Kamis, 22 Agustus 2013

khotbah

Tema              : Segala Sesuatu Harus Dilepaskan Untuk Mengikut Yesus
Nats                : Lukas 14:25-35
Audience        : Umum

Pendahuluan
Syalom, selamat sore bapak ibu saudara yang terkasih dalam Tuhan. Kita bersyukur pada sore hari ini kita bisa berkumpul kembali di tempat ini untuk bersekutu kembali dengan Allah kita bersama dengan saudara kita seiman. Bapak, ibu, saudara yang terkasih dalam Tuhan, tema yang akan kita renungkan bersama pada hari ini adalah “segala sesuatu harus dilepaskan untuk mengikut Yesus”. Mari kita sama-sama membuka Alkitab kita dari Lukas 14:25-35.
Bapak, Ibu, saudara yang terkasih dalam Tuhan, pada waktu saya baru duduk di bangku SMA, ada seorang guru ketika dia mengajar dia tiba-tiba mennyakan sebuah pertanyaan kepada kami. Dia mengatakan, “mengapa kamu mau menjadi orang Kristen??? mengapa kamu mau mengikut Tuhan??” saat itu kami semua terdiam dan bertanya dalam hati, ya benar juga ya. Mengapa saya jadi orang kristen yang mau mengikut Yesus. Kemudia sang guru kembali mengatakan kepada kami, “apakah karena orang tua kita orang Kristen?? atau karena kita lahir di komunitas kristen???”
Saudara, mungkin bukan hanya kami yang berpikir demikian. Mungkin saudara juga pernah mengalami hal demikian. Dan hal yang bisa kita lihat dalam kehidupan kita ketika kita mau mengikut Tuhan. Apa yang menjadi motivasi kita?? Apakah karena kita berpikir ketika saya mau mengikut Tuhan saya pasti akan diberkati. Saya pasti akan kaya, dan saya pasti bisa mewujudkan apa yang saya inginkan, serta saya pasti bisa berkelimpahan. Ketika yang kita inginkan dan impikan itu tidak tercapai, tidak terpenuhi maka apa yang terjadi saudara??? Kita kecewa, kita marah kepada Tuhan. Siapa yang salah dalam hal ini saudara? Apakah karena imannya yang kurang?? Saudara, apakah benar semudah yang kita pikirkan itu untuk mengikut Tuhan??
Saudara, dalam nats yang telah kita bacakan tadi, di sana dikatakan banyak orang yang berduyun-duyun mengikut Tuhan dalam perjalanannya. Saudara apakah Yesus Kristus bahagia banyak orang yang mengikut Dia pada saat itu?? Apakah Yesus Kristus tertarik dengan banyaknya orang yang mengikut Dia??? Tidak saudara. Yesus Kristus tidak tertarik dengan banyaknya orang itu. Tetapi Yesus Kristus tertarik pada komitmen orang tersebut.
Saudara yang terkasih dalam Tuhan, pada hari ini saya mau membagikan tiga poin yang bisa kita perhatikan ketika kita mengikut Yesus, yaitu:
1.      Membenci Bapanya, Ibunya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki dan perempuan. (26)
Ketika kita mengikut Yesus dan tidak mau membenci bapa, ibu, anak-anak dan saudaranya serta dirinya sendiri, maka dia tidak bisa menjadi Murid Tuhan. Saudara, bagaimana kalau begini, tetapi jika kita lihat perintah Allah kepada kita, kita harus mengasihi sesama kita, kita harus mengasihi orang tua, saudara kita. Dalam hal ini kita diperintahkan ketika kita mau mengikut Yesus kita harus membenci semuanya itu.
Saudara yang terkasih, maksud dari membenci di sini adalah kita tidak boleh mengasihi mereka lebih banyak, daripada mengasih Allah. Yesus Kristus menjadi prioritas utama dari semuanya, dan orangtua, saudara dan yang lain merupakan prioritas kedua setelah Yesus Kristus.
Pada abad pertama, tidak ada istilah kata santai. Ketika seseorang memutuskan untuk mengikut Yesus, maka itu harus diikuti dengan harga yang harus dibayar. Pada saat itu, orang yahudi yang memutuskan untuk mengikut Yesus, maka mereka siap untuk diasingkan dalam keluarganya. Dan ketika seorang menginginkan penerimaan keluarga jauh lebih penting dan lebih diinginkan maka seorang ini tidak bisa mengikut Yesus. Dengan demikian pada masa itu, jika seorang tidak menjadikan Kristus prioritas utama maka dia tidak dapat menjadi murid-Nya.

2.      Berani memikul salib (27)
Ketika seorang mengatakan ingin menjadi murid Yesus, berarti dia harus siap memikul salib. Seperti apa memikul salib yang dimaksudkan disibni saudara??? Apakah seperti Yesus ketika Dia akan disalibkan?? Tidak saudara. Dalam kehidupan kita ini, memikul salib yang dimaksudkan adalah kita berani bayar harga, berani menyangkal diri kita. Berani menerima celaan dari orang yang tidak suka dengan kita, berani ditolak sama seperti Yesus sendiri di mana Dia ditolak, dicela bahkan diperlakukan tidak baik oleh orang-orang yang tidak suka kepadanya. Dengan demikian ada sebuah perkataan yang dipakai untuk orang-orang yang berkomitmen mengikut Yesus, yaitu siap ditolak oleh dunia (1 yoh. 3:13, yoh. 15:18-19; 17:14).
Ada seorang ibu datang kepada seorang pendeta, dia menceritakan keluhan-keluhannya, di mana anaknya kecanduan narkoba, suaminya pemabuk dan blm dapat-dapat kerja, dan sang ibu hanya sebagai seorang ibu rumah tangga. Dia mengatakan kepada pendeta tersebut, bahwa mungkin itu adalah salib yang harus dia pikul. Saudara, apakah benar seperti itu salib yang Tuhan maksudkan untuk dipikul??
Saudara, jika kita lihat dalam kehidupan kita, bagaimana dengan kita apakah kita sudah memikul salib tersebut??? Ataukah kita takut dijauhi banyak orang??? Sudara, dalam nats yang kita bacakan tadi ada dua ilustrasi mengenai bayar harga. Yaitu yang pertama, ilustrasi membangun menara. Dari ilustrasi ini kita melihat bahwa ketika kita berkomitmen untuk mengikut Yesus, itu sama dengan kita membangun sebuah menara. Di mana ketika kita membangun sebuah menara, kita terlebih dahulu menghitung pengeluaran yang kita butuhkan. Membangun menara itu memerlukan biaya yang besar jadi kita harus benar-benar mempersiapkan segala sesuatunya untuk itu. Jika kita tidak menghitung biaya yang kita perlukan maka ketika kita membangunnya, dan dipertengahan pembangunan, bahannya kurang maka kita akan ditertawakan oleh orang yang melihatnya. Dan seperti itulah ketika kita mengikut Tuhan, kita terlebih dahulu mengambil komitmen dan kita juga sudah memikirkan hal-hal seperti apa yang kita akan alami ketika kita mengikut Tuhan.
Yang kedua, ilustrasi raja dan angkatan daratnya. Seorang raja harus tahu terlebih dahulu berapa banyak musuh yang akan dihadapinya sehingga dia bisa mempersiapkan angkatan daratnya untuk menghadapi musuh tersebut. Dari ilustrasi ini kita bisa melihat ketika kita mengikut Yesus, kita harus mengerti seperti raja itu tahu apa yang harus dia lakukan dan seperti itulah dalam mengikut Yesus, kita harus mengerti dan mengetahui siapa sebenarnya Yesus yang kita ikuti. Tidak hanya ikut-ikutan, kita melihat orang lain mengikut Tuhan, kita jadi ikut tetapi dalam hal ini kita harus tahu mengapa kita harus mengikut Dia.

3.      Melepaskan harta/ materialistik duniawi (33)
Ketika kita mengikut Tuhan, kita rela meninggalkan segala sesuatu yang kita punyai. Kita rela meninggalkan harta duniawi kita, kita tidak mau terikat pada harta duniawi yang kita miliki. Saudara, jika berbicara tentang harta kita bisa melihat dalam Lukas 18:18-27 yaitu tentang orang kaya sukar masuk surga. Dalam nats ini dikatakan ada seorang kaya datang kepada Yesus dan bertanya bagaimana dia bisa mengikut Tuhan. Yesus Kristus mengatakan bahwa dia harus mengasihi sesamanya, dan dia mengatakan bahwa dia telah melakukan hal tersebut. Kemudian Yesus mengatakan kepadanya, juallah seluruh hartamu, dan kembalilah serta ikutlah Aku. Ketika mendengar perkataan Yesus seperti itu, maka orang kaya itu sedih hati. Jika kita pikir secara manusiawi, hartanya semua harus dia berikan kepada orang yang tidak mampu, dia tidak rela. Di sinilah Yesus mengatakan bahwa orang kaya itu suah masuk surga karena dia tidak rela meninggalkan apa yang dia miliki dalam dunia ini.
Pada ayat 34-35 dalam nats ini berbicara mengenai peringatan tentang garam. Saudara kita tahu apa fungsi dari garam. Garam itu digunakan sebagai bahan pengawet, sebagai pupuk, dan yang lain. Kita tahu garam ini berharga tetapi ketika fungsi dari garam itu hilang maka garam tersebut tidak memiliki nilai lagi. Maka garam itu akan dibuang. Dari perikop ini menjelaskan kepada kita harga yang harus dibayar ketika kita menjadi pengikut Yesus. Yesus menginginkan kita menjadi pengikut-Nya yang siap untuk bayar harga, yang berani mengambil komitmen yang benar. Kita mau mengikut Tuhan bukan karena apa yang Dia berikan kepada kita, bukan karena mujizat yang kita alami, bukan karena banyak orang yang mengikut Dia, tetapi karena kita menyadari dan kita tahu siapa Dia yang kita ikutin, yang kita sembah. Ketika kita mengikut Tuhan, kita harus berani bayar harga, jangan sampai komitmen yang kita pengang itu hilang. Kiranya firman yang kita renungkan pada hari ini menjadi berkat bagi kita semua. Amin.


Thema            : Memuliakan tuhan dan baik untuk sesama
Nats                : Efesus 4: 25-32
Audience        : Komisi lansia

Pendahuluan
Syalom bapak Ibu yang terkasih dalam Tuhan. Bersyukur hari ini kita diberikan kesempatan sekali lagi untuk bersekutu bersama di tempat ini untuk bersekutu dengan Tuhan bersama dengan saudara kita seiman. Bapak, Ibu, saudara yang terkasih di dalam Tuhan, kita tahu pada bulan ini tema kita semuanya berkaitan tentang bagaimana kita hidup dalam sebuah komunitas. Pada minggu I tanggal 4 bulan juli ini kita telah merenungkan bersama tentang hidup rukun dan saling menghormati. Dari tema ini kita telah mendapatkan hal yang berharga yang harus kita terapkan dalam kehidupan kita. Dan pada minggu yang ke-II tanggal 18 bulan ini juga kita telah merenungkan bersama tentang bagaimana kita dalam kehidupan ini memiliki tekad hati yang bersatu. Tibalah saatnya pada hari ini, kita kembali merenungkan bersama sebuah tema yang indah yaitu, “memuliakan Tuhan dan baik untuk sesama.”
Bapak ibu yang terkasih dalam Tuhan, jika kita melihat dan merenungkan tema ini, bekaitan dengan sikap kita kepada orang lain, atau cara kita berespon kepada orang disekitar kita. Bapak, Ibu, mari kita membuka Alkitab kita dalam Surat Paulus kepada jemaat di Efesus. Efesus 4:25-32, mari kita baca secara bertanggapan. Yang pertama dalam bahasa Indonesia dan nanti akan dilanjutkan dalam bahasa mandarin.
Bapak, Ibu, seperti yang telah saya sampaikan tadi, bahwa tema kita pada hari ini adalah tentang “Memuliakan Tuhan dan baik untuk sesama.” Jika kita melihat dari Firman yang telah kita baca bersama, ada 3 hal atau sikap yang sangat penting kita pegang, kita terapkan dan kita terapkan ketika kita hidup dalam sebuah komunitas. Sehingga komunitas tersebut bisa berkembang dan hal-hal tersebut berguna bagi sesama kita.

1.    Berkata jujur (25)
“Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota.”
Bapak, Ibu yang terkasih dalam Tuhan, ketika kita hidup dalam sebuah komunitas kita tidak terlepas dari yang namanya persekutuan. Dalam sebuah komunitas kita memiliki satu kerinduan bersama untuk kita capai bersama. Contohnya, kita rindu dalam sebuah komunitas kita bisa bertumbuh bersama, semakin mengenal Tuhan lebih dalam lagi. Ketika kita mau bertumbuh dalam sebuah komunitas kita juga membutuhkan orang lain untuk mendorong kita, untuk menjadi teman doa kita atau teman sharing kita.
Ketika kita sharing pada orang lain, berarti kita sudah mempercayai dia. Dalam sebuah komunitas dibutuhkan sebuah kejujuran supaya komunitas tersebut bisa bertumbuh bersama. Dalam sebuah komunitas tidak mungkin selamanya berjalan dengan mulus, dengan nyaman dan tenang tanpa masalah sedikitpun. Terkadang karena hal-hal kecil sebuah komunitas itu bisa hancur. Tetapi bapak, Ibu, jika dalam komunitas itu kita memiliki perkataan yang jujur, kita mau mengatakan kejujuran pada sesama kita maka masalah apapun yang kita hadapi bisa diselesaikan. Mungkin anda mengatakan tidak ada apa-apa kepada orang lain, dan orang lain tidak tahu apa yang ada dalam hati setiap kita maka yakinlah ada yang tahu apa yang ada dalam hati kita. Yaitu Tuhan Allah kita. Dia mengetahui apa yang ada dalam hati setiap orang walaupun ditutup-tutupi.
Bapak, Ibu saya mau menanyakan satu hal kepada kita semua. Adakah diantara kita disini yang tidak pernah marah?? Saya rasa tidak ada. Semuanya kita pasti pernah mengalami yang namanya marah. Mungkin ibu-ibu dan bapak-bapak disini marah kepada anak, cucu, menantu karena ada hal yang tidak bapak ibu inginkan mereka lakukan dalam kehidupan ini. Oleh karena itu, bapak, ibu marah kepada mereka. Bapak, Ibu, salahkah jika kita marah?? Saya pikir tidak salah marah. Mengapa saya katakan demikian, karena ketika marah pada orang lain, itu karena ada hal yang tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya. Tetapi ketika kita marah kepada mereka, jangan sampai kita melukai hati mereka. Ketika kita marah, kita memberitahukan apa yang salah supaya mereka tahu dan mereka bisa memperbaikinya.
Saudara yang terkasih dalam Tuhan, Firman Tuhan mengatakan kepada kita supaya ketika kita marah jangan sampai matahari terbenam sebelum pada amarahmu. Apa maksudnya ini saudara? Maksud dari perkataan tersebut adalah, dimana ketika kita mempunyai masalah/ konflik dengan orang lain, konflik itu jangan berlarut-larut. Jangan dibiarkan begitu saja. Tetapi langsung diselesaikan saat itu juga. Jangan sampai kita memberikan kesempatan kepada iblis untuk menguasai dan memperalat kita. Ketika kita melakukan apa yang diperintahkan Tuhan ini dalam kehidupan kita maka disitulah kita mempermuliakan nama Tuhan dan yang kita lakukan itu berguna bagi sesama kita.

2.    Perkataan yang membangun (29)
“Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.”
Bapa, Ibu apa yang dimaksudkan dalam ayat ini?? Di sini kita diperintahkan Tuhan untuk menjaga cara bicara kita, jangan asal ceblas-ceblos. Ketika kita berbicara dengan orang lain, kiita harus berhikmah, jangan sampai omongan yang kita katakan itu membuat orang lain menjadi patah semangat, menjadi down, tetapi perkataan kita itu memberikan masukan kepada dia dan mendorong dia untuk tetap mau dibentuk, diperingati dengan baik.contoh praktis yang bisa kita lihat dalam kehidupan kita, ketika bapak, ibu mau menasihati anak, menantu dan cucu bapak, ibu, maka kata-kata yang kita keluarkan dari mulut kita itu harus membangun, harus berhikmat.
Bapak, ibu seperti yang pernah saya alami, mungkin ini menurut orang lain adalah hal yang kecil. Walalupun hal ini merupakan hal yang kecil , tetapi sangat berpengaruh. Waktu saya masih SD, saya pernah dimarahin oleh seorang guru dan dipukul. Waktu itu saya menangis dan ketika pulang sekolah saya beritahukan kepada mama saya. Saya berharap mama saya memberikan masukan yang bagus dan yang bisa saya terima. Ternyata mama saya mengatakan, kalau itu karena kesalahan saya, tidak apa-apa.  Terima saja. Saat itu saya menangis dan saya sakit hati kepada mama saya, saya bersedih hati.
Saudara ini adalah hal yang kecil, hal yang sepele, tetapi respon kita kepada orang lain, perkataan kita kepada siapapun jangan sampai menyakiti hatinya. Perkataan kita itu haruslah berhikmat, jangan sampai perkataan itu membuat orang lain terluka.

3.    Perkataan kasih mesra (32)
“Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.”
Bapak, Ibu, dalam ayat ini Rasul Paulus mengingatkan kita kembali supaya setiap perkataan kita itu penuh kasih mesra, dan kita saling menmgampuni. Ketika kita mengobrol, bertemu dengan orang lain, kita harus ramah seorang dengan yang lain. Ketika kita bertemu dengan siapapun, kita tidak boleh hanya lewat begitu saja, kita sapa, kemudian ketika kita ada waktu luang, kita bertemu dengan orang lain, ketika kita berbicara dengan dia, kita tidak hanya sekedar basa-basi, tetapi kemungkinan saudara kita tersebut butuh dukungan, butuh teman sharing, kita mencoba bertanya, kita ajak sharing sehingga dia bisa lebih aman.
Saudara, kita juga dikatakan saling mengampuni sebagaimana Kristus telah mengampuni kita terlebih dahulu. Saudara saya pernah mendengan sebuah kisah, dimana dalam sebuah persekutuan itu mereka berdoa bersama dan sama-sama menmgucpkan doa bapa kami. Ketika mau mengatakan ampunilah kami seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami, dia terdiam. Mengapa saudara?? Karena dia belum mengampuni orang lain. Mungkin saudaranya, mungkin sahabatnya, atau mungkin orang-orang sekitarnya.
Bapak, Ibu dari Firman Tuhan tadi kita diperintahkan untuk saling mengampuni sebagaimana Allah telah mengampuni kita. Coba bapak ibu bayangkan, berapa banyak kesalahan kita yang telah kita lakukan kepada sesama kita dan juga kepada Tuhan?? Tetapi kita bisa melihat kasih Tuhan, pengampunan-Nya yang luar biasa. Walaupun demikian Dia memberikan pengampunan kepada kita. Ini merupakan hal yang sangat penting ketika kita hidup dalam sebuah komunitas sehingga komunitas itu bisa bertumbu.
Bapak, Ibu yang terkasih dalam tuhan, bagaimana dengan saudara dan saya, bagaimana dengan tindakan yang kita lakukan dalam kehidupan kita ini, dan bagaimana dengan perkataan yang keluar dari mulut kita?? Apakah mempermuliakan Tuhan?? Apakah berguna bagi sesama kita??? Marilah kita belajar dari tiga point tadi dalam kehidupan ini. Mari bapak, Ibu, kita mau berkata jujur, dan perkataan-perkataan kita membangun sesama kita dan perkataan kita penuh kasih mesra sehingga nama Tuhan dipermuliakan serta tindakan itu berguna bagi sesama kita. Amin.

Bahan sharing dalam kelompok kecil
Tema : Menanam Benih hingga bertumbuh
Nats : Markus 4:26-29

Menarik melihat bagaimana Yesus Kristus mencoba menyederhanakan pengertian mengenai kerajaan Allah untuk diajarkan kepada orang banyak lewat perumpamaan mengenai menanam benih. Yesus memulainya dengan, “lalu kata Yesus, “beginilah hal kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menabur benih di tanah” (Markus 4: 26). Agar sebuah tumbuhan bisa tumbuh, tentu terlebih dahulu kita menanam atau menaburkan benih. Tidak akan ada tanaman yang bisa tumbuh  tanpa berawal dari benih. Inilah yang sering menjadi titik permasalahan utama. Ketika kita mengeluh mengapa kita tidak kunjung bertumbuh lebih baik dari hari kemarin kita sering terburu-buru menyalahkan Tuhan. Padahal masalahnya ada pada diri kita sendiri. Kita mengira dan terus membiarkan Tuhan untuk menghasilkan pertumbuhan pada kita. Prosesnya bukanlah seperti itu. Kita harus memulainya dengan menanam benih, kemudian menyiram, memupuk dan mengurusnya terlebih dahulu. Kemudian dari sana kita akan mulai bertunas dan pada akhirnya dengan ketekunan kita akan mampu memperooleh berkat-berkat Tuhan yang membuat kita subur dan terus berbuah sepanjang musim. Baik dalam keadaan suka maupun duka, keadaan bahagia ataupun menghadapi masalah, apabila benih yang kita tanam bertumbuh subur dan rimbun, maka tidak ada hal apapun yang bisa menghentikan kita untuk terus berbuah. Kuncinya adalah satu yaitu benih. Benih itulah nantinya yang akan bertumbuh sehingga kerajaan Allah bisa turun atas diri kita saat ini juga, tidak perlu menunggu hingga kita dipanggil Tuhan terlebih dahulu.
Ketika Yesus mengatakan bahwa kerajaan Allah itu seperti layaknya orang menanam benih, itu artinya ada sebuah proses continue yang harus kita lakukan mulai dari proses menanam, memupuk, menyiram, mengurus, hingga merawat sampai tanaman itu bisa tumbuh sehat dan subur. Pertama-tama tentu kiita mulai dengan menanam atau menabur benih Firman dalam iman. Kita harus mulai mencari dan mendapatkan janji-janji berharga Allah yang telah Dia nyatakan lewat Firman-firman-Nya, lalu mulai menanam itu semua di dalam hati kita, dalam diri kita. Lalu kemudian kita harus serius memupuk dan menyiraminya. Lewat apa?? Lewat puji-pujian dan ucapan syukur kita. Lewat ketekunan kita mengisi diri kita dengan lebih banyak lagi Firman Tuhan. Dengan merenungkan, memperkatakan dan melakukan. Semua itu perlu kita buat untuk memupuk dan menyirami tunas yang mulai bertumbuh agar bisa semakin besar dan sehat.
Lalu seperti halnya tanaman manapun, akan selalu ada gulma atau tanaman liar yang tumbuh disekitarnya, yang akan mempu merebut nutrisi sehingga tanaman kita sulit bertumbuh dengan baik. Semua itu harus kita cabut, bersihkan hingga akar-akarnya. Seperti apa gulma yang bisa menghambat pertumbuhan kita??kebimbangan, ketakutan, kekhawatiran, putus asa, perbuatan-perbuatan dosa yang kita tolerir dalam hidup kita, berbagai perilaku negatif atau kebiasaan buruk, itu semua akan menjadi tanaman liar atau gulma yang bisa menghambat laju pertumbuhan kita. Semua itu haruslah dibersihkan sampai tuntas, dan lakukan sejak dini sebelum mereka semua bertumbuh semakin subur dan menghancurkan kita.

Perhatikanlah bahwa perumpamaan yang diberikan Yesus ini sungguh luar biasa tepat. Dalam bentuk yang sangat sederhana, kita akan mampu mengerti bagaimana kita bisa memperoleh kerajaan Allah untuk turun dan terjadi atas kita sejak kita masih berada di dunia ini. Dari perumpamaan ini jelas kita lihat bahwa untuk memperoleh itu semua dibutuhkan usaha keras yang sangat serius, butuh kerajinan dan ketekunan. Tidak ada orang yang berhark berharap untuk memperoleh tanaman subur tanpa melakukan apa-apa bukan?? Seperti itupulalah proses yang seharusnya kita lakukan agar benih Firman yang kita tanam bisa menghasilkan buah-buah yang manis untuk hidup kita dan orang-orang lain disekitar kita. Kita harus terus mengawasi lahan di mana kita menanam, memastikan bahwa tunas itu bisa bertumbuh tanpa gangguan tanaman-tanaman liar dan hama, dan terus berusaha untuk memberi pupuk, menyiram dan merawatnya. Hanya dengan melakukan itu barulah kita bisa berharap hasil yang baik. Apa yang dijanjikan Tuhan jelas, “pada masa tuapun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar.” (mazmur 92:15). Siapa yang bisa memperoleh janji ini?? Ayat sebelumnya menyebutkan demikian, “orang benar akan bertunas seperti pohon korma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di libanon; mereka yang ditanam di bait Tuhan akan bertunas dipelataran Allah kita.” (13-14). Orang-orang benar adalah orang-orang yang benar-benar melakukan sebuah proses serius dan berkesinambungan, orang-orang yang tidak berpangku tangan melainkan mau sungguh-sungguh menabur atau menanam benih, menyiangi, menyirami, memupuk secara teratur. Orang-orang seperti itu yang mampu menghasilkan buah yang gemuk dan segar bahkan hingga masa tuanya. Dan semua itu tidak akan terpengaruh oleh musim atau keadaan lingkungan sekitar. Sekali lagi, ingatlah bahwa Tuhan bukan saja bekerja untuk kita. Tetapi Dia bekerja dengan kita. Mari kita mengerjakan bagian kita dan percayakan Tuhan untuk melakukan bagian-Nya. Seperti menabur benih, demikianlah kerajaan Allah bertumbuh dalam hidup kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar