah bahwa ia berdasrkan firman Allah, di pimpin oleh roh kudus,
dan keinginan yang kuat untuk melayani dan memuliakan Allah. dan yang paling
membuat mereka berbeda ketika teolog lain juga mengatakan bahwa mereka juga
bergantung kepada roh kudus adalah, kesetiannya terhadap alkitab. Dr athyal
mengatakan bahwa hanya biblical-oriented teologi lah yang valid untuk teologi
Kristen di asia. Ia juga mengatakan, diri alkitab sendiri menyediakan kepada
kita sebuah pola untuk ekspresi pemikiran orang pribumi. Selain itu beberapa
elemen utama dari teologi injili adalah, Doktrin Allah, dimana harus memperkenalkan secara seimbang akan pribadi Allah
di kedua sisi transendensi dan imanensi Allah. Kristologi. Gambaran tentang keilahian Kristus, sangat relevan
untuk orang asia, dimana mereka mengetahui tentang ilah-ilah, dan bukti Yesus
yang mengalahkan ilah-ilah, mengusir roh jahat, sampai sifatnya yang melampaui
pikiran manusia adalah sangat bersifat-dan mudah diterima oleh orang asia,
untuk menunjukkan bahwa Yesus itu Allah. Ciptaan
dan natur manusia, dimana kedua-duanya adlah ciptaan Allah. Keselamatan. Manusia membutuhkan
pertolongan, dan inilah kabar baik dan benar-benar baik. Gereja. sebagai kesatuan tubuh yang diselamatkan oleh Allah. inipun
sangat perlu untuk ditekankan di konteks asia, dimana banyak diantara mereka
memiliki sifat yang hidup berkomuni. Roh
kudus dan eskatologi. Eskatologi adalah yang paling mudah diterima dan
mendapat perhatian dari orang asia. Doktrin ini memberikan satu pengharapan dan
memberi semangat bagi orang-orang asia.
Bab 11. TANTANGAN BAGI KITA
Dengan kondisi seperti ini, sudah menjadi jelas bahwa tugas teologi
di asia sangatlah sulit, berisiko, dan ruwet. Konteks asia membutuhkan
perhatian khusus dari teologi, dan khususnya membutuhkan teolog-teolog pribumi
yang mengenal pergumulan di negerinya sendiri. orang asia harus menulis teologi
untuk asia. Pekerjaan ini telah dimulai, para teolog local mulai terus hadir
dan teologi juga masih terus dalam pembenahan.
Untuk gereja
Gereja membutuhkan teologi. Gereja dalam misi merealisasikan
kebutuhannya dalam sebuah pemahaman yang bersih tentang iman Kristen.
Untuk dunia
Beberapa teologi ditulis dengan pemikiran yang mendunia. Filosofi
dan agama-agama dunia terus berusaha untuk merusak, merebut atau menghancurkan
iman Kristen, dalam usaha mereka untuk menaikkan pikiran mereka mendapat
kedudukan dan memperoleh otoritas kekuasaan. Gereja melalui teologi harus bisa
menjawab dan meresponi semua hal ini dengan bijak, dan melampaui lebih dari
sekedar bertahan harus tetap memberitakan kebenaran termasuk lewat apologetika.
Ini adalah tugas teologi yang sangat praktikal dan misi yang sangat penting
untuk gereja juga untuk dunia. bahaya-bahaya tertentu melekat di dalamnya dalam
menghubungkannya dengan dunia lewat kontekstualisasi teologi. bahkan teolog pun
beberapa telah melakukan kesalahan dan membuat keadaan semakin ruwet, sehingga ada
juga kecenderungan untuk takut atau mundur dari usaha teologi ini. hal ini
tidak bisa dibiarkan, dan pekerjaan harus tetap dilakukan dan dengan keyakinan
akan selalu ada pertolongan Allah, dan teologi tetap menjadi panggilan, sebuah
lahan kerja, dan sebuah pelayanan. tidak bisa berhenti pada prolegomena saja.
Gereja asia harus mendarat, maju melampaui sekedar pengantar dengan seksama dan
bersikap dewasa atas iman Kristen untuk konteks asia. Teologi harus berbicara,
bahkan tidak sekedar bicara juga bekerja dengan keras. Apa yang dibutuhkan
sekarang bukan lagi hanya pikiran-pemikiran yang brilian dari para teolog,
tetapi lebih lagi membuthkan orang-orang yang memiliki hati.
Titik berangkat
Studi Bible adalah satu hal yang tidak bisa diabaikan dan merupakan
yang terpenting dalam memulai tugas memikirkan teologi. apa yang dimaksud
dengan studi Bible adalah mempelajari alkitab dengan melakukan sebuah
pendekatan terhadap alkitab dan memahami semua unsure-unsur di dalamnya, dan
secara khusus mempelajari pesan utama, pengajaran yang esensialnya, dan semenra
mempertahankan ide yang ingi ditulis oleh penulis, kita memperjuangkan untuk
mendaratkannya pada koneks yang sekarang ada. Setelah studi Bible, hal yang
tidak kalah penting untuk dilakukan adalah melakukan evaluasi terhadap
buku-buku atau hasil pekerjaan metodologi. Para teolog pemula atau yang muda di
asia membutuhkan pembimbing bagi mereka, yakni dengan siapa mereka dapat
mendiskusikan materi-materi yang mereka pikirkan. Guru-guru dan professor
sangat dibutuhkan untuk tersedia membimbing para teolog yang baru. Bagaimana
praktisnya adalah kemungkinan yang paling besar adalah mulai dari gereja
local. Hal ini juga akan memperkaya
seminari dengan pergumulan-pergumulan yang baru yang kemudian bisa menjadikan
para mahasiswa teologi berfikir lebih serius dan ketika mereka kembali ke
ladang, mereka sudah membuat suatu pemikiran yang lebih rapi lagi. Dan hal lain
yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana untuk mempelajari dan memahami
bagaimana orang lain berfikir. Teologi, tugasnya adalah komunikasi. Ia
mempengaruhi dengan mengajar dan mendidik. Ini membutuhkan pemahaman tentang
bagaimana orang lain berfikir. Komunikasi hanya bisa berjalan baik jikalau
mengenal audiencenya. Dengan demikian ini artinya harus memahami kebudayaan,
worldview, dan filosofi dari orang lain. tugas teologi adalah sebuah panggilan
yang menantang dan harus diambil dengan sungguh-sungguh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar