Kamis, 22 Agustus 2013

PENGERTIAN DISPENSASIONALISME DAN DISPENSASIONAL

Dispensasionalisme adalah sebuah sistem teologi,  sebuah metode penafsiran Alkitab, dan itu ‘mempengaruhi pemahaman terhadap bagian-bagian kitab suci termasuk doktrin’[1]. Sederhananya, dispensasionalisme adalah mereka yang mempertahankan atau meyakini adanya doktrin dispensasi-dispensasi dalam Alkitab. Dispensasionalisme merupakan suatu sistem penafsiran Alkitab yang berusaha untuk mendirikan kesatuan dalam kitab suci melalui focus utamanya tentang anugerah Allah.  Sistem penafsiran penganut dispensasionalis menekankan dua prinsip utama, yakni[2]: mempertahankan metode penafsiran secara harafiah dan konsisten, dan mempertahankan pemisahan antara Israel dan gereja. Dispensasionalisme sangat berpengaruh terhadap kaum fundamentalisme di amerika. 
Sedangkan istilah suatu dispensasi artinya adalah ‘suatu masa ketika ketaatan manusia terhadap penyataan kehendak Tuhan tertentu itu diuji. Ada tujuh dispensasi dalam Alkitab yang berbeda-beda’. Namun menurut Charles Ryre, ini adalah suatu defenisi yang tidak lengkap yang menyebabkan para dispensasionalis banyak diserang. Menurut Ryre Kata dispensasi secara etimologi artinya adalah “suatu pemisahan ekonomi dalam melaksakan tujuan Allah”[3].  dispensasionalisme memandang dunia sebagai rumah yang dikelola oleh Allah. Dalam rumah tangga duniaNya, Tuhan mengatur atau menyelenggarakan sendiri urusan sesuai kehendakNya sendiri berupa tahapan-tahapan perjalanan waktu. Perubahan tahapan ini menandai setiap sistem pengaturan yang berbeda dalam penyelesaian seluruh rencananya; dan berbagai sistem pengaturan yang berbeda-beda ini membentuk dispensasi-dispensasi”. Rumusan ini lahir dari bentuk penafsiran yang memandang alkitab “bukan sebagai buku pegangan teologis melainkan pembeberan penyataan Tuhan secara terus menerus menggunakan pelbagai sarana zaman demi zaman secara berturut-turut”

PERKEMBANGAN DAN LATAR BELAKANG SEJARAH DISPENASIONALISME

Gerakan dispensasionalisme sebenarnya cukup baru, walaupun asal-usul ide tentang adanya dispensasi ini sudah sejak lama. Latar belakang teologi dispensasi telah melalui sejarah yang panjang, namun para tokoh-tokoh sebelumnya yang membagi sejarah Alkitab tidak menganut paham bahwa pembagian sejarah tersebut mengakui adanya perbedaan cara kerja Allah. Beberapa tokoh penting di dunia kekristenan sejak abad-abad awal kekristenan telah menemukan adanya semacam dispensasi-dispensasi di dalam Alkitab. diantranya adalah;[4] junstin martir, melihat adanya perbedaan ekonomi dalam Perjanjian Lama; ireneaeus menemukan empat prinsip kovenan pada umat manusia, clement of aleksandria mengidentifikasi adanya empat dispensasi: periode adam-nuh-abraham-musa. C.Ryre juga mengakui bahwa ide tentang dispensasionalisme diadopsi dari penjelasan dari bapa-bapak gereja walaupun mereka tidak bisa dikatakan penganut dispensasionalisme.
Beberapa penulis telah juga membagi sejarah Alkitab menjadi beberapa periode atau jaman. Skema yang mereka buat umumnya masih lebih sederhana dan jumlah periode jaman yang dibagai masih relative sedikit. Wiliam cave[5] (1633-1713), mencatat tentang pembagian periode sejarah: periode partriarkal(para bapa), mosaikal(musa), dan evangelical. Piere Poitret[6] (1646-1719) mulai mendaftar pembagian zaman lebih teperinci mendaftar 6 periode zaman: penciptaan, dosa, pemulihan sebelum inkarnasi Kristus, kerjasama dengan karya Allah, dan takdir dunia. namun walaupun ada pembagian periode waktu seperti ini, para pendahulu ini tidak menganggap pembagian perode waktu ini membedakan cara kerja Allah.
Pembagian sejarah menyajikan skema dispensasional ini telah dilakukan penulis lain yang hampir sejaman piere poitret, diantarnya termasuk John Edward (1673-1716), issac Waats (1674-1748). Namun Pengembangan hermenutika dan teologi dispensasional yang sesungguhnya adalah John Nelson Darby (1800-1882). Darby seorang yang memiliki latar belakang pendidikan hukum dan kemudian beralih menjadi seorang pendeta jemaat dan teolog[7]. Ia seorang yang ahli dalam bidang organisasi. Latar belakang inilah yang mungkin membawanya pada kesimpulan bawha Allah juga memiliki sistem organisasiNya sendiri, khususnya lewat dispensasi-dispensasi seperti yang telah di catat dalam Alkitab.

PANDANGAN UTAMA DISPENSASIONALISME

Para dispensasionalis pada umumnya membagi sistem dispensasional menurut Alkitab menjadi tujuh bagian, dengan cara yang penekanan berbeda-beda
Piere Poitret
John Edwards
Issac Watts
J.N.Darby
J.H. Brokes
James M. Gray
C.I. Schofield
Penciptaan-air bah (bayi)
Suci
Suci

Zaman Firdaus [sampai air bah]
Eden
Eden
Suci
Kejatuhan adam
Masa adam setelah kejatuhan
Zaman kuno
Kuno
Hati nurani
Air bah-musa (kanak-anak)
Zaman Nuh
Zaman nuh
Nuh

Pathriarkal

Pathriarkal
Pemerintahan manusia
Zaman Abraham
Zaman Abraham
Abraham
Janji
Musa-nabi nabi (remaja)
Nabi-Kristus (pemuda)
Zmn musa
Zaman musa
Israel:
hukum
imam
raja

Zaman musa

Musa
Hukum
Dewasa – tua
Kristen
Kristen
Non Yahudi
Mesianik
Gereja
Anugrah
Roh
Roh kudus
Renovasi segala sesuatu


Milenium
Milenial
Milenial

Kerajaan





Kepenuhan dr waktu


Kekal
Bagaimana dispensasi-dispensasi ini terjadi adalah adanya pengaturan Allah yang sengaja memberikan pertanggungjawaban kepada manusia ebagai administrator di dunia. apabila manusia menaati Allah sesuai peraturan dalam dispensasi tersebut, maka Allah menjanjikan berkat; apabila manusia tidak mentaati Allah, Ia menjanjikan hukuman. Jadi ada tiga aspek yang biasa terlihat dalam suatu dispensasi: ujian, kegagalan, penghukuman. Dalam setiap dispensasi Allah menguji manusia, manusia jatuh dan ada penghukuman.
            Semua tahap ini merupakan sistem pengaturan, penatalayanan-penatalayanan, atau dispensasi-dispensasi dalam membeberkan tujuanNya[8]. Apa yang menandai beraneka sistem pengaturan dalam penyelesaian tujuan Allah dan yang membedakan aneka sistem pengaturan tersebut satu sama lain, adalah rangkap dua. Pertama, kondisi relasi Tuhan dengan dunia menentukan tindakan Tuhan dalam setiap sistem pengaturan, dan kedua, kewajiban yang harus dijalankan manusia mentertai setiap relasi yang berbeda ini. kedua cirri ini erat kaitannya dengan penyataan Tuhan yang berbeda-beda itu sepanjang sejarah dan sekali lagi memperlihatkan kaitan antara dispensasi satu dengan dispensasi lain serta tahap-tahap perkembangan penyataan.
 Adapun tiga cirri yang membedakan dispensasi satu dengan yang lainnya[9]; 1) perubahan relasi pemerintahan Tuhan dengan manusia 2) perubahan kewajiban manusia yang terjadi akibat perubahan tersebut, 3) penyataan terkait yang diperlukan menyebabkan perubahan tersebut.  Inti dari dispensasi tidak terletak pada jumlah pembagian dispensasi, melainkan pentingnya penatalayanan. Dengan cara ini dispensasionalisme yakin dapat mengetahui bahwa kesatuan tujuan Tuhan dan keanekaragaman pembeberannya.

HERMENEUTIKA DISPENSASIONALISME

Penganut dispensasi memegang pentingnya penyataan progresif, yang menyatakan bahwa pean Tuhan kepada manusia tidak diberikan sekaligus melainkan disampaikan secara bertahap dan berurutan melalui pikiran dan tangan orang banyak yang memiliki macam-macam latar belakang. Prinsip penyataan progresif itu sendiri terlihat jelas dalam Alkitab sendiri[10]. kebenaran Tuhan tidak dinyatakan secara sekaligus. Pada tahap penyataan menunjukkan cara Tuhan ayang berbeda-beda pada jaman yang berbeda. Penafsir Alkitab harus cemat mengamati keprogresifan penyataan ini.  Menurut para dispensasionalis Alkitab adalah suatu pembeberan penyataan Tuhan seara terus menerus dari jaman ke jaman secara berturut-turut, jadi tidak bisa memaksakan hal-hal yang bersifat kontradiktif dalam Alkitab.
Maka sesuai dengan model seperti ini ada tiga hal yang menjadi factor mutlak yang harus dipegang dispensasionalis: 1. Memepertahankan perbedaan antara Israel dengan gereja. dispensasionalis menekankan bahwa Israel selalu menunjuk pada keturunan yakub secara fisik dan tidak pernah dikaitkan dengan gereja, dalam pengertian dirohanikan untuk menunjuk pada gereja. mereka meyakini bahwa Allah memiliki program yang khusus bagi Israel dan program khusus bagi gereja secara tersendiri. Perintah untuk yang satu, bukan untuk yang lain, dan janji yang satu juga bukan untuk yang lain.
2. Pembedaan ini lahir dari suatu sistem hermeneutika yang bisanya disebut penafsiran harafiah. Penafsiran harus dilakukan secra konsisten, termasuk dalam hal studi eskatologis. Alasannya adalah, di samping konsistensi, penafsiran ini mendemonstrasikan keharafiahan nubuatan yang telah tergenapi pada waktu kedatangan Kristus yang pertama kali. itu merupakan alasan untuk mengharapkan penggenapan nubuatan berkaitan dengan kedatangan krsitus yang keduakali yang secara harafiah pula.
3. kesatuan biblical. Kesatuan tema dalam Alkitab adalah kemuliaan Tuhan. Pada setiap zaman atau dispensasi, Allah telah menyatakan kemuliaanya, dimana hal itu menyatukan tema dari kitab suci. Hal ini mencerminkan pemahaman atas tujaun pokok Allah dalam semua hubunganNya dengan umat manusia untuk memuliakan diriNya melalui keselamatan dan tujuan-tujuan lain juga.

EVALUASI TERHADAP DISPENSASIONALISME

Dispensasionalisme telah menjadi sebuah sistem di dalam teologi. Ini adalah suatu kekuatan yang menguntungkan dimana dispensasionalisme berhasil menyatukan dan mengintergrasikan seluruh kesaksian Alkitab menjadi satu kesatuan yang utuh. Dispensasionalisme juga telah berusaha secra serius menerima gagasan mengenai Wahyu yang bersifat progresif dan telah mengembangkan sebuah teologi yang didasarkan atas gagasn ini. “struktur dispensasional kadang-kadang secara gamblang digambarkan sebagai anak tangga, dimana setiap dispensasi merupakan satu langkah ke atas”[11]. Hal ini mengungkapkan bahwa Allah tentu mengungkapkan kebenaran-kebenaran seiring berjalannya waktu, dan para dispensasinalis mengakui hal ini.
Kelemahan dari keyakinan yang dipegang kuat oleh dispensasionalis, yakni gereja merupakan sesuatu yang sulit untuk diterima apalagi dipertahankan. Tulisan Paulus dalam Galatia 3, dan roma 9, menunjukkan bahwa gereja adalah yang akan menjadi ahli waris terhadap janji-janji Allah yang pada awalnya diberikan kepada orang Israel. Hal ini menunjukkan akan adanya kelanjutan dan kesmaan antara gereja dengan keturunan Abraham alam Perjanjian Lama. Dengan demikian, pemisahan yang dilakukan oleh dispensasionalis sulit untuk dipertahankan.
Penganut dispensasionalis juga jatuh ke dalam penafsiran yang terlalu literalis, dan jatuh ke dalam ekstrim lain dalam memandang cara kerja Allah. penekanan pada setiap dispensasi yang mementingkan ujian ketaatan manusia, membatasi cara kerja Allah.  Alkitab melukiskan dengan jelas dari awal sampai akhir, bahwa “iman” memegang peranan paling penting dalam hal keselamatan, dan ini menjadi kekuatan yang dipegang teologi covenant. Tidak bisa diabaikan bahwa, Alkitab mencatat bahwa Allah mengikatkan dirinya dalam sebuah perjanjian dengan manusia seperti adam, nuh, dan Abraham, atau daud. Perjanjian-perjanjian ini tidak sejalan dengan konsep ujian ketaatan kaum dispensasionalis.



KESIMPULAN

Teologi dispensasionalis memiliki satu keunikan yang tidak dimiliki oleh teologi dogmatic yang lain. dalam beberapa hal, tafsiran dispensasionalis misalnya tentang kekhususan Israel, tampaknya sulit untuk dibantah. Dispensasi-dispensasi yang di buat oleh dispensasionalis, khususnya dalam Perjanjian Lama juga merupakan satu penemuan yang menakjubkan, dan perlu untuk diperhatikan, sekalipun harus di kaji kembali dengan lebih kritis. Teologi dispensasionalis cukup mendapat tempat di kalangan pemikir-pemikir Kristen, dan dalam beberapa hal tertentu mereka menjawab pertanyaan yang sulit dijawab oleh sistem teologi lain, misalnya ketegasan Allah akan yang menuntut ketaatan manusia.
Kesalahan yang sangat rawan terjadi bagi penganut dispensaional adalah, memungkinkan adanya perbedaan jalan keselamatan yang dipakai oleh Allah, ini secara tidak langsung implikasinya adalah konsep Allah yang akhirnya menjadi tidak konsisten. Selain itu, masih banyak hal/ doktrin yang dikorbankan oleh teolog dispensasional demi mempertahankan literalisasi alkitab. Tetapi di dalam hal-hal tertentu, teologi dispensasional telah menyumbangkan pemikiran-pemikiran, penemuan-penemuan mereka dalam Alkitab yang bermanfaat bagi kehidupan

DAFTAR PUSTAKA

Enns, Paul. 2007. The Moody Handbook Of Theology, terj. Rahmiati Tanujaya. Malang: SAAT.
Erickson, Milliard J. 2000. Pandangan Kontemporer Dalam Eskatologi. Malang: SAAT.
Ryre, Charles. 2005. Dispensasionalisme, Dari Zaman Ke Zaman. Malang: GAndunm Mas.
Wongso, Peter. 1989. Hermeneutika Eskatologi. Malang: SAAT.




[1] Peter wongso,Hermeneutika Eskatologi (Malang: SAAT, 1989) hlm 139
[2] Paul enns, The Moody Handbook Of Theology, terj. Rahmiati Tanujaya, (Malang: SAAT, 2007)151
[3] Charles Ryre, Dispensasionalisme, Dari Zaman Ke Zaman, terj.Ednyahswarawati (Malang: GAndunm Mas, 2005)hlm. 33
[4] Paul Enns,
[5] Milliard J.Erickson, Pandangan Kontemporer Dalam Eskatologi, terj. Fenny feronica, (Malang: SAAT, 2000) hlm. 142
[6]Ibid  
[7] Ibid. 143
[8] C.Ryire,  Dispensasionalisme
[9] Ibid.  
[10] Ibid hlm. 43
[11] Milliard J.Erickson, 156

Tidak ada komentar:

Posting Komentar